5/08/2011

COUNT DOWN PART 7

DUARRR!

Lagi-lagi terdengar suara ledakan seperti waktu 2NE1 menyerang kami.
Aku dan yang lain langsung berpencar saat itu juga ke posisi kami masing-masing.

"Ne, ayo kita ke arah ledakan itu!" Aku menarik tangan IU.

"Aniiii, SOL tidak disana" IU tetap berdiri di posisinya.

"Ne? Bagaimana kau tau?"

IU tidak menjawab, ia justru memejamkan matanya lalu meminta ku diam.
Ia seperti sedang melacak sesuatu dengan telinganya.
Aku pun diam dan tetap melihat kesekitar ruangan.

"Sudah lama disana SOL?" IU membuka matanya.

Aku kebingungan sendiri saat IU berkata seperti itu.
Aku melihat ke seluruh sudut ruangan, tidak ada sosok SOL.
Lalu IU berbicara dengan siapa? Aneh...

IU mulau mengambil senjata nya lalu mengarahkannya ke atas.
Aku pun spontan melihat ke atas.

Tidak ada apa-apa batinku.

"Ya, IU, mana SOL?" Aku masih kebingungan.

"Siapkan senjata mu"

"Ne?"

"Siapkan senjata  mu pabo" IU bicara dengan nada dingin.

Aku menuruti kata-kata IU, mengeluarkan senjata ku.
Mengarahkannya ke atas juga, sama seperti IU.

Tidak lama setelah itu ledakan kecil terjadi atap lantai atas.
Membuat atap nya hancur dan roboh.

"IU, IU, kau memang hebat ya sekarang bisa tau keberadaanku"

"Ne, atau mungkin kemampuan mu yang masih dibawahku SOL?"

Aku melihat IU dan SOL yang bertatapan satu sama lain.
Tatapan IU yang tidak berkurang rasa benci nya dengan SOL.
Penuh rasa benci, marah, dendam, semua nya terpancar di mata IU.

"Aku tidak akan mati sebelum kau tersiksa SOL" IU melontarkan senyum benci.

"Karena aku sudah membunuh adikmu?" SOL balik melontarkan senyum meremehkan.

"Ya, cukup SOL" Aku tidak ingin kata-kata SOL mempengaruhi mental IU.

SOL melompat turun dari atas, kini SOL ada tepat di depan kami berdua.
Ia mengeluarkan senjata nya lalu mengarahkan ke kami berdua.

Kami tidak mundur satu langkahpun, kami tetap pada posisi kami mengarahkan senjata kami ke arah SOL.

"Jangan hanya besar di mulut IU, tunjukan kalau kau memang ingin membunuhku"

IU sekarang benar-benar terlihat marah dan emosi mendengar perkataan SOL kepadanya.
Ia melihat ke arahku lalu tersenyum.

DORR!

IU mulai menembak SOL, tapi meleset.
Tidak ku duga SOL sangat gesit dalam menghindar.
Ia berlari ke arah ruang penyimpanan permata sambil menembak kami dari depan.

Aku dan IU berlari mengejar nya sambil terus meluncurkan tembakan beruntun.


G-DRAGON


"Ya! TOP! Bom lari ke arah ruang permata kejar!"

TOP berlari mengejar Bom yang berhasil melewati kami saat aku dan TOP beradu tembakan dengan CL.
Kini hanya ada aku dan CL di ruangan utama.

CL mengarahkan senjata nya kepadaku, aku pun begitu.

"Kenapa tidak menembakku? Ayo tembak" CL menantangku.

"Kenapa? Takut? Karena aku ini masa lalumu? Hah?" CL berjalan mendekatiku.

"Ne, kau memang masa laluku. Masa lalu yang sampai sekarang masih berharga"

"Haha, kau pikir dengan kata-kata manis seperti  itu aku menyerah?" CL mengarahkan senjata nya di depan wajahku.

DUARRR!

Lagi-lagi ledakan terjadi entah dimana.
Aku melihat atap diatas ku mulai retak dan kerikil berjatuhan satu demi satu.
Bongkahan dinding jatuh ke arah CL.

Aku berlari mendorong CL, CL terjatuh menubruk tembok.
Bongkahan dinding itu kini menimpa kakiku.

"Ya!  Apa-apaan kau mendorongku?!" CL yang masih belum melihatku membentakku.

"Mi, mianhae..." Aku terkapar lemah di lantai.

"Ya, Yaa, Jiyong!" CL berlari ke arahku mengangkat bongkahan yang menimpa kaki ku.

Terlihat darah mengucur deras dari kaki ku.
Luka dalam membuat darah di kaki ku semakin deras mengalir keluar.

"Khamsahamnida CL" Aku berbicara dengan nafas terengal-engal.

"khamsahamnida untuk apa dasar bodoh!" Aku melihat CL yang akan menangis.

"Aku ini musuhmu kenapa tidak biarkan aku mati?!!"

"Aniii, aku tidak bisa melihat orang yang berharga untukku tersakiti"

"Pabo! Padahal kita sudah saling membenci kan?!" CL mulai menangis.

"Hahah, aku tidak pernah sekalipun membenci mu CL asal kau tau"

CL merobek setengah dari pakaiannya lalu mengikatnya di lukaku.
CL mengikat luka ku dengan erat supaya darah tidak terus keluar dari kaki ku.

"Anii, jangan begitu, mungkin aku akan mati kehabisan darah sebentar lagi hahah"

"Pabo! Jangan bicara seperti itu! Kau harus hidup!" CL memapah ku berjalan.

"Ne? Kenapa?"

"Ka... Karena aku juga tidak pernah membenci mu Jiyong" CL menangis deras kali ini.

Aku mengelus kepala CL berusaha menenangkannya.
CL memapahku berjalan ke mobilnya sambil terus menangis.

"Ya Jiyong kau harus bertahan sampai di rumah sakit mengerti?!"

"Ne..." Aku menjawab dengan suara lemah.

Darah terus keluar membuat kain yang diikatkan CL ke kakiku berlumuran darah.
Bau darah yang menyengat tercium dari tempat dudukku.
CL menyetir dengan panik sambil sesekali melihat ke arah kakiku.

Sampai di rumah sakit CL memapahku keluar.

"YA!! Tolong!!"

Suster dan dokter pun membawa kursi roda untuk ku duduki.
Aku dibawa ke ruang UGD untuk segera dioperasi.

"Tunggu...."

Suster rumah sakit berhenti mendorong kursi rodaku.

"CL, kau akan menunggu ku kan?"

"Ne.."

"Jangan menangis lagi, saranghaeyo"

Belum sempat CL menjawab suster sudah kembali mendorong kursi rodaku masuk ke ruang UGD.
Dari dalam aku bisa mendengar CL yang berteriak kepadaku.

"Ya! Jiyong kau harus sembuh! Saranghaeyo pabo!"




IU


DORR!

Aku berhasil menembak lengan SOL.
Tapi SOL tetap berlari ke ruang permata itu.

Aku melihat TOP dan BOM yang sedang tembak-menembak di ruangan itu.
Aku melihat BOM sudah memegang permata itu.

"ya! SOL tolong aku!" teriak BOM.

"berikan permata nya padaku dulu!" BOM melempar permata itu kepada SOL.

Ternyata sifat SOL belum menghilang.
Ia mengkhianati BOM. Ia justru meluncurkan tembakan ke arah BOM.

"Ya!!"  Aku menembak SOL lagi kedua kalinya. Di lengan yang sama.

"TOP!" Aku mendengar VI berteriak.

Rupanya TOP melindungi BOM saat SOL berusaha menembak BOM.
TOP memeluk BOM, punggung TOP tertembak.

"ya! TOP kau tidak apa?!" VI merobek jas yang dipakai TOP.

"Anii aku tidak apa-apa, aku memakai baju anti peluru, tapi seperti nya tembus ke badanku"

TOP melepas baju anti pelurunya.
Peluru itu menyerempet ke badan TOP membuat TOP terluka dan berdarah.
Tapi bukan luka dalam dan serius. Hanya luka kecil.

"Agen macam apa kau ini?! Melindungi musuh?!" Bentak BOM.

"Ya, jangan marah-marah begitu. Kau mau ikut kami menangkap SOL atau tidak?" TOP berkata dengan wajah nya yang stay cool itu.

Aku melihat wajah BOM yang penuh rasa kesal dan marah dengan SOL.
Aku mengulurkan tanganku kepada BOM.
BOM sesaat melihat ke arahku lalu tersenyum, aku pun tersenyum kepadany.

Sekarang, aku, VI, TOP dan BOM berjalan mencari SOL yang sudah memegang permata itu.
Kami bertemu dengan D-Lite, Minzy dan Sandara yang masih tembak-menembak di lantai bawah.

"Ya sudah!" BOM melerai mereka bertiga.

"Apa maksudmu sudah?!" Sandara membentak BOM.

"SOL mengkhianati kita, dia mengambil permata itu lalu hampir membunuhku. TOP melindungi ku, sekarang kita bekerja sama saja mencari SOL"

Minzy dan Sandara menatap ku, VI, TOP dan D-Lite dengan tatapan sinis.
Lalu kami semua berjabat tangan dan mencari SOL.

"Ah sial! Peluru ku habis!" Minzy membuang pistol nya dengan kesal.

"Pakai punyaku" D-Lite memberikan senjatanya.

"lalu kau?"

"Agen profesional selalu punya cadangan kan? Hahah"

Aku melihat SOL yang sudah berlari keluar gedung, menaiki motor nya lalu pergi dengan cepat dari gedung ini.

"Ya! SOL disana sudah kabur!"

VI dengan motornya membawa ku mengejar SOL.
TOP membawa BOM.
D-Lite, Minzy dan Sandara membawa mobil milik VI mengejar SOl dari awah berlawanan.

"Ya! BOM!" Aku memberikan BOM isyarat untuk menembak roda belakang motor SOL.

BOM merespon isyarat ku dengan mengganggukan kepalanya lalu mengambil ancang-ancang.

"Game over SOL" gumamku dalam hati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar