5/09/2011

Thank You Memories part 5

CHAE RIN

Aku.....  bersama Jiyong oppa berada di makam CL unnie.
Aku melihat Jiyong oppa yang menangis di depan makam CL unnie.

Aku merasa sangat bersalah karena sudah banyak bertanya tentang CL unnie kepada Jiyong oppa.

"O-oppa..." Aku mencoba menyentuh pundaknya.

"Ya, CL.. Aku disini, kenapa kau tidak ada disini? Tidak tau aku merindukan mu sampai mau mati rasanya?"

Aku menarik kembali tanganku.
Aku tidak jadi menyentuh pundak Jiyong oppa.
Aku tidak berani berbicara apa-apa. Aku hanya diam di belakang Jiyong oppa.

"CL! Kamu dimana?! Jemput aku disini aku mau bersama mu!" Tangis Jiyong oppa mulai pecah.

"Kenapa kamu tidak membawa ku? Apa perlu aku menyusulmu?!" 

"CL! Kenapa main meninggalkan ku begitu saja?! Kau sudah tidak mencintaiku?!"

"Aku masih mencintaimu CL, A-aku benar-benar masih mencintaimu!"

Aku menahan tangis ku saat aku mendengar Jiyong oppa berteriak-teriak memanggil CL unnie sambil menangis histeris.

"CL!  Aku lebih rela melihatmu dengan pria lain daripada ditinggalkanmu seperti ini! CL!"

Jiyong oppa mulai memukuli batu nisan CL unnie itu dengan emosional.
Aku ingin mencegah nya tapi aku tidak berani. Benar-benar tidak berani.

"O-oppa..." Aku coba memanggilnya.

"Ya, Chae rin. CL sudah tidak mencintaiku makanya meninggalkan ku ha-ha-ha"

Aku melihat mata Jiyong oppa yang pandangannya kosong.
Mata nya yang merah dan bengkak karena menangis.
Tangannya yang mulai terluka karena memukul batu nisan didepannya.

"O-oppa, CL unnie pasti mencintai mu..." Aku berusaha berbicara pelan.

"Aniii, dia tidak mencintaiku, lihat dia tidak membawaku bersama nya! Ha-ha-ha"

"Ya, CL! Kenapa menyiksa ku begini?! Aku merindukanmu! Apa kau merindukanku?!"

"Tiap hari aku selalu memikirkanmu! A-aku tidak rela ditinggalkan olehmu CL!!"

Jiyong oppa kembali memukuli batu nisan di depannya.
Suara nya yang mulai menghilang kareng berteriak dan menangis.
Aku semakin panik melihat Jiyong oppa.

Aku bingung harus bagaimana.

"Kau mau menyiksa ku?! Bunuh saja aku sekalian!" Jiyong oppa yang tambah parah kondisinya membenturkan kepala nya ke batu nisan itu.

Sesaat tubuh Jiyong oppa terkapar, tidak sadarkan diri.
Aku melihat darah yang mengalir dari tangan dan kepala Jiyong oppa.

Aku benar-benar panik.

"O-oppa!! Oppa bangun!! Oppa jangan seperti ini bangun!!"

Jiyong oppa tidak menjawabku. Badannya dingin matanya bengkak.
Aku melepas mantel ku lalu membalutkannya di leher Jiyong oppa.
Aku melepas syal ku lalu mengikat luka di tangan Jiyong oppa.

Aku yang hanya mengenakan pakaian lengan panjang dan celana panjang memapah Jiyong oppa ke rumah sakit terdekat.

Untungnya tidak jauh dari pemakaman itu ada sebuah rumah sakit.
Aku memapah tubuh Jiyong oppa sendirian.

Aku berjalan secepat mungkin sambil memapah Jiyong oppa.
Aku terjatuh beberapa kali karena badanku yang kecil.

Setelah perjalanan yang cukup panjang aku sampai dirumah sakit.
Aku memanggil dokter atau suster untuk membantuku.

"Ya!! Dokter! Suster!" Aku mulai menangis melihat Jiyong oppa yang semakin lemah.

Dokter membaringkan Jiyong oppa di tempat tidur lalu mendorong nya ke dalam ruang perawatan.
Aku tidak diperbolehkan masuk.
Aku melihat dari kaca di pintu itu dokter memasang selang oksigen kepada Jiyong oppa.

"Oppa, apa oppa terluka parah?" batinku.

Aku menelpon Bom unnie saat itu juga, aku panik.

"Ne? Chae rin dimana kamu?"

"U-unnie....." Aku mulai menangis.

"Y-ya, kenapa menangis? Ada apa??"

"Jiyong oppa, Jiyong oppa sekarang ada di rumah sakit..."

"Ne?! Rumah sakit dimana?!"

"Di dekat pemakaman CL, aku panik aku takut unnie..." Tangis ku semakin menjadi-jadi.

"Y-Ya, jangan menangis! Aku dan yang lain ke sana sekarang!"

Bom unnie menutup telponku.
Aku duduk terkapar di lantai didepan ruang perawatan Jiyong oppa.
Aku melipat kakiku aku menundukan kepalaku, aku menangis.

Tidak lama setelah aku menelpon Bom unnie, aku mendengar Seungri oppa menghampiriku, ia tampak sangat panik mendengar Jiyong oppa masuk rumah sakit.

"Y-Ya! Chae rin! Ji-Jiyong hyung! Dimana?!" Tanya nya tergagap-gagap.

Aku menunjuk ruang perawatan disebelahku.
Seungri dan Daesung oppa dengan serius melihat dari luar Jiyong oppa yang sedang dirawat.

Bom unnie dan TOP oppa datang menghampiriku.

"Chae rin, Jiyong kenapa?"

Aku yang masih panik tidak bisa menjawab apa-apa.
Aku menundukan kepalaku,  badanku masih terasa gemetar.

TOP oppa mengelus kepalaku, Bom unnie mengelus pipiku lalu mereka juga ikut melihat keadaan Jiyong oppa didalam.

Taeyang oppa, yang selama ini pendiam tidak pernah berbicara denganku melepas mantelnya lalu memakaikannya kepadaku.

"Udara dingin begini kenapa tidak memakai mantel?"

"A-aku memakaikannya ke Jiyong oppa"

"Jangan panik, Jiyong pasti tidak apa-apa."

Aku menganggukan kepalaku.
Aku dan Taeyang oppa duduk di kursi di depan ruang perawatan Jiyong oppa.

Seungri oppa, Daesung oppa, Bom unnie dan TOP oppa menghampiriku.
Mereka semua berkumpul mengitariku mencoba menenangkanku.

"Chae rin, ada apa sebenarnya?" Bom unnie merangkul ku.

"Jiyong oppa menangis di makan CL, menangis histeris memanggil nama CL terus menerus. Sampai terakhir ia membenturkan kepala nya ke batu nisan CL unnie."

Semua tampak terkejut mendengar ceritaku.

"Mianhae... Aku tidak bisa menjawa Jiyong oppa"

Seungri oppa mengelus kepalaku, Daesung oppa tersenyum ke arahku.

"Kau sudah membawa Jiyong sendirian ke rumah sakit ini, kami sudah berterima kasih. Gomawo Chae rin" Taeyang oppa mengelus kepalaku.

KREKK

Suara pintu terbuka, dokter dan suster keluar dari ruang perawatan.
Aku yang paling cepat berlari ke arah dokter.

"Ji-Jiyong oppa! Bagaimana?!"

"Benturan di kepala nya cukup keras, stress dan tekanan yang di alami nya juga sangat parah. Keadaan mentalnya yang seperti ini bisa mempengaruhi kesehatan nya"

Sesudah dokter selesai menjelaskan aku masuk ke dalam.
Aku berdiri disamping Jiyong oppa.

Seungri oppa tampak tidak kalah panik denganku.
Ia memeluk Jiyong oppa yang masih belum sadar.

"Hyung! Jangan mati! Aku janji tidak akan makan ramen dan berebut dengan Daesung yang bodoh ini! hyuuuuung!"

"PABO! Omongan macam apa itu?!" Daesung oppa memukul kepala Seungri oppa yang sudah mengeluarkan air matanya.

TOP oppa mengajak yang lain keluar dari ruangan Jiyong oppa.
Membiarkan ku berdua dengan Jiyong oppa.

"Ah, Chae rin.."

Aku melihat Taeyang oppa yang sudah di ambang pintu memanggilku.

"Kau tau siapa CL?"

"Kekasih Jiyong oppa?"

"Ne.. Bukan hanya kekasih, CL itu satu-satu nya semangat Jiyong. CL.... Seseorang yang sangat berharga bahkan lebih berharga dari nyawa nya sendiri. Jiyong.... Sangat mencintai CL"

Selesai berkata seperti itu Taeyang oppa keluar meninggalkan ku berdua dengan Jiyong oppa.

Aku menggenggam tangan Jiyong oppa aku menangis di tepi tempat tidur Jiyong oppa.
Aku berlutut disamping Jiyong oppa.

"Mianhae oppa..."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar