6/30/2011

KISS THE RAIN [CHAPTER 9&10]


TITLE: KISS THE RAIN [CHAPTER 9&10]
AUTHOR: Jivon / @KWONLADY_
CAST: Find it yourself :)
GENRE: Romance
RATING: G



CHAPTER 9
Chaerin’s POV

Aku berjalan disamping Jiyong dengan pikiran dan tatapan kosong, tidak tau harus berbuat apa, harus kemana dan harus bagaimana lagi.
Lengan Jiyong yang masih merangkul ku mungkin bisa merasakan pundak ku yang gemetar, bukan karena kedinginan tapi karena rasa amarah, kecewa dan terpukul yang menumpuk dan meledak-ledak di dalam batinku.
Jiyong membawa ku ke sebuah klinik yang tidak jauh dari rumahku, sekian lama mengantri akhirnya aku mendengar nama ku dipanggil. Jiyong merangkul ku masuk ke dalam ruang dokter.

“Wah luka mu dalam sekali nona Chaerin. Apa kau habis bertengkar?” Dokter mulai membersihkan luka ku.

“Hah? Oh, itu… Ng… Tidak.” Jawabku singkat.

“Luka mu cukup dalam dan besar nona. Sepertinya harus dijahit, bagaimana?”

“B-B-Berapa jahitan?” Tanyaku.

“Mungkin hanya sekitar 3 atau 4 jahitan. Apa kau mau dibius dulu?”

“Tidak usah. Hanya 4 kan.” Aku tersenyum pahit dan menghela nafas melihat dokter mengambil jarum di tangannya.

Aku sengaja mengambil keputusan untuk tidak dibius. Karena aku pikir selain memerlukan biaya tambahan, aku ingin melepas semua perasaan yang menumpuk di hatiku dengan menyakiti diri ku sendiri. Entah mungkin aku yang sudah gila? Aku tidak tau.

Dokter mengelap tanganku dengan kapas yang sudah diberi alkohol lalu mulai mengarahkan jarumnya pelan-pelan menusuk lapisan kulitku.
Aku yang menahan rasa sakit dan perih itu meremas celana ku sendiri.

“Jagiya…” Jiyong menggenggam telapak tanganku yang meremas celanaku.
“Pegang saja tanganku..”

Aku menolak tawaran Jiyong dan melepas genggamannya, tapi lagi-lagi Jiyong menggenggam tanganku.

“Jangan lepas jagiya.”

“Heiss, kau tumben panggil aku jagiya…?” Aku mencoba menciptakan suasana normal dengan suara ku yang bergetar karena 2 jahitan yang sudah menempel di tanganku. Tinggal 2 jahitan lagi.

“Wae jagiya? Kau tidak menyukai panggilan itu?” Jiyong menghapus airmata ku.

“Ani, bukan tidak suka. Hanya saja…. Belum terbiasa.” Aku tertawa kecil lalu kembali menahan sakit di tanganku.

“Kalau begitu aku harus sering-sering memanggil mu jagiya mulai sekarang.”

“Sudah selesai nona.” Dokter membersihkan bekas darah di tanganku dan melilit luka ku dengan perban, luka ku sudah tertutup rapat hanya saja masih terasa perih.
Aku dan Jiyong mengucapkan terima kasih, membayar biaya nya dan berjalan keluar dari klinik itu. Entah kemana, belum ada tujuan.

“Yeobo, kita pulang sekarang. Eomma ku sendirian dirumah.”

“Mwo?” Jiyong menatapku.

“Mwo…. Mwo?” Aku berbalik bertanya.

“Kau memanggil ku apa tadi?”

“Hm, yeobo? Wae yeobo?” Aku tertawa kecil melihat reaksi Jiyong.

“Aku tidak salah dengar ya?” Jiyong memukul-mukul telinganya pelan.

“Hahaha aigo yeobo, aku memanggil mu yeobo.” Aku berlari masuk ke dalam pelukan Jiyong. Jiyong membalas pelukanku.

“Hahaha. Saranghe jagiya.”

“Ne, saranghe yeobo!” Seketika aku teringat dengan ancaman appa ku yang bilang akan membawa ku pulang. Aku melepas pelukan ku dan menghela nafasku kesal, takut, sedih semua jadi satu.

“Wae jagiya?”

“Ani..” Jawabku singkat.

“Jangan bohong. Ada apa?” Jiyong melingkarkan lengannya di leherku.

“Ani.”

“Wae?”

“Ani.”

“Wae?” Tiap kali Jiyong bertanya wajahnya semakin dekat ke wajahku. Makin lama makin dekat.

“Ani Kwon Jiyong.”

“Wae jagiya?” Kini wajah Jiyong tepat di depan wajahku, hidung nya menyentuh hidungku. Hanya beberapa cm lagi sampai bibirnya menempel dengan bibirku. Mata nya yang sipit menatap ku dengan tajam.

“L-Lepas dulu, jangan begini.”

“Waeeeeee?”

“Aigo, aku hanya teringat dengan ancaman appa ku.”

Jiyong membulatkan bibirnya dan menganggukan kepalanya. KRIINGGGG! HP Jiyong berdering keras, Jiyong melihat panggilan yang masuk dan raut wajahnya berubah. Dia tidak memberi tahu ku siapa yang menelpon. Saat mengangkatnya pun Jiyong berjalan agak jauh dari ku. Aku hanya menebak-nebak siapa yang menelpon, Seungri kah? Appa nya kah?

“Jagiya ayo kita pulang sekarang.”

“Jiyong-ah, siapa yang menelpon?”

“Ani bukan siapa-siapa.”

“Kenapa tidak memberi tauku? Selingkuhan mu ya?!” Aku tertawa.

“Mwo?! Aigo aku mana punya selingkuhan.  Aku kan hanya mencintai mu jagiya.”

“Bohong, bukti nya?”

Jiyong memeluk ku erat sekali. “Buktinya? Aku ditendang dari keluarga Kwon karena seorang gadis bodoh, ciuman pertama ku diambil oleh seorang gadis bodoh, hatiku pun diambil oleh seorang gadis bodoh. Aku hidup susah pun itu demi seorang gadis bodoh yang sangat ku sayang.”

“Hehe. Jadi kau tidak akan meninggalkan ku?”

“Mwo? Memangnya aku bilang kalau gadis bodoh itu kau?” Jiyong tertawa menunjukkan gigi nya yang putih dan mata nya yang menyipit. Manis sekali!

“Heiss. Yasudah!” Aku melepas pelukan Jiyong dan berjalan meninggalkannya.

“Aigo aku hanya bercanda jagiya.” Jiyong berlari dan memeluk ku dari belakang.
“Aku tidak akan meninggalkan mu kok.” Lanjutnya.

“Walaupun appa mu memaksamu?” Ledekku.

Jiyong diam sejenak, “N-Ne… Saranghe!”


Kwon Jiyong’s POV

Aku mengantar Chaerin sampai ke rumah nya dan kembali ke tempat ku yang bersebelahan dengan Chaerin. Aku membaringkan kepala ku di ranjang ku dan mencoba tenang sejenak.

Konferensi pers keluarga Kwon hanya tinggal sehari lagi. Besok konferensi pers sudah akan diadakan besar-besaran.
Pikiranku yang kacau membuat ku teringat dengan telpon appa ku tadi.

“KWON JIYONG! Kalau kau tidak mau pulang kau lihat apa yang appa bisa lakukan dengan wanita jalang itu!”
“MWO!? JANGAN MENYEBUT CHAERIN DENGAN SEBUTAN ITU BRENGSEK!”
“SEBAIKNYA KAU PULANG BESOK SEBELUM KONFERENSI PERS DIMULAI ATAU APPA AKAN MENGHANCURKAN WANITA ITU!”
“Hahaha. Kau bisa apa?”
“Appa akan menghancurkan keluarganya. Terutama eomma nya.”
“…..Mwo?!”

PLAKKK! Aku menampar pipi ku keras berusaha keluar dari pikiran yang sangat mengganggu itu.
Aku hanya memiliki waktu beberapa jam untuk mengambil keputusan final ku. Apa yang harus kulakukan?! Brengsek!

KREKKK!

Pintu kamarku terbuka, aku melihat Chaerin di ambang pintu ku melambaikan tangan padaku.

“Chaerin? Sedang apa kau disini? Kemarilah.” Aku mengulurkan tanganku mengundangnya masuk ke dalam pelukanku.

“Appa ku tadi menelpon, kata nya besok sudah akan sampai disini untuk menjemputku.”

“Mwo?! Benarkah?!”

Aku melihat wajah Chaerin yang nampak ketakutan dan pucat, aku menggenggam kedua tangan Chaerin erat-erat.
Chaerin yang ketakutan jatuh ke dalam pelukanku.

“Jagiya…”

“Ne?”

“Mianhae…”

“Mwo? Mianhae? Wae?”

“Ani, mianhae….” Aku memejamkan mata ku sesaat.
“Jagiya pulanglah, kau harus menjaga eomma mu.”
Aku mendorong Chaerin menuntunnya ke pintu keluar dari kamarku, aku tidak memberi Chaerin kesempatan untuk menjawab. Rasanya aku tidak sanggup mendengar suara nya.

“J-Jiyong.”

BRAK!

Aku menutup pintu kamar ku dan mengunci nya. Aku bersender dan terduduk di balik pintu kamarku, “Saranghe…” Bisikku.

“Yuhbaesaeyo? Seungri-ah?”


CHAPTER 10

Chaerin’s POV

Luka ku yang kemarin baru dijahit masih terasa nyut-nyutan dan perih membuat ku tidak bisa beraktivitas terlalu berat.
Aku terpaksa hanya duduk diam dan bermain dengan HP ku, tidak bisa membantu Seunghyun oppa dan Daesung.

“Heiss…!” Aku menutup flip HP ku dengan kesal karena Jiyong yang bertingkah aneh sejak kemarin malam. SMS ku tidak dibalas, telpon ku juga tidak angkat sama sekali.

Tiba-tiba feeling ku terasa aneh, aku merasa ada sesuatu yang tidak beres. Benar saja, sebuah mobil mewah berrhenti di depan rumahku. Aku melihat appa yang turun dari mobil bersama seorang pria yang tidak ku kenal.

“A-A-Appa…?!” Seunghyun oppa menarik ku melindungi ku.

“Chaerin cepat pulang.”

“T-T-Tidak mau! Aku masih mau disini!” Aku membantah.

“Cepat pulang! Jangan buat appa mu sibuk! Calon suami mu sudah ada disini! Apa kau tidak malu?!”

Calon suami? Batinku. Apa pria ini calon suami ku? Yang ingin appa jodohkan denganku? Aku reflek berlari tapi aku berhasil dicegat oleh pria yang tidak ku kenal itu.

“Chaerin-ah, jangan membantah appa mu.” Ucapnya.

“K-Kau siapa?”

“Hong-ki. Lee Hong-Ki, aku calon suami yang dipilih appa mu untuk menikah denganmu.”

DEG! Rasanya jantungku sudah mau copot saat aku tau kalau dia ini benar-benar calon yang dipilih appa untukku. Aku melepas tangannya dan berlari mencari Jiyong.

“Jiyong! Kwon Jiyong! Kwon Jiyong!!”

“Chaerin? Jiyong sudah tidak disini lagi, dia sudah keluar dari sini.” Bibi pemilik rumah itu menyapa ku begitu melihat ku mengetuk-ngetuk pintu Jiyong.

“M-Mwo? Tidak tinggal disini lagi?”

DRRTTT DRRTTTT!

HP ku bergetar tanda pesan masuk begitu aku menyelesaikan kalimatku.

From: Jiyong

Mianhae Chaerin. Kita harus putus.
Aku harus kembali ke perusahaan appa ku, aku akan menikah.
Mianhae.

DEG!! Lagi-lagi jantungku serasa di pukul keras saat membaca SMS dari Jiyong, apa-apaan ini? Apa maksudnya meninggalkan ku begitu saja?
Aku keluar dari rumah itu melihat appa ku dan Seunghyun oppa yang masih ribut, sedangkan Hong-ki memandangku dari jauh.

“Chaerin-ah!” Seungri keluar dari mobilnya menarik tanganku masuk ke dalam mobilnya.

Begitu aku masuk ke dalam mobil, Seungri langsung menyalakan mobilnya dan membawaku entah kemana dengan kecepatan tinggi.

“Syukurlah aku tidak terlambat menjemputmu.”

“Mwo? Kau tau appa ku akan kesini hari ini?”

“Ne.” Jawabnya singkat.

“Kau tau darimana? Oh, Kwon Jiyong kah yang memberitau mu?”

Seungri diam tidak menjawabku, dia tetap fokus menyetir mobilnya. Membawaku entah kemana.

“Seungri, bawa aku ke tempat Jiyong sekarang.” Aku menggenggam tangan ku sendiri dengan emosi.

“Mian aku tidak bisa.”

“Seungri-ah! Kenapa kalian berdua jadi sangat jahat padaku! Bawa aku ke tempat Jiyong sekarang!”

“Mian, tidak bisa.”

“Kalau begitu turunkan aku sekarang! YA!!” Aku membentak Seungri, airmata ku mulai keluar dari mataku. Seungri tetap tidak mau memberhentikan mobilnya.

BRAKK!

Aku membuk apintu mobil Seungri tiba-tiba dan melompat keluar, aku terguling di jalanan yang diselimuti salju. Aku merasa perih disekujur tubuhku, luka yang tercipta disekujur tubuhku juga wajahku membuat ku sulit berjalan. Jahitan di tanganku juga terbuka lagi, membuat ku semakin kesakitan.

“CHAERIN!” Seungri keluar dari mobilnya dan berlari membantu ku berdiri.

“JANGAN SENTUH AKU!” Aku menepis tangan Seungri dan berjalan pincang perlahan-lahan.

“Kau mau kemana?! Jangan bodoh!”

“Bodoh?! Kau yang bodoh! Aku mau mencari Jiyong! KWON JIYONG!”

“Chaerin!!!!” Seungri memeluk ku mencegah ku berjalan meninggalkan nya.

“Lepaskan aku!!!! Aku mau Jiyong!!!!! Lepaskan aku brengsek!!!!!” Aku menendang Seungri, mata ku terbelalak lebar saat melihat sebuah flyer yang bertuliskan KWON’S FAMILY, benar saja itu adalah flyer dari konferensi pers perusahaan appa Jiyong. Aku melihat alamat di flyer itu dan berlari ke tempat itu. Tidak perduli dengan luka-luka ku.

CITTTTT!

Sebuah mobil berhenti hampir menabrakku. Aku melihat Hong-ki yang keluar dari mobil itu dan menghampiriku.

“Chaerin-ah, kita pulang?”

“Hong-ki, kau mau membantuku? Setelah itu aku janji akan pulang.” Aku masih mengeluarkan airmata.

“M-Mwo?”

“Antar aku ke alamat ini.” Aku menyerahkan flyer yang ada ditanganku. Hong-ki hanya menatapku.


Kwon Jiyong’s POV

“Appa aku sudah kembali sekarang jangan ganggu Chaerin dan keluarga nya lagi.” Aku masuk ke dalam mobil appa ku.

“Ne.” Appa ku menjawab dengan dingin.

Disebelahku duduk seorang wanita yang tidak ku kenal, melihat nya saja aku belum pernah.

“Kwon Jiyong, appa sudah memutuskan akan menjodohkan mu dengan Sandara-ssi ini. Dia calon yang pas denganmu.”

“Sandara imnida.”

Hati ku seperti ditusuk beribu-ribu jarum saat mendengar suara Sandara tapi yang terdengar di telinga ku adalah suara Chaerin. Mengingat pertama kali aku bertemu dengan Chaerin, sampai aku dibuat jatuh cinta olehnya.

“N-Ne. Kwon Jiyong imnida.”

Appa ku dan Sandara bercakap-cakap sepanjang perjalanan, aku hanya diam menahan sakit yang ada di hati ku ini.
Sampai di tempat konferensi pers, aku turun dan melihat kumpulan wartawan dan pengusaha lainnya yang sudah menunggu aku dan appa.
Aku duduk di samping Sandara sementara appa ku berbicara di atas mimbar dengan tegas nya.

“Jiyong, Jiyong!”

“N-Ne?!” Aku keluar dari pikiran kosongku, rupa nya sudah giliran ku berbicara di atas mimbar.

Aku naik ke atas mimbar itu dan mulai berbicara, aku berbicara dengan sangat lancar sampai aku melihat sosok yang tidak ingin kulihat.

Chaerin…. Yang berjalan pincang dengan luka di sekujur tubuhnya, dengan darah yang mengalir dimana-mana, mata nya yang menangis melihat ku yang sedang diatas mimbar.
Rasa sakit di hatiku semakin menjadi-jadi, aku berusaha tetap fokus menyelesaikan kalimatku dan kembali bergantian dengan appa.

“Pada kesempatan kali ini, saya juga ingin menyampaikan kabar gembira. Yaitu pertunangan anak saya, Kwon Jiyong….”

DEG! Dada ku semakin terasa sakit tidak berani melihat ke arah Chaerin.

“Dengan Sandara-ssi.”

Gemuruh tepuk tangan terdengar kemana-mana, di ruangan outdoor itu. Aku memberanikan diri menggandeng tangan Sandara dan melihat ke arah Chaerin, untuk terakhir kalinya.
Aku melihat seorang pria berambut pirang berdiri disebelah Chaerin menenangkan Chaerin yang sedang menangis. Hatiku semakin terasa sakit.
Aku buru-buru turun dari atas begitu appa menyelesaikan pengumumannya bersama Sandara.

Appa dan Sandara masuk ke dalam restoran yang sudah disewa oleh appa untuk makan dengan rekan kerjanya terlebih dahulu.
Aku berlari secepat mungkin mencari Chaerin, aku menemukan Chaerin yang masih berjalan pincang di ikuti pria berambut pirang dari belakang.

“Chaerin…..” Aku memanggil nya lemah.

“Annyeong oppa.”

Rasanya semakin sakit saja aku mendengar Chaerin memanggil ku oppa dan memberiku senyum palsu diatas luka dan airmata nya.

“K-Kau.. Kau kenapa? Apa yang terjadi? Brengsek, Seungri tidak menjagamu?” Aku menahan suara ku yang mulai bergetar.

“Aigo oppa, ini salahku. Aku yang melompat keluar dari mobil Seungri. Hm, chukkae oppa Sandara sangat cantik. Kau pasti senang.”

“Chaerin….” Aku terus memohon-mohon didalam hati ku supaya Chaerin tidak memasang senyum palsu itu, tapi aku tidak bisa mengeluarkannya.

“Jiyong…..” Akhirnya Chaerin memanggil nama ku. PLAKK! Sebuah tamparan keras di lemparkan ke wajahku. Aku memang pantas mendapatkan ini.

“Brengsek kau. Meninggalkan ku begitu saja, apa kau tidak tau aku sudah sangat mencintaimu?”

“Chaerin, bukan begitu.”

“Mwo? Lalu apa Kwon Jiyong? Apa?”

“KWON JIYONG!!” Aku melihat appa ku yang ada dibelakang ku, melihat ku yang sedang berbicara dengan Chaerin.

“KAU MASIH BERHUBUNGAN DENGAN WANITA ITU?!”

“Sebaiknya kalian lari.” Pria yang bersama Chaerin itu berkata padaku seakan-akan ingin membantuku.

“Gomawo.” Aku lari bersama dengan Chaerin menjauh dari appa ku, berharap aku masih punya kesempatan terakhir untuk menjelaskan semua nya kepada Chaerin.

Chaerin’s POV

TIN TINNN!!!!!!! Sebuah mobil besar dengan kecepatan tinggi berjalan ke arah kami.
BRAKKKKK!!!
Mobil itu menabrak aku dan Jiyong membuat aku dan Jiyong terguling dan terlempar.
Aku bisa merasakan luka di sekujur tubuhku yang semakin parah dan membuat ku semakin lemah, mataku masih terbuka sedikit. Pandangan ku kabur, aku melihat Jiyong di samping kiri ku terlempar jauh dan mengalami luka yang sangat parah.

Aku berusaha merangkak ke arah Jiyong yang sudah tidak  sadarkan diri, aku meihat Hong-ki yang menghampiri ku dan menopang kepalaku.

“J-J-Ji-Jiyong… Jiyong, k-kau ha-rus b-bert-aha-n.. Ji-yong!” Setelah kalimat itu keluar dari mulutku, pandangan ku menjadi gelap gulita dan tidak sadarkan diri.

to be continued ~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar