5/07/2011

COUNT DOWN PART 6

"belum tidur?"

Aku menghampiri IU yang masih duduk di ruang tamu gedung pusat kami.
Aku melepas jaket ku lalu memakaikannya dipundak IU.

"ya, kenapa bengong?"

Aku melambaikan tangan didepan wajah IU.
Ia terlihat kaget dengan kedatanganku yang tidak diketahuinya.

"Ah, aniii"

"foto apa itu?'

Aku melihat IU menyembunyikan foto dari ku.
Ia memasukan foto itu kedalam kantong baju nya.

"foto adik ku"

"boleh aku lihat?"

Aku pindah tempat duduk ke sebelah IU.
Aku duduk dekat dengannya, sebenarnya tujuan ku supaya IU tenang dan merasa nyaman.

"Ne..." IU tersenyum lslu memperlihatkan foto itu kepadaku.


"Adikmu mirip sekali ya dengamu?"

"Ne, semua orang bilang begitu setiap ada yang melihat foto nya hahah"

Aku menatap IU yang masih menunjukan raut muka yang sedih.
Aku tau dia pasti sangat merindukan adik  nya itu.
IU membuatku melihat sisi yang tidak pernah kulihat dari seorang IU.

IU yang kulihat sekarang adalah IU yg penuh kasih sayang, lemah lembut dan sensitif.

Berbeda dengan IU yang biasa ku temui.
IU yang dingin, kejam, lincah dan tegas. Hahaha.

"Sudah siap untuk besok?"

"Ne, aku sangat siap. Tiap kali aku melihat foto adikku, aku benar-benar tidak merasa takut pada apapun"

"Masa? Tidak takut tertembak?"

"Aniii.. Kalau aku harus mati, tidak apa-apa. asalkan aku bisa menyakiti SOL dulu"

Aku mencubit pipi IU gemas.
Kata-kata yang barusan IU keluarkan membuatku jengkel sedikit.

"Hihhhhh, omongan macam apa itu? Agen lemahhhhhh" ucapku.

"A.. Aw aw, iyaiya mianahe. Jangan cubit lagi, sakit tau!"

"Jangan bicara begitu makanya, lain kali tidak ku cubit kau"

"Apa apa apa? Nyehhhhh" Muka IU yang meremehkanku terlihat sangat lucu.

"Lain kali kucium, mau?!" Aku tertawa.

"Aniiii, aku tidak akan bicara seperti itu lagi kalau begitu" IU tertawa.

"Ne, hahaha. Lebih baik kamu tidur sekarang. Besok kita bermain dengan 2ne1 SOL"

"Ne, khamsahamida VI, kamu sangat baik"

Aku tersenyum ke arah IU, begitu juga IU tersenyum ke arahku.
Aku kembali ke kamarku yang juga kamar GD, D-Lite dan TOP di gedung kami.

COUNT DOWN PART 5

"SOL dikenal sebagai agen pemberontak yang profesional di Inggris. Baru beberapa hari lalu dia bertemu degan 2NE1 untuk melakukan penyerangan kemari mengambil permata yang kita simpan di sini.
Mungkin kita harus bersiap-siap dengan serangan mereka"

"ah begitukah? Sudah beritahu D-Lite dan GD?"

"aniii, mereka sedang menjalani misi sekarang"

"ah, khamsahamnida info nya TOP, tolong beritahu GD dan D-Lite secepat mungkin. Jangan sampai, SOL dan 2NE1 menyerang mereka duluan"

"ne, aku mengerti. Tapi, ada apa tiba-tiba kamu menanyakan SOL?"

"Sepertinya SOL kemarin datang ke rumah IU, aku melihat surat yang ditulis SOL yang mengatakan akan mengambil diamond itu lalu menghancurkan kita."

"Benarkah?"

"Ne... Aku juga melihat cipratan darah di lantai yang sudah kering, sepertinya IU menembak SOL, tapi tidak dalam tembakannya"

"Lalu ada apa lagi disana?"

"Aku melihat foto seorang pria dengan IU yang di tutup, mungkin dia ini SOL. Masa lalu IU"

"Ah, aku sudah mencatat semuanya, khamsahamnida info nya VI"

"Ne... Ingat beritahu GD dan D-Lite, kita tidak tau kapan mereka akan menyerang kita"

"Ne, aku tau"

Aku mematikan telpon ku lalu melihat ke arah IU.

IU


"Ah, kepalaku pusing sekali..." Aku memegang kepalaku yang rasanya sakit sekali.

Aku melihat keadaan rumahku yang masih berantakan karena kejadian semalam.
Ah, semakin pusing kepalaku.

Aku mengambil botol air mineral yang dingin di kulkasku.
Aku meminumnya lalu merapikan pecahan kaca botol wine ku kemarin.

"Mau bermain?"

"Hm, SOL, tidak puas kemarin sudah menggangguku?"

Aku berdiri lalu mengambil botol wine di lemari ku.
Membuka nya lalu  meminumnya.

"Ah, aku ingat sekali foto ini, sudah lama sekali ya? Hahaha" SOL mengambil fotoku.

"Jangan sentuh foto ku"

"Kenapa? Bukannya ini fotoku juga? Ah, kau masih cantik disini berbeda dengan yang sekarang"

"Hm" Aku melontarkan senyuman benci kepadanya.

"Kau yang sekarang terlalu kurus dan terlihat sangat lelah"

Aku tidak menajawab, aku meminum wine yang ada di tanganku.
Meneguk nya sampai habis.

"Apa seorang agen FBI seperti ini? Minum-minum sampai mabok IU?"

"Ne.. Tidak suka?"

"Apa kau mau minum-minum saat aku datang mengambil permata ku?"

"Maksudmu permata ku? Ha-ha"

"Aniii, permata-ku, milik-ku"

"Dalam mimpi SOL. Kau pikir aku lemah tidak bisa melindungi permata itu?"

"Aku tau kau tidak lemah, tapi yang aku pikirkan. Apa kau tega menyakiti aku? Seorang yang berharga di masa lalu mu?"

SOL berjalan semakin maju ke arahku.
Aku hanya bisa berjalan mundur menghindarinya sambil mencari-cari senjataku.

"Sial! Tertinggal di tas!" batinku.

"Kemana senjata mu?"

Aku hanya terdiam sambil tetap berjalan mundur.

"Game  over, aku yang akan bermain dengan nyawa mu hari ini"

SOL mengarahkan senjata nya ke arahku.
Ia mengambil ancang-ancang akan menembakku.

DORRR!

Ku pikir SOL sudah menembakku, aku membuka mataku yang terpejam.

"V.. VI?"

Aku melihat VI  yang menembak senjata SOL sehingga senjata nya jatuh ke lantai.



"atau mungkin aku yang bermain dengan nyawa mu SOL?"

Aku mengambil senjata SOL yang di lantai lalu mengarahkannya kepada SOL.
Sekarang SOL terjepit dengan kami berdua.

"ah, VI. Senang bertemu denganmu"

"Senang bertemu dengan mu juga SOL.... sepatu? Ha-ha-ha"

"Errr, SOL! Agen bodoh"

"ah, SOL. Ya, ya terserah apa katamu hahaha" VI tertawa.

"Oke, sekarang kalian mengepungku, tembak aku. Ayo"

"Aku tidak akan  menembak mu sampai perang yang sebenarnya dimulai SOL"

Aku membuang senjata yang kupegang jauh-jauh.

"Ne.. Aku ingin melihat aksi mu dengan permata itu" VI menatap SOL dingin.

"Fine, kita lihat siapa yang menang nanti, annyeong VIU"

SOL keluar dari rumahku.
Meninggalkanku dengan VI.

"ya, khamsahamnida sudah menolongku lagi"

"Ne.. Apa SOL itu masa lalu mu?"

"Hanya teman" Jawabku singkat.

"Benarkah?"

Aku terdiam sesaat.
Aku ingin menceritakan yang sebenarnya tapi berat untuk membuka mulutku.

"Ceritalah, aku mendengarkanmu" VI melepas jas nya.

"SOL... Dia dulu teman baikku, sahabatku. Aku menyukainya. Kami sering berpergian bersama.
Sampai suatu saat SOL tertangkap basah mencuri, ia kabur ke rumahku.
Polisi datang ke rumahku, tembakan melayang dimana-mana. SOL yang terjepit menyandera adikku lalu menembaknya"

"Adikmu? Lalu bagaimana?"

"Adikku tewas.. Semenjak itu SOL menghilang, 1 tahun terakhir ini aku mendengar namanya sebagai pemberontak di Inggris. Oleh karena itu, aku berniat membalas kematian adikku"

Air mataku mulai mengalir keluar saat aku bercerita kepada VI.
Aku berusaha menahan sebisa mungkin tapi akhirnya airmataku tetap keluar membasahi wajahku.

"Ne, jangan menangis. Adikmu pasti bangga mempunyai kakak yang kuat sepertimu"

VI memelukku membiarkan ku menangis di pelukannya.

"khamsahamnida VI"

"Ne..." VI memelukku erat.

Tiba-tiba suara HP VI berdering keras.
VI melepas pelukannya lalu mengangkat telpon itu. Wajah nya terlihat shock.

"siapa?" Tanyaku.

"TOP. Katanya 2NE1 dan SOL mengirim pesan akan menyerang kita besok"

"Ne?!"

"Ayo kita kesana sekarang, GD dan yang lain sudah menunggu"

"N.. Ne" Aku mengambil senjataku lalu berangkat bersama dengan VI.

COUNT DOWN PART 4

"SOL? siapa SOL?"

"SOL, dulu aku sangat dekat dengan dia. Benar-benar dekat, sampai akhirnya dia memaksaku untuk bergabung dengan tim nya, pemberontak. Tapi aku tidak mau"

"jadi? itu alasan kau ikut agen YG?"

Ji eun terdiam mendengar pertanyaanku.
Aku mengelus kepala Ji eun.

"sudah, jangan dipikirkan, ayo aku antar pulang"


LEE JI EUN


"Khamsahamnida sudah mengantar ku pulang"

Seungri tersenyum lalu beranjak pulang.

"ah tunggu!"

Seungri berhenti melangkah lalu membalikan badan menghadapku.

"ne?"

"ah, anii... Khamsahamnida sudah mengobati luka ku juga"

Aku mengucapkan terimakasih lagi.
Seungri tersenyum kembali lalu melangkah pergi meninggalkanku.

Aku melihat sosok Seungri sudah hilang, tidak bisa kulihat lagi.

Aku mengalihkan pandanganku dengan tatapan curiga ke arah rumahku.
Aku mengeluarkan pistolku, mengisi pelurunya.

Lalu melangkah masuk kedalam.

Aku masuk kedalam, menyalakan lampu rumahku.

Kosong.. Tidak ada apa-apa..

"Tidak usah bermain kucing-kucingan, keluarlah" Aku menuang wine ke gelasku.

"Rupa nya sudah tau? Haha"

"Dari dulu kau tidak pernah berubah ya? Selalu bersikap tidak sopan, masuk ke rumah ku diam-diam tanpa ijin dariku?"

"Bisa berkata seperti itu? Apa kau.... sudah tidak menyukai ku?"

"Aku memang tidak pernah menyukai mu" Aku meminum wine yang ada digelasku.

"Benarkah? Aku meragukannya"

"Berhenti disana. Jangan mendekat" Aku mengarahkan senjata ku kepada nya kali ini.

Aku menatap pria itu dengan tatapan marah, kesal, semua perasaan ku bercampur menjadi satu.

"Apa kau benar-benar berani menembakku?"

"Kau pikir aku tidak berani?" Aku tersenyum licik ke arah pria itu.

DORRR!

Aku meluncurkan sebuah tembakan kepada pria itu.
Aku tidak menembaknya, aku hanya mengarahkan supaya peluru itu menyerempet lengan nya.
Tetap saja membuat lengan pria itu terluka.

"Haha, kau sudah dewasa sekarang? Sudah bisa bermain dengan senjata?"

"Mungkin lain kali aku akan bermain dengan nyawa mu, SOL"

"Benarkah? Aku menunggu saat-saat itu denganmu IU"

Pria yang kusebut-sebut SOL itu beranjak keluar dari rumahku.
Ia meninggalkan sebuah surat misterius di meja ruang tamu ku.

Pikiran ku sangat kacau setelah melihat wajah SOL.

"SOL, apa mau mu? Kenapa menghantuiku lagi?!" Aku meminum habis botol wine yang ada didepanku.

Aku melempar botol wine yang sudah kosong itu, aku tidak bisa mengendalikan emosiku.

"ARGGHH!!!"

PRANGGG!

Aku melihat ke arah surat yang ditinggalkan SOL dengan tatapan emosi dan benci mendalam.
Aku mengambil surat itu lalu membacanya.


I'M WITH 2NE1 NOW.


I'LL GET THE DIAMOND AND DESTROY YOU.


SOL




"Hahah, kau pikir aku takut denganmu SOL?"

"Big mistakes"

YG


"Mianhae aku telat.." Aku duduk di kursi bar lalu menuang wine ke gelas yang sudah disediakan.

"ya, kau kenapa? Lelah sekali kelihatannya?"

"ne GD, aku frustasi.." Aku meminum habis wine itu lalu mengisi gelasku kembali.

"frustasi? Kenapa?"

"dunia ini sudah gila ya? Haha" Aku meneguk wine ku lagi.

"ya, ya, sudah jangan minum banyak-banyak. Ini masih pagi" GD mengambil botol wine dari tanganku.

"aniii... Aku sudah biasa, sini kemarikan botolnya"

"aniii, kau sudah gila ya?"

"ne, aku sudah gila" Aku berhasil mengambil botol wine itu.

Kali ini aku meneguk wine langsung dari botol nya.
Aku meminum wine dari botol itu sampai habis.
Aku berjalan masuk ke meja bar, mengambil botol wine yang baru.

"ya, Seung ah.. maksudku VI, kemana dia?" Aku membuka botol wine yang ada ditanganku.

"kuliah, dia sedang tidak ada misi hari ini.."

"ya, GD, kau juga harus kuliah mengerti? Belajar untuk masa depan nak" Aku menepok-nepok pundak GD lalu kembali minum dari botol wine di tanganku.

"ya, kau mabok ya?"

"aniii, apa wajah ku terlihat mabok?" Aku merangkul GD.

"ne, kau mabok. Sudah jangan minum lagi"

"ah jangan diambiiiiiiil..." Aku berusaha merebut botol wine yang direbut oleh GD.

"ya, ada apa ini?"

"ya, VI kau datang tepat waktu. Lihat rekan mu ini, pag-pagi sudah mabok"

"aniii, aku  tidak mabok!" Aku mengambil kembali botol wine yg direbut GD lalu meminumnya.

"mau?" Aku memberikan botol kosong kepada VI.

"hahhh, kau ini benar-benar gadis bodoh yang merepotkan"

"aku bukan gadis bodoh! Aku ini wonder woman! Hahaha!"

"lihat? Pagi-pagi sudah minum 2 botol, begini jadinya" GD menahanku yang sempoyongan.

"ah, biar aku yang urus dia"


COUNT DOWN PART 3

"kau sudah datang? hm"

"ne..." Aku berdiri tepat dihadapan Minzy.

"mana permata itu?" Bom mengarahkan pistolnya ke kepala ku.

"mana IU?"

Aku melihat CL yang tangannya berbalut kain, bekas tembakan ku kemarin.
CL dan Sandara hanya mengamati dari jauh.

Terlihat sekali mata mereka memancarkan emosi dan amarah yang sangat besar.
Mereka sangat membenciku.

"ah! Jangan sentuh!"

Aku melihat IU yang diseret kasar oleh Minzy, wajah nya lebam seperti habis berkelahi.
Minzy menjambak rambut IU kasar lalu berdiri di depanku.

"sekarang mana permata itu?"

G-Dragon datang membawa permata yang sudah diletakkan didalam kotak brankas.
CL yang melihat GD dari jauh terus memandangnya dengan tatapan panik.

"serahkan IU dulu" Aku melangkah maju.

Bom kembali mengangkat pistolnya.

"permata nya dulu"

GD maju lalu meletakan kotak permata itu di dekat kaki Bom.
Bom memeriksa isi kotak itu lalu membiarkan kotak itu terbuka.

Ia memberi Minzy isyarat untuk melepaskan IU.
Minzy melepas IU dengan kasar, ia melemparnya ke arahku.

"ya, kau tidak apa?"

"ne..."

Aku melihat wajah IU yang penuh dengan memar dan lebam.

Aku membantu IU berjalan ke mobilku yang sudah diluar.
GD  masih tidak bergerak, terus memandang CL dari jauh.

"ya, GD ayo kita pergi"

"ne.." GD berbalik badan meninggalkan mereka.

"ya, kau bodoh ya? Kau benar-benar memberikan permata itu?" IU berbisik kepadaku.

"apa aku sebodoh itu?" Aku tersenyum.

"permata itu asli?"

"tentu saja asli"

"kenapa tidak berikan yang palsu?"

"2ne1 itu tidak bodoh, tapi tidak pintar"

"maksudmu?" IU terlihat bingung dengan perkataanku.

Aku menunjukan permata yang sudah ada di dalam jasku.
IU terlihat kaget saat melihat permata yang tadi ada di kotak itu tiba-tiba sudah berpindah ke jasku.

Aku, IU, dan GD masuk ke dalam mobil lalu pergi dari tempat itu.

"ya! Permata itu, bagaimana ceritanya bisa kembali?!"

"santai saja bicaranya IU hahaha" GD tertawa.

"gerakan tangan ku yang terlalu cepat tidak terdeteksi ya?" Aku mengeluarkan permata itu.

"memang kapan kau mengambilnya?"

"saat menolongmu aku mendekati kotak itu kan? Aku menukarnya dengan yang palsu"

"wahhh, kau hebat juga ya VI" IU terkagum-kagum denganku.

"sudah kubilang, 2ne1 tidak bodoh.. Tapi kalah pintar denganku"

Seperti biasa, GPS ku berbunyi tiap kali aku sudah menyelesaikan misiku.
Aku mengisi pistolku dengan peluru yang tersisa di kantongku.

"mission complete thankyou mr.VI"

Aku melempar GPS itu keluar.

DORRRR!

Belum aku meluncurkan peluruku, IU sudah meluncurkan miliknya duluan.

"thankyou for saving me mr.VI"

"yourwelcome"  Aku tersenyum pada IU.

"ya GD aku turun disini saja, kau harus ke pusat mengembalikan permata  ini kan?"

"ne..." GD tetap fokus menyetir.

Aku meletakkan permata itu di tempat rahasia mobil ku lalu mengganti pakaian ku dengan pakaian anak biasa, seorang bocah kuliahan.

"ya aku ikut!" IU turun mengikutiku.

Aku dan Ji eun melambaikan tangan pada GD yang menyetir mobil ku semakin lama semakin jauh.

"Ayo jalan, aku lapar kita cari makan saja"

"ya, pelan-pelan saja bisa kan? ashhhhhh"

"kau kenapa?" Aku memperhatikan langkah Ji eun yang tidak biasa.

Aku menggulung celana Ji eun, aku melihat luka bekas sayatan pisau yang cukup dalam.
Darahnya sudah tidak mengalir tapi masih terbuka.

"ya! Ini parah sekali! Kenapa tidak bilang daritadi?!" Aku mengikat saputanganku pada luka itu.

"aku pikir aku mau mengobatinya sendiri di rumah nanti"

"Jadi orang jangan terlalu bodoh bisa kan?"

"kenapa mengatai ku bodoh?"

"ah, sudah lah kamu tunggu disini, jangan kemana-mana" Aku berlari meninggalkan Ji eun.

"ya! kau mau kemana?! ya!"

Aku berlari ke sebuah toko obat, membeli perban, alkohol dan obat lainnya untuk mengobati luka di kaki dan di wajah Ji eun.

Aku berlari kembali ke tempat aku meninggalkan Ji eun tadi.

"ya, kemana kau?"

"diam saja, cerewet sekali kamu ini"

Ji eun mencibir memperhatikanku.
Aku menuang alkohol di kapas lalu membersihkan luka kaki Ji eun.

"ah! sakit pelan-pelan dong!"

"jangan cerewet ah" Aku mengobati luka nya lalu membalutnya dengan perban.

"sakit tau tidak merasakan nya sih kau" Ji eun memijit-mijit kaki nya.

"hadap sini..."

"ne?"

"hadap sini, ku obati lukamu" Aku mengoleskan salep pada luka memar dan lebam di wajah Ji eun.

"ya... Khamsahmnida"

"sama-sama" Aku membuang sisa obat yang tersisa.

Aku dan Ji eun duduk sambil bercanda-canda di tempat duduk kami.
Aku bercanda sambil melihat ke kanan atau ke kiri.
Melihat ke sekeliling kota.

Sampai tiba-tiba Ji eun menarik wajahku.
Berpura-pura menciumku.

Aku tidak mengerti apa maksudnya, tapi ini pasti dilakukan karena darurat.

"ya, kau mencari kesempatan denganku?" Aku berbisik.

"diam lah dulu"

"tidak mau menciumku sungguhan?" Godaku sambil berbisik.

"kau gila ya?"

Setelah beberapa saat Ji eun melepas ku.
Aku melihat wajahnya yang pucat dan shock.

"ya, ada apa?"

"aku melihat 2ne1..."

"bersama SOL" Tambahnya.

"SOL?" gumamku.

5/06/2011

COUNT DOWN PART 2

Pria itu sudah mau menembak ku.
Mungkin sekitar 1 setik peluru itu sudah terbang ke arahku.

Ancang-ancang menembaknya terpotong oleh perkataanku.
Aku berbicara dalam bahasa Itali.

guardare dietro di te


"apa yang kau bicarakan?!" Pria itu membentakku.


"awas dibelakangmu" Aku tersenyum.


Pria itu menghadap belakang ke arah pintu, IU dengan sebuah mobil yang bertuliskan YG diatasnya meloncat ke ruangan, mendobrak pintu yang besar itu.


Aku mengambil pistol yang ada di pinggangku lalu menembak pria itu.


Tepat di dada nya.


"ya! naik!" IU berteriak.


Aku mengambil alih setir mobil itu, aku menabrak pintu keluar dengan mobil itu.
IU sibuk dengan sesuatu di tangannya.


Melempar nya ke arah ruangan yang sudah kami tinggalkan.


"ya, apa itu?"


IU menajwabku dengan menghitung "1, 2..."


BOMMMMMM!


Terjadi ledakan besar yang menghancurkan tempat pertemuan tadi.
Kebakaran besar terjadi di tempat itu.


"ya! kau gila!" aku tertawa melihat ledakan yang terjadi disana.


"ne, aku gila hahaha"


"masih bisa bilang kalau wanita tidak bisa apa-apa mr.V.I?" IU menggodaku.


"baik aku akui kau wanita hebat"


IU tersenyum mendengar ucapanku.


"tapi masih kalah denganku" Aku menyetir mobik itu dengan cepat.


IU memukul lenganku pelan sambil tertawa.



GPS di kantongku berbunyi seperti biasa.


"mission complete, thankyou mr.VI"


"yourwelcome" DORR!


GPS milik IU pun berbunyi.


"mission complete, thankyou miss.IU"


"kau mau menembak nya untukku?" IU memberikan GPS  nya kepadaku.


"lempar saja keluar" ucapku.


IU melempar GPS itu keluar lalu aku mengarahkan pistol ku ke GPS itu.


DORRR!


"kau lumayan handal dalam menembak ya?"


"meragukan kemampuanku?" Aku menyimpan pistol ku kembali.


"sedikit" IU tertawa.


"mau bertaruh?"


"ne, nanti kalau sudah sampai di Korea"


Aku dan IU pun kembali ke gedung pusat kami membawa batu permata yang berhasil kamu ambil tersebut.




COUNT DOWN PART 1

DORRRRR!

Tembakan diluncurkan.
Misiku selesai.

"mission complete. thank you mr.VI"

Sebuah alat komunikasi yang menyerupai GPS di kantongku berbunyi.

"your welcome"

Aku mengambil GPS itu, melempar nya ke atas lalu mengangkat pistol yang ada ditanganku.
Pistol itu kuarahkan ke arah GPS yang kulempar tadi.

DORR!

SEUNGRI

"ya! Seungri! ayo kita main basket!" 

"ya! ayo!" 

Aku dikenal dengan nama Seungri dikalangan keluarga dan teman-temanku.
Tidak ada yang tau kalau aku ini sebenarnya adalah V.I

V.I?
Agen FBI yang terkenal dingin, tegas, kejam, dan tidak pernah gagal saat menjalani misi.

Ini aku yang ada dilingkungan sehari-hari ku.


Culun, hah? Hahaha.

Tapi saat aku mendapat misi yang harus kuselesaikan.
Penampilanku berubah.

Bukan hanya penampilan.
Sikap ku pun berubah menjadi dingin.


"ayo ke lapangan!" Aku menjalani hari-hari ku seperti biasa di kampus ku.

Belajar, bermain dengan teman saat jam istirahat.
Tidak terlihat kalau aku seorang FBI  kan? Hahaha.

Aku baru melempar bola pertamaku.

"ya!" 

Aku menengok ke arah suara yang memanggilku.
Ah, Jiyong.

Dia juga seorang FBI, sama sepertiku.
Bisa dibilang, dia partnerku.

Dia juga memiliki nama julukan.
Mr.G-Dragon karena dia terkenal lebih kejam dan ganas dari ku.

"ya, kalian main duluan, aku kesana sebentar" Aku menghampiri Jiyong.

"ne? ada misi apa?"

"100 langkah utara, helikopter, bandar narkoba international, ferari underground" Jiyong memberi ku kunci.

Kalimat yang aneh bukan? Hahaha.
Aku tersenyum licik lalu meninggalkan Jiyong.

Aku berjalan ke tempat parkir basement kampus ku.
Ferrari hitam sudah menunggu ku di tempat parkir pojok.

Aku mengendarai mobil itu dengan cepat ke arah utara.
Speedometer yang ada di mobil itu terus menghitung, angka nya terus naik.

Saat angka speedometer itu menunjukan angka 100, aku berhenti lalu turun.

Aku sudah berubah dari Seungri menjadi mr.VI
Helikopter? 

Elicottero, nama sebuah pabrik otomotif yang terkenal disana menajdi sasaran.

Elicottero yang dalam bahasa Itali berarti helikopter.

Aku melihat G-Dragon dan rekan ku satu lagi, D-Lite sudah menungguku disana.
Aku berjalan masuk duluan, pura-pura tidak mengenal mereka.

Aku masuk ke dalam pabrik itu, berjalan lurus menuju lantai paling atas.

Saat anak buah bandar narkoba itu mulai mengetahui kedokku, G-Dragonda n D-Lite menembak mereka dari belakang.

Ya, D-Lite adalah seorang penembak handal.
Hampir tidak pernah meleset tembakannya.

Suara tembakan terus terdengar, aku terus melangkahkan kaki ku ke atas.
Sampai aku memergoki bandar narkoba internasional itu yang sudah berada di helikopter.

Aku tetap tenang, aku mengeluarkan pistol ku lalu mengisi nya.
Aku mengarahkan pistolku kehelikopter itu.
Aku mengira-ngira pusat bahan bakar helikopter itu.

1... 2... 3... Aku meluncurkan tembakanku.

BOMMMM!

Tembakanku berhasil mengenai pusat bahan bakar helikopter itu.
Helikopter itu meledak tidak lama setelah terbang.

"mission complete, thankyou mr.V.I"

"yourwelcome"

DORRR!


"ini dia pahlawan kita hari ini! hahaha"

"ayo kembali ke pusat, aku traktir kalian minum disana"

Aku, G-Dragon, dan D-Lite pun kembali ke markas dengan kendaraan FBI yang sudah dikirim dari pusat.

Urusan kami bertiga di pabrik ini selesai, polisi sudah berdatangan untuk memeriksa barang bukti.

5/05/2011

STUPID LIAR PART 8

"i i i ini apa maksudnya?" Minzy tergagap-gagap menunjuk cincin yang kupakai.

"ini? ini cincin couple yang biasa dipakai sepasang kekasih"

"jadi kalian sudah jadian?"

"ne..." Taeyang menjawab.

"waaaa! selamat unnie!" Minzy memelukku.

"ah aku iri, Jiyong oppa aja belum memberiku cincin pasangan" CL duduk di sofa.

"ne? memang kalian berpacaran?"

CL hanya tersenyum lalu menganggukan kepala nya.
Seisi rumah menjadi lebih gempar.

"aku juga" Minzy menambahkan.

"ne?"

"aku dan Daesung oppa sudah berpacaran"

"sejak kapan?!" CL heboh sendiri.

"kemarin..." Minzy menggaruk-garuk kepalanya.

"berarti hanya Bom unnie yang belum jadian?" CL melihat Bom.

"siapa bilang?" Bom tersenyum.

"ah jangan bilang kalau...." Aku melihat Bom curiga.

"aku dan TOP sudah berpacaran sejak bulan lalu, kami diam-diam takut kalian semua kaget"

"NEEEEEEE?!"

"aigo aku jadi pusing sendiri" CL naik ke atas kamar disusul Mizny dan Bom yang tertawa-tawa.

Aku dan Taeyang masih dibawah, di ruang tamu.
Aku mengambil jaket Taeyang yang waktu itu kupinjam.

"ya, pakai ini, untung aku masih menyimpannya"

"ne, gomawo" Taeyang mengelus kepalaku.

"ya, besok kamu rekaman kan? tidak kuliah dong?"

"ne... kenapa? kangen?" Taeyang menggodaku.

"ah, iya, sepertinya lagu ku besok feat dengan Jiyong"

"ah begitukah? lalu model MV nya?"

"kau" Aku tersedak air yang sedang ku minum.

"aku?!"

"ne..." Taeyang tersenyum.


STUPID LIAR PART 7

"khamsahamnida Jiyong, TOP, Daesung, Seungri"

Aku membungkuk berterima kasih.

"kalian ke kelas saja, kalian juga Minzy CL Bom, aku menyusul nanti"

Tanpa sepatah kata mereka meninggalkanku dan pergi ke kelas.
Aku masih di ruang UKS melihat dokter UKS yang sedang memeriksa Taeyang.

"Sandara?" dokter memanggilku.

"n, ne?"

"tidak usah takut, Taeyang hanya demam, tapi demamnya memang cukup tinggi. kau mau menjaga nya disini?"

"ne, aku akan menjaganya"

"sudah minta ijin dosen mu?"

"ne..." Aku berbohong.

"ne, kalau dia sudah bangun, beri dia minum obat ini ya"

"ne, khamsahamnida" Aku menerima obat itu.

Dokter pun keluar meninggalkan kami berdua.
Aku duduk di sebelah ranjang Taeyang.

Aku mengambil baskom dan kain yang ada di lemari mengisi nya dengan air.
Aku mengompres Taeyang, sesekali mengelus pipinya.

Aku melihat tas Taeyang yang terbuka, aku ingin menutupnya.
Aku melihat sebuah buku yang sepertinya bukan buku pelajaran.

Aku mengambilnya lalu membukanya.
Buku itu penuh dengan tulisan nama ku.

Sandara Sandara Saranghaeyo Sandara.
i love you Sandara.

Hampir seluruh isi buku itu berisi kalimat yang sama.
Aku tersentuh membaca buku itu.

"ya, stupid boy, segitu nya kah kamu menyukai ku?"

Aku memegang tangan Taeyang.
Aku merasa sesuatu yang berbeda dengan Taeyang.

"apa aku menyukai nya?" gumamku.

"ah aniii" aku menggelengkan kepalaku menampar pipi ku pelan.

Pelan-pelan aku merasakan tangan Taeyang yang ku genggam bergerak.
Aku melihat mata nya yang mulai terbuka pelan-pelan.

Matanya terbuka, ia melihatku.

"ya, kau sudah bangun?"

"ah aku sedang mimpi ya? di depan ku ada malaikat cantik" ia tersenyum.

"kau ini, ya aku sudah melihat isi buku mu" Aku menunjukkan buku yang ada ditanganku.

"ne? ah sepertinya aku ketahuan"

"ne..." Aku membuka obat yang diberikan dokter tadi.

"minum obatnya" Aku memberikannya air.

Taeyang meminumnya.

"ah ternyata kau ini fan gelapku ya?" Godaku.

"ne, aku fan mu Sandara unnie.."

"jangan sok imut kau Taeyang" Aku tertawa.

"ya.." Aku mengajak nya 'suit'.

Aku menang, aku batu, dia gunting. Hahaha.

"ya, kau kalah, sini aku jitak"

"aniii, jitakanmu sakit tau?"

"aniii, merem aja"

Taeyang memejamkan matanya, aku ingin tertawa melihat wajahnya yang sudah ketakutan.
Aku juga memejamkan mataku, aku mecium pipinya.

"ne, ayo kita pulang, kau harus istirahat" Aku membawa tas nya.

Taeyang masih terbengong memegang pipi kanannya yang ku cium tadi.

"ya! ayo cepat!" Aku tertawa.

"n,ne..." 

Aku dan Taeyang berjalan ke rumahnya, aku mengantarnya.

"ya, Sandara..."

"ne?"

"khamsahamnida sudah merawatku.." Taeyang tersenyum, aku terpaku melihatnya.

"juga ciumannya, aku merasa sangat sehat sekarang" Taeyang mengangkat kedua tangannya lalu menjatuhkan tangannya di pundakku.

Aku tidak menolak rangkulan Taeyang.
Aku merasa nyaman saat Taeyang ada didekatku.

Taeyang melepas rangkulannya lalu menggandeng tanganku.
Anehnya, aku tidak kesal atau marah.

Aku senang dan tidak ingin melepas genggaman tangannya.

"ya, Sandara"

Aku menoleh ke arahnya.

"oh!" Aku terkejut saat Taeyang mencium dahiku.

Ciumannya tidak sebentar, ia mencium ku lama.
Ia tidak langsung melepas ciumannya, ia mencium dahiku lama sambil menggenggam tanganku.

Aku memejamkan mataku merasakan sesuatu yang aneh di dadaku.
Aku deg-degan tapi aku merasa nyaman saat itu.

"ya, kau mulai menyukai ku kan?" Taeyang melepas ciumannya, tapi tidak melepas tanganku.

Aku dan Taeyang kembali berjalan.

"ne, aku rasa aku mulai menyukaimu" aku berkata dalam hati.

"ya, kenapa tidak menjawab? kau menyukai ku kan?"

"ne, sedikit" Aku tertawa.

"ah, sedikit saja aku sudah senang" Taeyang mengambil tas nya dariku lalu membawakan tasku.

"ya, aku rasa aku sudah sehat, kita bolos yuk!"

"bolos? kemana?"

Taeyang berpikir sebentar lalu mengajakku berlari.
Ia masih menggandeng tanganku.

Aku dan Taeyang sampai di sebuah pantai yang sepertinya jarang diketahui orang.
Hanya ada beberapa orang yang ada disana.

Taeyang melepas sepatunya. Aku juga melepas sendalku.

Aku dan dia meletakkan tas kami di bawah payung besar di pantai itu.
Kami berdua bermain di tepi laut sana.

"ya!" Aku kaget saat Taeyang mencipratkan air laut kepadaku, aku basah.

"kau baru sakit jangan basah-basahan dulu!"

"aniii, aku tidak apa kalau ada kamu Sandara!" Taeyang tertawa menyipratkan air kepadaku lagi.

"ya!" Aku tertawa lalu membalasnya.

Taeyang mengejarku, aku berlari di pinggir laut bersamanya.
Jejak kaki kami tercetak di sepanjang pasir di pantai itu.

"aaa!!" Aku berteriak saat Taeyang berhasil menangkapku.

Taeyang memelukku dari belakang lalu kami berdua jatuh ke pantai.

"ya, lihat jadi basah kuyup begini!" Aku tertawa.

Taeyang hanya tertawa lalu memandang mataku.
Aku pun memandang matanya.

Taeyang mengelus pipiku lalu pelan-pelan mendekatkan wajahnya ke wajahku.
Aku tidak bisa melawan, aku tidak tau kenapa aku tidak bisa dan memang tidak mau melawan.

Tinggal sedikit lagi aku dan Taeyang berciuman.

DUKKKK!

Sebuah bola menyambar kepala Taeyang, membuat ku tertawa dan memalingkan wajahku darinya.
Aku mengambil bola itu lalu mengembalikannya ke anak kecil yang sepertinya takut melihat Taeyang.

"ya! sudah jangan bermain air lagi, sini!" 

"neeeeee" Taeyang menghampiriku.

Aku dan Taeyang membuat istana pasir bersama.
Kami benar-benar seperti sepasang kekasih saat itu.

Aku melihat dari jauh anak kecil yang tadi memperhatikanku.

"ya kamu! siniiii" Aku memanggil anak kecil itu.

"kamu sendiri?" Taeyang bertanya.

"aniii oppa" anak kecil berambut panjang itu menjawab dengan manis.

"oppa, unnie, apa kalian sepasang kekasih?"

Aku dan Taeyang bertatapan mata, awalnya bingung mau menjawab apa.

"ne, kami berpacaran" Taeyang menjawab.

Anak kecil itu mengeluarkan sebuah cincin couple dan memberikannya kepadaku.

"unnie ku kemarin menikah lalu memberikan ini padaku. Aku belum punya pacar jadi aku kasih ini ke unnie" anak kecil itu tersenyum.

"khamsahamnida anak manis" Taeyang mengelus kepala anak kecil itu.

Anak kecil itu berlari kembali ke mamanya, dari jauh melambaikan tangan kepada ku dan Taeyang.
Aku memandang cincin itu, cantik sekali.



Taeyang mengambil cincin itu dari tanganku.
Meraih jariku lalu memakaikannya di jari manisku.

"yaaa...." Aku tertawa malu.

"kau tidak mau memakaikan satu nya di jari ku?"

Aku mengambil cincin yang satu lagi lalu memakaikannya di jari manis Taeyang.

"ya, Sandara kapan ya kita bisa jadi sepasang kekasih?"

"bukannya sudah?" Aku tersenyum menunjukkan cincin di jari manisku.

Taeyang terlihat sangat terkejut melihatku dan perkataanku.
Ia bengong sebentar lalu tersenyum melihat cincin yang ada di jarinya.

"kalau begitu...." Taeyang merangkulku.

"mulai hari ini kau milikku, tidak ada yang boleh dekat-dekat denganmu"

Aku hanya tertawa mendengar Taeyang, aku melihat ke arahnya.
Ia juga sedang melihat ke arahku.

Taeyang menciumku di tepi pantai itu saat matahari mulai terbenam.
Ciumanku dan Taeyang berlangsung tidak lama.

Aku dan Taeyang bergandengan tangan lalu berjalan pulang ke rumah dengan baju yang basah kuyup.

Ditengah jalan aku melihat mantan kekasihku yang berdiri di depan rumahku.

"ah lagi-lagi dia" Taeyang berkata kesal.

Aku tidak takut lagi kali ini karna aku sudah memiliki Taeyang di hatiku.
Aku menghampirinya sambil menggandeng Taeyang.

"ya, sedang apa kau disini?" tanyaku sinis.

"Sandara, aku kesini mau minta maaf, aku tidak bisa melupakanmu Sandara!"

Aku menepis tangan mantan ku yang ingin menyentuhku.

"jangan sentuh" kata ku dingin dan sinis.

"bukan kah sudah kubilang jangan mengganggu Sandara lagi?" Taeyang mulai emosi.

"apa-apaan kau! Sandara  dia bukan kekasih mu kan? Dia hanya mengaku-ngaku kan?"

Aku mulai kesal mendengarnya, aku menahan emosi ku lalu berkata dengan tegas.

"ne, dia pacarku, enyahlah" Aku menggandeng Taeyang masuk ke dalam rumahku.

Aku sengaja menubruk kasar pundak mantanku itu, aku sangat membencinya.

"sudah bisa mengakui ku?" Taeyang tersenyum.

"ne..." Aku membalas senyumannya.

"ya, dari mana kalian? bolos kelas?" Bom CL dan Minzy sudah menunggu di ruang tamu.

"baru pulang kencan" goda Taeyang.

"apa maksudnya?" CL kebingungan.

Aku dan Taeyang menunjukkan cincin yang ada di jari manis kami berdua.

"EEEEHHHHHH?!!!" Se isi rumah berteriak.



STUPID LIAR PART 6

"uwaaaaa... kalian sedang apa berpelukan disana?!"

"aniiii, Taeyang cuma menolongku yang hampir terjatuh!"

Sandara melepas pelukan ku lalu beranjak berdiri.
Aku yang masih terduduk di lantai melihat wajah mereka yang masih kebingungan dan kaget melihatku berpelukan dengan Sandara tadi.

"ya ya, jangan salah sangka. Aku hanya menolong Sandara yang hampir jatuh tadi"

"ne... jangan berpikiran yang macam-macam kalian ini, aigo..."

Karena situasi sedang menjepit ku dan Sandara, aku tidak ingin dicurigai lebih lagi oleh mereka bertiga.
Aku melihat keluar jendela, hujannya tidak terlalu deras lagi.

"ya, Sandara, aku pulang ya"

"ne? diluar masih hujan"

"tidak apa-apa"

"anii, kesehatanmu bisa terganggu tau? Lagipula, bukannya kamu mau rekaman lusa?"

"ne... tidak apa hujan kecil ini" Aku berjalan ke pintu depan.

Sandara mengantarku sampai ke pintu luar.

"yaa, apa  kamu yakin?"

"ne... kenapa? kamu mengkhawatirkanku?" Aku mencubit pipi Sandara.

"aniii, sebentar aku ambilkan payung" Sandara mencibir.

"anii, tidak usah, aku langsung pulang saja"

Aku langsung keluar dan menerobos hujan yang lumayan besar itu.
Aku tidak ingin merepotkan Sandara.
Aku berlari kehujanan mencari taksi disekitar rumah Sandara.

AC taksi yang dingin membuatku menggigil.
Bajuku yang basah membuat hawa disekitarku semakin terasa dingin.

Aku  mengingat kejadian saat mati lampu tadi, aku tersenyum sendiri.
Aku mengambil foto Sandara yang kusimpan di dompetku.

Aku mengamati senyumnya yang membuatku tidak berkutik.

"ya, Sandara.. suatu saat aku akan menyatakan perasaan ku kepadamu" batinku.


SANDARA PARK

"unnie, makan lah dulu, kamu belum makan kann?" Minzy membujukku makan.

"aniii, nanti dulu, kalian makan saja duluan..."

Aku bolak-balik memeriksa HPku.
Kalau tidak ada SMS atau telpon aku menghela nafas kesal.
Aku menunggu SMS atau telpon masuk, tapi dari siapa?

"ah ayolahhhh" gumamku.

"ya, Dara, kamu nunggu SMS dari Taeyang kah?" Bom menegurku dari meja makan.

"hah? aniiiiii... aku menunggu SMS dari....."

Aku menunggu SMS dari siapa ya?
Yap, pertanyaan Bom memojokanku dan bertanya-tanya pada diriku sendiri.

"aku.... tidak tau menunggu SMS dari siapa..." Aku berkata pelan dan malu.

CL menggeleng-gelengkan kepalanya, "sudah unnie, sini makan dulu" ia berkata.

Aku pun meletakkan HPku di sofa lalu beranjak ke meja makan.
Akhirnya aku makan bersama mereka, tapi pikiranku tetap berpikir.

"apa ya yang kutunggu daritadi?"


"giliran siapa mencuci piring hari ini?" Minzy merapikan piring yang kami gunakan  makan tadi.

"aku saja" Aku mengambil piring-piring itu dari tangan Minzy.

"gomawo unnie, aku tidur duluan ya, ngantuk sekali"

"ne.." Aku tersenyum lalu mencuci piring.

Bom, CL dan Minzy naik ke atas duluan.
Aku masih dibawah mencuci piring dibawah dengan pikiran kosong.
Sesaat aku meraba kantong celana ku.

"loh? kemana HPku?" Aku mencoba mengingat dimana terakhir aku letakkan HPku.

Aku melihat ke arah sofa di ruang tamu.

"ah!" Aku ingat dan berlari mengambil HPku.

Aku menge-cek HPku.

you have 5 new message.
you have 3 miss called.

Aku membuka daftar miss call, Taeyang, Taeyang dan Taeyang.
Aku membuka 5 SMS yang masuk.

from : Taeyang
ya Sandara aku sudah sampai..

from : Taeyang
acara makan kita tadi batal.
ku ganti lain hari ya? 

from : Taeyang
hari ini lebih dingin dari biasanya.
jangan pakai pakaian tipis seperti tadi!

from : Taeyang
ya Sandara, kenapa tidak balas SMSku?
sudah tidurkah?

from : Taeyang
sampai bertemu besok di kampus.

Aku tidak tau kenapa aku merasa kesal saat aku tau Taeyang tadi menelponku dan tidak kuangkat.
Ah kesal sekali rasanya!

Aku melihat miss call dan SMS terakhir baru sekitar 15 menit yang lalu.

"sudah tidurkah?" Aku menekan tombol hijauku.

tuttt..... tuttt....

Telpon ku sudah tersambung tapi belum diangkat.
Baru mau kuatika, aku mendengar suara Taeyang.

"ne..."

"ya Taeyang kenapa suaramu lemas?"

"anii, hanya sedikit lelah"

"apa karna hujan-hujanan tadi? sudah kubilang jangan nekat"

"hm, kenapa? khawatir?" Aku bisa mendengarnya tertawa pelan.

"ne, mengkhawatirkanmu, puaskah?"

"aniii, aku belum puas kalau belum melihat mu"

"ya, bicara apa kau ini" Aku berjalan ke dapur menyelesaikan cucian piringku sambil memegang HPku.

"sedang apa kau?" Taeyang bertanya.

"mencuci piring"

"hm hm hm" Taeyang menahan tawanya.

"ya...! apa yang lucu?"

"seorang Sandara bisa mencuci piring ya? hahaha"

"ya jangan meremehkanku, aku ini calon ibu rumah tangga yang baik tau"

"ne... aku menjadi suami mu hahaha"

"apa sih kau ini" Candaan Taeyang barusan membuatku merasa malu dan deg-degan.

"yasudah istirahat kamu, sampai jumpa besok"

"ah tunggu! Aku yang mau mematikan telponku tidak jadi mematikannya.

"ne? kenapa?"

"ah, aniii, tidak jadi hehe sampai jumpa besok"

Aku mematikan telponku.
Belum sampai semenit aku mematikan telponku, Taeyang mengirim sebuah SMS.

from : Taeyang
Saranghaeyo Sandara....

Jantungku berdebar cepat membaca SMS itu.
Aku membaca nya berkali-kali.

Aku melihat foto Taeyang yang masih menjadi wallpaperku.

"stupid boy... kamu menang kali ini" Aku berbisik.