"Ne?! Bicara apa kau?!"
"Aku bilang bocah SOK JAGOAN!" Aku meninggikan nada bicaraku.
"Chae rin!" Suara seorang wanita memanggilku.
Ah, rupanya aku satu kelas dengan Minzy.
Minzy menunjuk-nunjuk bangku disebelahnya yang masih kosong.
Aku berjalan masuk ke kelas dan sengaja menubrukan pundakku dengan keras ke pundak Jiyong.
"Duduk disini!" Minzy tersenyum, lucu sekali wajahnya.
"Ah, gomawo. Memang tempat ini kosong?"
"Tidak sih, seharusnya disini Jiyong. Tapi aku tidak tahan melihatnya yang selalu tidur tiap pelajaran."
"Yasudah, sekarang aku yang duduk disini." Aku meletakkan tasku lalu duduk.
Bel tanda masuk pun berbunyi, tapi guru yang mengajar kami sepertinya telat masuk.
Aku berbincang-bincang dengan Minzy.
"Ohiya, Bom dimana?"
"Bom sekelas dengan Sandara. Kebetulan sekali ya kau sekelas denganku."
"Ne... Kalau tidak aku bisa mati sekelas dengan bocah sok jagoan itu."
Aku dan Minzy tertawa.
Tidak lama, Jiyong datang dan bermaksud untuk merebut kembali tempat duduknya.
"Ya! Minggir kau! Ini tempat duduk ku!"
Aku menatap Jiyong yang sudah berada di depan meja ku.
"Benarkah? Aku tidak melihat ada nama mu di meja ini."
"K-Kau mau bermain-main denganku ya?!"
"Ah, bermain? Sudah istirahat ya? Ayo kita bermain." Seisi kelas tertawa mendengar ucapanku.
Aku melihat ada bangku kosong tepat di depan meja guru.
Aku menunjuk bangku itu.
"Ah, disana kosong. Sepertinya itu khusus untukmu."
"Aku sudah duduk disini lama, aku tidak mau pindah! Minggir kau!" Jiyong menyeret tanganku.
Aku paling tidak suka kalau ada orang yang menyentuh ku.
Apalagi menyentuh ku dengan kasar. Aku benar-benar tidak menyukainya.
"Lepaskan tanganmu yang kotor itu dariku." Aku berkata dingin.
"Apa?? Kotor? Kau pikir kau tidak kotor?!"
"Aku bilang lepas. Atau kau akan menerima akibatnya." Kali ini aku benar-benar emosi.
"Apa? Kau mau menonjokku? Tonjok!" Jiyong memberikan pipinya.
Aku tidak pernah bermain-main kalau aku sedang serius.
Aku mengepalkan tanganku lalu meluncurkan sebuah tonjokan di pipi Jiyong.
Sayangnya aku menonjok Jiyong saat seorang yang disebut-sebut ketua OSIS masuk ke dalam kelasku.
Dia melihat ku menonjok Jiyong.
"Ya! Kalian berdua! Sedang apa berkelahi disini?!" Pria itu menghampiriku.
Aku sempat tercengang melihat ketua OSIS yang sangat tampan itu.
Postur badannya yang tinggi, anting yang menggantung di telinga kanannya.
"D-D-Dia yang mulai duluan!" Aku kembali ke kenyataan.
"Kau murid baru?" Tanya nya. Aku menganggukan kepalaku.
"Siapa nama mu?"
"Lee Chae Rin." Jawabku singkat.
"Ohh, Chae rin, murid pindahan dari Jepang kan?"
Aku menganggukan kepala ku lagi.
"Aku Seunghyun, ketua OSIS disini."
"Jiyong, apa yang sudah kau lakukan?" Seunghyun melanjutkan.
"Aku tidak berbuat apa-apa! Dia saja yang tidak tau diri merebut tempat duduk ku!"
"YA! Berani bilang aku tidak tau diri lagi ku tonjok wajahmu!"
"Sudah sudah! Kalian berdua ikut aku sekarang."
Singkat cerita aku dan Jiyong pabo ini mengikuti Seunghyun ke ruang kepala sekolah.
Aku dan Jiyong diintrogasi dan akhirnya mendapat hukuman yang sama.
Menulis 1000 kalimat 'aku tidak akan mengulangi nya lagi' di ruang OSIS dan harus selesai hari itu juga. Benar-benar sial.
"Kalian berdua disini sampai hukuman kalian selesai. Mengerti?"
"Ne oppa." Aku menjawab singkat sambil membanting alat tulisku di meja.
Seunghyun oppa meninggalkan ku berduaan dengan Jiyong pabo ini mengerjakan hukuman yang diberikan kepala sekolah.
Aku mulai menulis 1 kalimat.
2 kalimat, masih belum terasa.
10 kalimat, 25 kalimat, 35 kalimat.
"Ah!" Aku membanting pen ku.
"Ya! Jangan banting-banting bisa tidak sih?! Berisik!" Jiyong berteriak ke arah ku lalu kembali tidur, tidak mengerjakan hukumannya.
"Cih, pabo.." Bisikku.
"Kau bilang aku apa???!"
"Aku bilang kau PABO, bodoh sekali kau ini." Aku melihatnya dengan pandangan sinis.
Jiyong kembali melontarkan tatapan kesal kepadaku lalu kembali pada posisi tidurnya.
"Y-Ya, kau tidak mengerjakan hukumanmu?" Tanyaku.
"Anii." Jawabnya singkat.
"Kau tidak takut dimarahi?"
"Anii."
Cih, sombong sekali bocah ini. Mentang-mentang dia anak pemilik sekolah ini bisa se-enak nya begitu? Batinku dalam hati.
Aku memundurkan kursiku lalu mengangkat kedua kaki ku ke meja.
BRAKK. Aku menjatuhkan kaki ku kasar ke atas meja.
"Y-YA! Pelan-pelan sedikit!" Bentak Jiyong.
Aku memasang tampang acuh tak acuh kepadanya.
"Oh, kena ya? Mianhae." Ucapku singkat memakan permen karet ku.
"K-Kau?! Heisss benar-benar mimpi buruk aku bisa bertemu dengan wanita tidak tau sopan santun seperti kau!"
"Memangnya kau tau sopan santun? Bisa bilang aku ini tidak tau sopan santun. Cih."
"Kau! ARGH!" Jiyong meng-gebrak meja yang ada di depannya.
"Hahah, kehabisan kata-kata Kwon Ji Yong?"
Tiba-tiba pintu terbuka, aku melihat seorang laki-laki berwajah imut yang ku kenal masuk ke dalam membawa buku dalam jumlah yang banyak.
"Ah! Seungri!" Aku tersenyum lalu membantu membawakan bukunya.
"G-G-Gomawo."
"Ne... Sedang apa kau disini?"
"A-Aku anggota OSIS juga disini. Seunghyun hyung meminta ku membawa buku ini kesini."
"Oh, begitu..."
"Cih, sok baik." Aku melihat Jiyong yang mencibir.
Aku membalas ejekan Jiyong itu secara tidak langsung.
"Seungri, kalau ada apa-apa kau panggil aku saja ya? Tidak usah takut dengan orang-orang pabo dan sok jagoan seperti...... Kau tau lah." Aku mengedipkan mataku.
Seungri meganggukan kepala nya pelan lalu keluar dari ruang OSIS.
"Y-Ya! M-Maksud dari bocah pabo dan sok jagoan itu apa?!"
"Maksudnya? Ya kau. Siapa lagi?"
"Terus saja mengatai aku pabo!"
"Pabopabopabopabopabo! PABO!" Aku mendorong nya pelan.
Saat aku dan Jiyong sedang berdebat habis-habisan di dalam ruang OSIS itu.
Seunghyun oppa masuk membawa kertas-kertas yang menumpuk.
"Oppa, ku bantu."
"Gomawo Chae rin." Ia tersenyum padaku.
Aku sangat terpesona melihat Seunghyun oppa. Ia sangat tampan!
Ah sepertinya aku jatuh cinta dengan nya! Hahaha.
"Aku keluar ya kalian selesaikan hukuman kalian itu."
"Ne oppa." Aku tersenyum.
Aku melihat ke arah Jiyong yang sedang menatapku dengan tatapan illfeelnya.
"Y-Ya, kenapa melihatku seperti itu?!"
"Kau menyukai Seunghyun kan?"
"Aniiii!" Aku membentaknya.
Jiyong terus menggodaku dengan menyebut 'Seunghyun Seunghyun Seunghyun'.
Aku kehabisan kesabaran.
"Diam kau Sandara!"
Jiyong langsung diam saat aku menyebut nama Sandara.
HAHA! Kena kau!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar