"HAHA! Diam kau Sandara!" Godaku.
"S-S-Sandara apa?! Aku tidak menyukainya!"
"BOHONG! Ya pabo kau tidak bisa membohongiku tau?" Aku tertawa.
"K-Kau sendiri! Seunghyun Seunghyun Seunghyun!"
"NE! Aku menyukai nya, memang kenapa?"
Jiyong terdiam saat aku berbicara seperti itu.
"HAH! Tidak berani mengaku kalau kau menyukai Sandara kan?!"
"A-Aniii..." Jiyong menunduk.
"Hahh, bagaimana bisa mendapatkan Sandara kalau kau pengecut begitu?" Ucapku.
"Y-Ya! Memangnya kau bisa mendapatkan Seunghyun apa????"
"Kalau aku bisa bagaimana? Kau mau beri aku apa?"
"K-Kalau aku bisa mendapatkan Sandara, kau juga mau beri aku apa? Hah?"
"Aku berani melakukan apa saja yang kau mau! Kau?! Berani apa? Hah?"
"A-Aku juga berani melakukan apa yang kau suruh!"
"Benar? Oke kita taruhan saja!" Aku berbicara dengan nada tinggi.
"O-Oke! Aku tidak takut! Taruhan apa?"
"Kau dekati Sandara, aku dekati Seunghyun oppa. Harus jadi pacarnya ya!"
"Ne! Aku tidak takut! Satu bulan ya waktunya! Ingat!"
"Tentu saja aku ingat, pabo."
"Heissss!" Jiyong bergumam kesal.
KRINGGGGGGGG!
Akhirnya bel tanda pulang sekolah berbunyi. Dengan susah payah aku berhasil menyelesaikan hukuman ku.
Walaupun tulisanku sudah tidak karuan, yasudahlah.
Aku mengambil tasku di kelas yang sudah kosong.
Yang tersisa hanya tas milikku dan Jiyong.
Aku mengambil tas ku lalu beranjak pulang.
home
Ah! Bodoh sekali aku! Aku lupa meminta nomor Seunghyun oppa pada Jiyong si pabo itu!
Aku mengambil HPku lalu mengirim SMS ke Sandara.
Dara, kau punya nomor Jiyong?
Ne, punya. Wae?
Beri aku nomornya ya.
xxxxxxxxx. Untuk apa?
Anii hanya ada sedikit urusan. Gomawo ^^.
Heisss, sebenarnya aku sangat malas mengirim SMS kepada si pabo itu.
Tapi kalau aku tidak bergerak duluan aku bisa kalah taruhan dengan si pabo itu.
Ya, pabo! Ini aku Chae rin.
Aku tidak pabo! Wae?
Beri aku nomor Seunghyun oppa. Aku lupa minta kepadanya.
Heiss, kau yang pabo bukan aku. xxxxxxxxxx.
Ingin berkelahi kau hah? Gomawo.
Ne.
Cih, singkat sekali membalas SMS ku, membuatku kesal saja.
Jantungku terasa deg-degan saat mengetik SMS untuk Seunghyun oppa.
"Aku harus mengirim SMS apa?!" batinku gemas.
Dengan tanganku yang gemetar aku pun mengirim SMS kepada Seunghyun oppa seadanya.
Oppa, ini aku Chae rin.
Kertas hukuman ku sudah kuletakkan di meja oppa.
Sudah terima?
Ah! Tidak dibalas! Aku mengacak-acak rambutku.
Oppa balas oppa aku mohoooooon. Hiks serasa tertimpa batu kepalaku saat itu.
Drtttt..... Drtttt....
Tiba-tiba HPku bergetar, aku semangat mengambil HP ku lalu membuka SMS yang masuk.
Sudah.
Tulisanmu berantakan! Haha.
Aku meletakkan HPku sebentar lalu melompat-lompat.
Senang sekali SMS ku dibalas oleh Seunghyun oppa!
Aku pun membalas SMS nya lagi.
Mianhae oppa. 1000 kalimat sudah mau mati aku menulisnya --;
Jangan buat keributan lagi kalau begitu.
Lain kali bisa-bisa 5000 kaimat.
Oh tidak oppa. Aku lebih memilih berkelahi dengan si pabo itu daripada hukuman seperti itu. Aigoo.
Hahaha. Ne, sudah malam tidur lah kau.
Aku tidur dulu.
Ne.. Selamat tidur oppa.
Ya, setelah itu SMS ku sudah tidak dibalas oleh Seunghyun oppa.
Ah, sedih rasanya SMS ku tidak dibalas oleh nya.
Drrttttt... Drrttttt...
Kupikir SMS dari Seunghyun oppa, aku bersemangat membukanya.
Ternyata SMS dari si pabo itu, heissss.
Seunghyun untuk mu PABO!
Rupanya Jiyong pabo itu mengirim foto Seunghyun oppa untukku.
Ah! Tampan sekali!
Gomawo pabo!
Beri aku foto Sandara pabo, heisss..
Ne, ne.
Aku mengirim foto Sandara untuk si Jiyong pabo itu.
HPku bergetar, ku kira SMS ternyata telpon yang masuk.
"Pabo? Jiyong menelponku?" Aku mengangkatnya.
"Wae?" Tanyaku sinis.
"Ya, foto Sandara! Kau harus sering-sering mengirimnya untukku."
"Hah? Wae?"
"Aigoo dia cantik sekali."
"Seunghyun oppa juga tampan sekali." Aku tidak mau kalah.
"Berterimakasihlah padaku."
"Gomawo pa..."
"Dan jangan memanggilku pabo!" Jiyong memotong omonganku.
"Ne, gomawo Jiyong."
"Ya, kau siap-siap kalah taruhan denganku ya. Hahaha"
"Wae? Kau yakin sekali kau akan menang?"
"Tentu saja. Hahaha."
"Kita lihat saja besok pabo."
"YA! Jangan memanggilku pabo lagi!"
"YA! Jangan berteriak di telpon!" Aku berteriak tidak kalah kencang.
"Kau sendiri berteriak kepadaku!"
"Kau yang duluan!! PABO!!"
"Jangan memanggilku pabo!"
"PABOPABOPABO!!!" Aku berteriak di telpon.
"YA! Lihat kau besok!"
"Ne! Aku lihat! Berani apa kau PABO?!"
"YA!!"
Singkat cerita aku dan si pabo itu berdebat... Lagi.. Untuk kesekian kalinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar