7/02/2011

KISS THE RAIN [CHAPTER 13]





TITLE: KISS THE RAIN [CHAPTER 13]
AUTHOR: Jivon / @KWONLADY_
CAST: Find it yourself :)
GENRE: Romance
RATING: G




CHAPTER 13
Still Hongki’s POV

“Good morning oppa!”

Aku melihat Chaerin yang sudah berpakaian rapi dan manis keluar dari kamar nya. Chaerin tampak manis dengan hoodies dan jeans panjang yang dipakainya.

“Pagi.” Aku tersenyum, “Kau sudah baikan?” Aku memegang dahi Chaerin.

“Aigo aku tidak apa. Hanya pingsan sebentar.” Chaerin menurunkan tanganku.

“Aishh, apa nya yang sebentar? Hampir semalaman tau? “

Chaerin mencibirkan bibirnya mengejekku, dia terlihat terkejut saat melihat meja makan yang sudah penuh dengan sarapan pagi yang ku masak.

“WAHHH! Siapa yang masak ini semua?!”

“Siapa lagi? Memangnya ada orang lain di rumah ini?” Aku duduk di meja makan.

“H-Ho? K-Kau yang masak? Ku kira kau tidak bisa masak oppa.”

“Ckckckck, kau ini. Kemarilah, nanti keburu dingin.” Aku meminum cokelat panas ku pelan-pelan memperhatikan Chaerin yang menyantap makanannya dengan lahap.

Chaerin terlihat seperti anak berumut 5 tahun saat memakan sarapannya. Lahap sekali.

“Aigo, pelan-pelan sedikit makannya.”

“Aku sudah mau telat, aku sudah kenyang. Gomawo…!” Chaerin masih mengunyah makanannya, mengambil mantelnya di kamar dan kembali ke dapur buru-buru meneguk minumnya sampai habis.

“Telat? Memangnya kau mau kemana?”

“Tadi waktu aku baru bangun aku menelpon Youngbae-ssi. Aku sudah bisa mulai di trainee hari ini. Hebat kan?” Chaerin memakai mantelnya.

“Oh….. Ayo ku antar!”


“Aigo oppa tidak usah, aku bisa pergi sendiri. Tidak jauh dari sini kok! Annyeong!”

Belum aku sempat menjawab, sosok Chaerin sudah menghilang dari ambang pintu. Aku kembali meneguk cokelat panasku pelan-pelan sambil terus tersenyum malu. Entah kenapa.

****

Chaerin’s POV

“Kwon Jiyong Kwon Jiyong Kwon Jiyong.” Nama Jiyong masih terus bergeming di telingaku.

Aku duduk di pojok bis yang ku naiki melihat ke arah luar, salju-salju yang bertumpukan dimana-mana membuatku merinding dan menggigil kedinginan.

Sekitar 30 menit perjalanan aku sampai di gedung YG yang sangat besar dan berasitektur modern. Aku turun dari bis dan berdiri didepan pintu yang ada mesin scan nya.

“Aigo, bagaimana cara aku masuk kalau begini….” Aku kebingungan sendiri.

Aku megambil HP ku yang diberikan oleh Jiyong dulu, walaupun sudah tidak sebagus dulu tapi aku masih mau menyimpannya. Aku tidak mau menggantinya.

“Youngbae-ssi, Youngbae-ssi, Youngbae-ssi.” Aku mencari nomor Youngbae dan menelponnya.

“Yuhbasaeyo?”

“Ah, yuhbasaeyo Youngbae-ssi. Ini aku Chaerin.”

“Oh Chaerin! Kau sudah dimana?”

“Aku sudah ada di depan pintu YG tapi aku tidak bisa masuk. Ada… mesin scanner nya.”

“Oh iya. Aku lupa, kau tunggu sebentar. Aku turun kebawah.”

Youngbae-ssi mematikan telponku. Aku menunggu nya menjemputku dibawah. Tanganku ku lipat ke dalam mantel ku menahan dingin yang semakin menusuk.

“Chaerin-ah.”

“Oh, Youngbae-ssi.” Aku membungkukan badanku memberi salam dan ikut masuk ke dalam.

Aku melihat ke sekiling gedung dalam YG, benar-benar mewah, megah dan modern. Banyak foto-foto artis dari YG yang dipajang di lorong YG.
Aku dan Youngbae-ssi naik lift menuju ke lantai atas, tidak tau ke ruangan mana.

“AH!” Jantung ku serasa mau copot saat aku melihat idola ku yang selama ini ku idolakan ada di depan mataku. Tersenyum kepadaku.

“P-P-P-Park Bom eonnie?!” Aku tergagap-gagap.

“Ne. Annyeonghaseo Chaerin.” Park Bom eonnie tersenyum dengan manisnya.

“Kau tau nama ku?”

“Ne, Youngbae sudah cerita tentang kau kepadaku. Dia bilang kau menyanyikan lagu ku dengan sempurna.”

“Ah, ani…..” Aku menundukan wajahku yang memerah karena malu dipuji oleh Park Bom eonnie, idola ku.

“Annyeong Chaerin.”

Aku tambah terkejut saat melihat Yang Hyun-Suk ssi yang menyapa ku. Benar-benar seperti mimpi aku bisa bertemu dengan sang pemilik YG ent yang terkenal dan berbakat.

“Annyeong.” Aku membungkukan badan ku berkali-kali.

“Hahahaha. Santai saja, tidak perlu sungkan. Kau sudah menjadi anggota keluarga di YG ini.”

“N-Ne…”

“Ayo, kau coba rekaman sekarang. Biar Yang Hyun Suk ssi dan Park Bom noona bisa mendengar suaramu.”

Aku mengikuti Youngbae-ssi ke sebuah ruang rekaman, Yang Hyun-Suk ssi dan Park Bom eonni juga ikut ke dalam ruang rekaman itu.

“Kau siap?” Tanya Youngbae-ssi.

“Fuh….. Ne…”

“Hm-hm.” Youngbae-ssi menganggukan kepalanya. Aku mengambil secarik kertas yang diberikan oleh Youngbae-ssi lalu melatih diriku dari dalam hati menyesuaikan dengan melodi musik yang diputar di ruangan itu.

Aku mengambil nafas dalam-dalam lalu mulai bernyanyi di ruang rekaman itu. Suara ku terdengar jelas oleh 3 orang yang sedang mendengarkanku diluar ruang rekaman.

Jigeum naega haneun yaegi
Neol apeuge halji molla
Ama nal jukdorok miwohage doel kkeoya
Naega yejeon gatji antadeon ne mal
Modu teullin mareun aniya
Nado byeonhaebeorin naega nat seolgimanhae

Neomu chakhan neonde neon geudaeroinde Oh
I don't know I don't know
Naega wae ireoneunji
Geutorok saranghaenneunde neon yeogi inneunde Oh
I don't know
Ije nal chatgo sipeo

Baby I'm sorry neowa isseodo nan lonely
Saranghagin naega bujokhanga bwa
Ireon motnan nal yongseohae
I'm sorry ige neowa naui story
Sarangiran naegen gwabunhanga bwa
Ne gyeote isseodo

Baby I'm so lonely lonely lonely lonely lonely
Baby I'm so lonely lonely lonely lonely lonely
Baby I'm so lonely lonely lonely lonely lonely
Baby I'm so lonely lonely lonely lonely lonely

PLOK PLOK PLOK!
Aku melihat Park Bom eonnie, Youngbae-ssi dan Yang Hyun-Seuk ssi menepuk tangannya saat aku selesai menyanyikan lagu itu.
Aku keluar dari ruangan rekaman itu dan bertemu dengan mereka bertiga.

“Daebak! Suara mu sangat….. Unik. Mungkin kau bisa di debut dengan Bom dan Minzy.”

“Mwo?! Aku? Satu grup dengan Bom eonni?!” Aku terkejut mendengar pernyataan Yang Hyun-Suk ssi.

“Ne, tapi kau harus di trainee terlebih dahulu. Mungkin kau bisa berlatih dengan seniormu disini, Youngbae.”

“K-Khamsahamnida.” Berkali-kali aku membungkukan badanku mengucapkan terima kasih kepada mereka bertiga.

Yang Hyun-Suk ssi dan Bom eonnie pergi meninggalkan ku dan Youngbae-ssi di ruang rekaman.

“Youngbae-ssi, apa mulai besok aku harus kesini tiap hari?”

“Jangan panggil aku seperti itu, aku tidak nyaman. Youngbae oppa saja.”

“Oh, Ne. oppa.” Aku tersenyum malu.

“Hm, mulai besok seharusnya kau harus tinggal di dorm ini dengan Minzy dan Bom noona.”

“Tinggal disini?! Ani, aku tidak bisa oppa….” Aku menjawab Youngbae oppa dengan nada sedikit kecewa.

“Wae? Orang tua mu kah? Aku bisa bantu jelaskan kepada mereka.”

“Ani, bukan itu. Cerita nya sangat panjang. Yang jelas aku tidak bisa tinggal disini.”

“Wae? Coba ceritakan pada oppa baru mu ini. Terlalu rahasia kah?”

Aku bertatapan mata dengan Youngbae oppa beberapa saat. Sepertinya dia orang yang sangat baik dan bisa dijadikan tempat curhatku. Aku terus berpikir beberapa saat sampai akhirnya aku memutuskan untuk bercerita dengan Youngbae oppa.

Aku menceritakan semua nya, mulai dari awal aku bertemu Jiyong. Masa-masa pacaranku dengan Jiyong yang berlangsung tidak lama, eomma appa ku, Seunghyun oppa, Seungri. Sampai kejadian kecelakaan yang menimpaku kemarin. Bahkan sampai kabar meninggalnya Jiyong yang aku belum tau kebenarannya.

“Wah, aku salut denganmu. Kalau aku jadi kau mungkin aku sudah bunuh diri karena frustasi Chaerin-ah.”

Aku hanya tertawa mendengar jawaban Youngbae oppa.

“Jadi itu alasan mu tidak bisa tinggal disini? Hong-ki? Appamu?”

“Ne.. Kalau appa tau aku tidak tinggal dengan Hong-ki aku bisa dibawa kembali ke Perancis dan langsung menikah. Aku masih muda mana bisa menikah secepat ini.”

“Ne, kau benar. Aku bisa bicarakan dengan Yang Hyun-Suk ssi nanti. Aku akan bantu kau, jangan khawatir.”

“Gomawo oppa.” Aku sangat senang mendengar Youngbae oppa akan membantuku. Dia sangat baik!

“Lalu…. Kau sekarang sama sekali tidak dapat kabar tentang Jiyong?” Tanya Youngbae oppa tiba-tiba.

“Ne. Teman terdekatnya pun tidak tau kabar nya. Aku tidak tau sekarang dia tinggal dimana. Aku tidak bisa menghubungi appa nya, tunangannya Sandara pun aku tidak tau ada dimana.”

Youngbae oppa mengajak ku keluar dari ruang rekaman, dia mengunci pintu ruang rekaman itu dan mengajakku untuk minum kopi panas di kafetaria YG.
Aku menikmati saat-saat yang kulewati bersama Youngbae oppa, berbicara berdiskusi mengenai rencana YG ke depan, bercanda-ria, aku bisa curhat dengannya. Youngbae oppa orang yang sangat ramah.

“Kau tidak pulang? Hari sudah semakin sore.”

“Ah iya. Aku lupa!”

Aku mengambil HP ku yang ku-silent tadi. Benar saja di HP ku sudah ada 10 SMS dan 5 misscall dari Hong-ki.

From: Hong-ki oppa
Chaerin sedang apa?

Kau sedang dimana?

Sudah makan?

Sudah siang jangan lupa makan!

Chaerin balas SMS ku! Aigo.

Appa mu akan membunuh ku kalau kau tidak membalas SMS ku!

Chaerin angkat telpon ku!

Chaerin kau sedang dimanaaaaaaaa?

SMS tidak dibalas telpon juga tidak kau angkat?!

Awas kau nanti. Chaerin kau akan ku habisiiiiiiii!

Aku tertawa kecil membaca SMS dari Hong-ki yang panik seperti mencari anak nya yang hilang.

“Youngbae oppa, aku pulang dulu. Sampai jumpa besok!”

Aku tersenyum dan keluar dari gedung YG. Warna oranye sudah mulai menyelimuti langit yang semakin sore.
Aku berjalan mencari bis terdekat sambil menelpon Hong-ki.

“YA!” Hong-ki mengangkat telponku. “Chaerin kau mau mati ya?! Kau dimana sekarang?!”

“Oppa jangan berteriak begitu! Aku baru keluar dari gedung YG mau pulang sekarang.”

“Disana ada tempat menunggu bis kan? Kau tunggu aku disana. 5 menit lagi aku sampai. TUNGGU!”

Hong-ki mematikan telponnya.

****
Aku duduk di tempat pemberhentian bis sendirian. Siulan-siulan kecil keluar dari mulutku. Aku menunggu jemputan Hong-ki sambil sesekali melihat jam di HP ku.

DEG!

Jantungku serasa dipukul keras saat aku melihat sosok seorang wanita yang berjalan di sebrang sana, rambut cokelat yang terurai dan tertiup angin membuat ku semakin jelas mengenalinya.

“S-Sandara?”

Yang terlintas dipikiranku saat melihat Sandara hanya mencari Jiyong. Aku berlari menyebrang dan mengejar Sandara yang sudah berjalan jauh.

“Sandara! Sandara!!”

Sandara berbalik dan melihat ku. Wajahnya terlihat panik dan terkejut saat melihat aku berlari ke arahnya. Kaki nya mulai melangkah cepat ingin menghindar dariku.

“Sandara!” Aku berhasil meraih lengannya.

“M-Mwo? Kau salah orang..!”

“Ani, kau Sandara kan? Sandara!”

“N-Ne! Aku Sandara! Wae?”

“Sandara kau pasti Jiyong ada dimana kan? Jiyong belum meninggal kan? Beritau aku Jiyong ada dimana Sandara!”

“Mwo? Kau ini bicara apa aku tidak mengerti!”

“Jangan bohong! Kau pasti tau Jiyong ada dimana! Beritau aku, YA!”

DRRTTT DRRTTT! HP ku bergetar karena panggilan masuk dari Hong-ki, aku melihat ke tempat pemberhentian bis tadi, mobil Hong-ki sudah terparkir disana. Sepertinya dia melihatku, dia berlari ke arahku.

Aku terus memperhatikan Hong-ki yang semakin mendekat tanpa melepas lengan Sandara sedikitpun.

“YA! Lepaskan tanganku!” Sandara berusaha menarik tangannya.

“Aku tidak akan melepaskanmu sebelum kau beritau dimana Jiyong!”

“Chaerin-ah, ada apa?” Hong-ki meraih pundakku dan melihat Sandara.
“Kau? Sandara kan?”

“Ne, dia Sandara tunangan Jiyong. Aku yakin dia tau keberadaan Jiyong. YA! Beritau aku!!” Aku menarik lengan Sandara lebih keras.

“Sudah aku bilang aku tidak ta-!”

“BOHONG!” Aku menampar pipi Sandara dengan keras. Mencuri perhatian orang-orang yang sedang berlalu lalang dijalanan.

Sandara memegang pipi nya yang kutampar keras tadi, warnanya yang memerah. Sandara menatapku dengan tatapan yang penuh dengan kekesalan. Tangan nya diarahkan ke wajahku ingin membalas tamparanku tapi sayang di cegat oleh Hong-ki.

“Tolong jangan bertingkah seperti anak kecil.” Hong-ki melempar tangan Sandara dengan pelan.

“Mwo? Dia yang menampar ku duluan!”

“Chaerin hanya ingin tau dimana Jiyong, aku juga yakin kau tau dimana keberadaan Jiyong sekarang ini.”

Hong-ki dan Sandara bertatap-tatapan cukup lama sampai akhirnya aku melepas lengan Sandara yang mulai memerah.

“Ne! Jiyong sudah meninggal! Puas kau sekarang?!”

“M-Mwo….?”

Kaki ku terasa lemas saat Sandara mengatakan kalau Jiyong memang benar sudah tidak ada. Mata ku kembali mengeluarkan airmata dan aku terduduk lemas di tengah jalan.

“Jiyong sudah tidak ada karena kau! Semua ini gara-gara kau! Puas?! PUAS?! JANGAN PERNAH MUNCUL DI HADAPANKU LAGI!”

Sandara pergi meninggalkanku dan Hong-ki. Aku terduduk lemas, Hong-ki terdengar panik dan berjongkok dibelakang ku menopang kepalaku, aku menyenderkan kepalaku di pundak Hong-ki

“Chaeirn-ah, kita pulang ya?”

“A-Ani, aku yakin Jiyong belum mati. Dia tidak akan meninggalkan ku begitu saja, aku yakin!” Ucapku ditengah-tengah tangisku.

Aku melihat Sandara yang sudah jauh dari ku naik ke dalam taksi dan pergi.

“Oppa, kita ikuti Sandara! Ayo oppa!” Aku menarik-narik lengan Hong-ki.

“Chaerin-ah, kau sudah dengar apa kata Sandara kan? Jiyong su-“

“OPPA! Kau mau antar aku apa tidak?!” Aku berteriak dengan suara bergetar menahan tangisku.

Hong-ki menghela nafasnya, mengacak-acak rambutnya karena ucapanku dan berlari ke arah mobilnya.

***


Hong-ki’s POV

Berjam-jam sudah aku mengendarai mobilku mengikuti taksi yang ditumpangi Sandara. Sesekali aku memalingkan pandanganku ke Chaerin, mata nya tidak berhenti memperhatikan kemana taksi yang ditumpangi Sandara berbelok.

Aku mengikuti taksi itu sampai ke tempat yang tidak ku kenal, keluar dari perkotaan, ke sebuah tempat dimana banyak villa pengusaha-pengusaha kaya.

Mobilku berjalan semakin masuk ke dalam, masih mengikuti taksi itu. Dalaaam sekali sampai sudah tidak ada villa lagi kecuali satu villa yang sangat megah, mewah, dan besar yang letaknya lebih tinggi dari villa lainnya.

“Chaerin-ah.” Aku memberhentikan mobilku.
“Kita tidak bisa kesana, kalau kesana pasti ketauan. Hanya ada satu jalur naik ke atas sana.”

“Oppa aku yakin Jiyong ada disana. Aku, aku mau turun, aku akan kesana!” Chaerin keluar dari mobilku.

Dengan cepat aku keluar dari mobilku dan mencegat Chaerin.

“Chaerin jangan nekat!”

“Oppa jangan halangi aku! Aku harus bertemu dengan Jiyong! Lepas!” Chaerin melepas genggaman tanganku.

“Kalau begitu aku ikut denganmu.”

“Ani kau disini saja. Jebal oppa jangan halangi aku. Aku akan kembali ke sini, secepat mungkin. Jebal.”

Aku melihat mata Chaerin yang memancarkan perasaan sakit nya, Chaerin benar-benar ingin pergi kesana memastikan keadaan Jiyong yang sebenarnya. Aku menghela nafasku dan mengambil mantel ku yang ada di dalam mobil.

“Hati-hati. Pegang terus HP mu, jangan di silent. Aku akan menghubungi mu terus menerus. Arasso?”

Chaerin menganggukan kepalanya. “Gomawo oppa.”

“Pakai  ini juga.” Aku memakaikan mantelku menutupi mantel yang sudah Chaerin pakai. Melihat salju yang mulai berjatuhan lagi, aku takut Chaerin akan kedinginan.

“Hati-hati.” Aku memeluk Chaerin beberapa saat.

“Arasso.” Chaerin tersenyum dan mulai berjalan menuju villa di atas sana.

Aku terus memperhatikannya dari posisi ku. Sampai sosok Chaerin sudah semakin tidak terlihat.

to be continued~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar