TITLE: KISS THE RAIN [CHAPTER 14]
AUTHOR: Jivon / @KWONLADY_
CAST: Find it yourself :)
GENRE: Romance
RATING: G
CHAPTER 14
Chaerin’s POV
Titik-titik salju yang hinggap di rambut dan pundakku membuat ku semakin menggigil kedinginan. Jantungku berdetak semakin cepat tiap aku melihat jarak antara aku dan villa besar yang ku incar semakin dekat.
Taksi yang tadi mengantar Sandara sudah kembali turun kebawah. Aku mulai berlari pelan ke atas sampai akhirnya aku melihat sebuah pagar besar dan tinggi yang menghalangi ku untuk masuk ke dalam.
“Yeobo!”
Aku mendengar suara Sandara memanggil seorang pria yang sedang duduk di taman.
“Jagiya!”
Benar-benar seperti mimpi aku melihat sosok yang kucintai, Kwon Jiyong sedang berdiri disana. Rasanya aku ingin berlari dan memeluknya tapi aku dihalangi oleh pagar yang tinggi dan besar ini.
“Yeobo kenapa kau diluar?”
“Aku menunggu mu jagiya.”
“Kau tidak kedinginan? Aku ambilkan mantel mu ya, tunggu disini.” Sandara masuk ke dalam villa itu.
Aku berusaha mencari jalan masuk ke dalam sana tapi tidak ada. Aku mau memanjat pagar tapi terlalu tinggi.
“Jiyong! Kwon Jiyong!”
Aku berteriak memanggil Jiyong. Jiyong berbalik menghadapku. Sosok seorang Kwon Jiyong terpampang jelas di hadapan ku dengan perban yang masih melilit kepala nya.
“Ne? Kau memanggilku?”
“Jiyong jangan bercanda. Kemarilah..!” Aku tertawa senang diantara air mataku.
Jiyong menghampiriku dengan wajah bingungnya. Aku memasukan tanganku melewati pagar meraih wajah Jiyong.
“J-Jiyong-ah, kau kemana saja?”
“Mwo? Aku? Kau mengenalku?”
“Tentu saja aku mengenalmu bodoh. Kau ini bicara apa?” Aku mulai tidak tenang.
“Mianhae, aku tidak mengenalmu. Kau siapa ya? Ah, aku tau! Apa aku mirip dengan temanmu? Nama temanmu Kwon Jiyong juga?”
Dada ku terasa sakit saat Jiyong tidak mengenaliku. Awalnya aku berpikir kalau dia sedang ber-acting, lama-kelamaan pikiran-pikiran negatif mulai menyerbu ku.
“N-Ne.. Temanku.. Mirip denganmu..” Aku menghapus airmataku.
“Ya kenapa kau menangis? Apa kedinginan? Masuklah dulu.” Jiyong hendak membukakan pagar untukku.
“Ani, tidak usah.”
GUK GUK GUK! Se-ekor anjing dengan kulitnya yang berlipat-lipat berlari menghampiri Jiyong.
“Aigo, gaho. Kau tau appa mu bertemu teman baru ya?” Jiyong menggendong anjing itu dengan senyuman lebar di wajahnya. Aku mulai berpikir dia benar-benar tidak mengingat sesautu apapun tentang aku.
“Ayo beri salam. Annyeonghaseo Gaho imnida…” Jiyong menggoyang-goyangkan tangan anjingnya yang bernama Gaho itu.
“A-Annyeonghaseo Gaho.” Suara ku kembali bergetar.
“Aigo, kenapa menangis lagi? Apa Gaho sangat menakutkan?”
“Ani, tentu saja tidak. Dia sangat…. Lucu.”
“Yeobo!!” Aku melihat Sandara yang sedang menutup pintu. Buru-buru aku mencari tempat untuk bersembunyi. Aku berlari meninggalkan Jiyong dan bersembunyi dibalik batang kayu yang sangat besar.
“Yeobo kau sedang apa disini?”
“Ani jagiya, aku sedang bermain dengan Gaho.”
“Kita masuk saja, sudah semakin dingin. Lagipula sudah hampir gelap.”
“Ne, jagiya.”
Mata ku mulai mengeluarkan air mata mendengar Jiyong memanggil Sandara jagiya dan Sandara memanggil Jiyong yeobo. Seharusnya aku yang memakai panggilan itu dengan Jiyong. Bukan dia……
DRRT DRRTTT.
“Yuhbasaeyo…” Aku mengangkat telpon Hong-ki sambil terus melihat Jiyong masuk ke dalam sana. Sosok yang ku rindukan semakin jauh.
“Chaerin-ah, kau sedang apa? Kenapa lama sekali?”
“O-Oppa.. aku bertemu Jiyong disini.”
“Jinja?! Lalu apa reaksinya?”
“Dia…. Dia tidak mengenalku oppa, aku harus bagaimana? Aku tidak bisa kembali seperti dulu dengan Jiyong. Oppaaaaa!” Tangisku mulai pecah.
“Aigo kau bisa kebawah? Ah, tidak jangan! Aku yang ke atas sana. Tunggu aku. Ya! Chaerin dengar aku?!”
“Hm.” Aku menutup telpon ku dan mengamati Jiyong yang sudah masuk ke dalam.
Aku berjongkok dibawah pohon besar yang ditutupi salju, menunggu Hong-ki datang menjemputku.
“Chaerin!” Aku tidak menjawab panggilan Hong-ki.
Hong-ki turun dari mobilnya dan memapah ku masuk ke dalam mobilnya.
“Badanmu dingin sekali!” Hong-ki mengatur AC di mobilnya hingga mengeluarkan uap hangat, membuatku rasa menggigilku sedikit hilang.
Tanpa berbicara apa-apa, Hong-ki menyetir mobilnya kembali pulang ke rumah. Perjalanan ku dan Hong-ki cukup panjang dan sepi, aku dan dia tidak berbicara apa-apa. Tidak ada yang keluar dari mulutku sepatah kata pun.
“Arghhh!” Aku menampar pipi ku cukup keras.
“Besok aku harus kemari lagi.”
“Mwo? Kalau appa mu tau kau bisa dibawa pulang ke Perancis Chaerin-ah.”
“Kalau begitu jangan beritau appa. Jebal oppa, bantu aku.”
“Tapi-“
“Jebal oppa… Jebal….” Aku memohon-mohon pada Hong-ki.
“Arasso, arasso. Aku tidak bisa menghalangimu.”
Chaerin kau tidak boleh menyerah. Sudah menemukan Jiyong, sudah separuh jalan, harus menghadapi kenyataan! Fighting!
***
08.46 a.m. YG building
“Annyeonghaseo!” Aku masuk ke dalam ruang latihan dance di gedung YG. Aku berlatih dengan pikiran ku campur aduk antara kecewa, sedih, terpukul karena Jiyong tidak mengingatku, juga dengan perasaan senang karena kabar Jiyong meninggal itu tidak benar.
“Annyeonghaseo Chaerin! Kau pagi sekali datangnya.”
“Ne Bom eonnie.” Aku membungkukan badannya.
“Annyeong! Minzy imnida.” Seorang gadis dengan pipi nya yang tembem menyapa ku.
“Annyeong, Chaerin imnida.”
“Ah, Chaerin, kau sudah disini.”
“Ne. Ah, Youngbae oppa! Sini sini sini!” Aku menarik nya ke pojok ruangan tidak sabar bercerita mengenai Jiyong.
“Aku kemarin bertemu dengan Jiyong!” Bisikku.
“Jinja?! Lalu lalu?!”
“Tapi dia tidak mengingatku. Aku tidak tau kenapa, apa karena kecelakaan sebelumnya….”
“Apa mungkin dia terkena amnesia? Hilang ingatan.”
“Mwo? Apa mungkin?”
“Ne, mungkin saja. Benturan keras dikepala.”
“Aigo lalu aku harus bagaimana? Masa aku harus benturkan kepala dia lagi supaya mengingatku?!” Gumamku gemas.
“Itu sih kau mau membunuhnya! Pabo… Coba saja kau beritau hal-hal yang pernah dilakukan, mungkin dia bisa ingat.”
“Semoga.” Aku kembali ke tengah ruang latihan untuk memulai latihan.
Aku semangat untuk latihan pagi itu mengingat sepulang latihan aku akan pergi ke villa besar itu bertemu dengan Jiyong lagi.
***
02.45 p.m
Selesai berlatih, Minzy dan Bom eonnie sedang sibuk berbincang-bincang di ruang latihan. Aku menghampiri mereka.
“Bom eonnie… Itu, apa kau masih ada album You and I? Aku ingin membelinya.”
“Mwo? Hahaha aigo, kenapa membeli? Sebentar.” Bom eonnie mengambil sesuatu dari tas nya, “Ambilah. Untukmu.”
“Mwo? Jinja? Aigo khamsahamnida eonnie.” Aku membungkukan badan ku berkali-kali lalu cepat-cepat berlati keluar.
Aku naik ke atas taksi yang kebetulan baru berhenti di depan gedung YG. Aku menyebutkan tempat lokasi villa Jiyong dan meminta nya menyetir lebih cepat.
Finally, setelah perjalanan yang cukup panjang aku sampai didepan villa Jiyong. Aku mengintip ke halaman, Jiyong sedang bermain dengan Gaho dibawah cuaca yang cerah dan tidak terlalu dingin.
GUK GUK GUK! Gaho menggonggong saat melihatku. Jiyong juga akhirnya melihatku yang sedang mengintip.
“Aigo pabo pabo pabo!” Aku memukul-mukul dahiku sendiri.
“Hei kenapa bersembunyi? Kemarilah!”
Aku keluar dari persembunyianku dan menghampiri Jiyong.
“Annyeong! Kau yang kemarin kan? Sudah menemukan temanmu belum?” Jiyong bertanya dengan senyum yang tidak berubah sedikitpun diwajahnya.
“Ne.. Sudah.. Tapi dia tidak mengingatku.” Jawabku menahan airmata.
“Oh, begitukah? Berusahalah, fighting!”
“Hatchii!” Aku bersin saat udara dingin sepintas tertiup di wajahku.
“Ah aku lupa! Masuklah, diluar sangat dingin. Kita bisa bermain didalam dengan Gaho.” Jiyong membukakan pagarnya untukku. Awalnya aku ragu-ragu untuk masuk ke dalam, mengingat appa nya tidak menyukai ku, juga Sandara.
“Jangan khawatir, orang rumahku sedang tidak ada.”
Aku menganggukan kepalaku lalu masuk ke dalam halaman yang sangat luas. Aku mengikuti Jiyong masuk ke dalam villa yang sangat megah itu. Sepi, hening.
“Kau tau aku sangat kesepian disini. Appa ku hanya kemari beberapa kali, aku hanya tinggal dengan pelayanku dirumah ini. Sandara pun hanya mengunjungi ku beberapa kali. Aku bosan! Beruntung aku punya Gaho, juga kau yang kesini, walaupun aku tidak mengenalmu.”
Walaupun aku tidak mengenalmu, Kata-kata Jiyong menusuk telinga, juga menusuk dada ku. Tidak mengenalku katanya? Sakit sekali mendengarnya.
“Aku jadi punya teman bermain disini. Sering-seringlah kemari.” Jiyong tersenyum, menunjukan gigi nya yang putih.
“Ne..” Jawabku singkat.
“Apa Sandara pacarmu?” Lanjutku.
“Hm, dia pacarku dan dia sangat cantik. Kau harus bertemu dengannya. Mungkin saat dia kesini kau bisa berkenalan dengannya.”
Dia pacarku, Lagi-lagi kata-kata yang keluar dari mulut nya menusuk dada ku.
“Ngomong-ngomong, siapa nama mu?”
“Cha- ah, na-nama? Kau panggil saja aku CL.” Jawabku.
“Ah, CL. Sering-sering lah kemari. Kita bisa jadi teman baik.” Senyum nya lagi.
Kita bisa jadi teman baik. Andai Jiyong ingat kalau aku dan dia sebenarnya lebih dari sekedar teman baik.
“Pertama kali aku melihatmu, rasa nya aku seperti dejavu. Aku sepertinya pernah mengenalmu tapi aku tidak mengenalmu. Apa aku mengenalmu?”
“M-Mungkin.” Jawabku mengalihkan pandangan ku yang mulai berair ke sebuah piano besar.
Jiyong melihat ku yang terus memandang piano itu. Aku tidak ada maksud apa-apa saat memandangi piano itu, tapi mungkin Jiyong berpikir lain.
“Kau mau bermain piano?”
“Hah? Ani aku tidak bisa.”
“Ku ajarkan? Aku baru belajar satu lagu.” Jiyong duduk di kursi piano itu.
“Sini, kemarilah. Duduk disini.”
“Ani, tidak usah. Aku dengar dari sini saja.”
Jiyong tertawa kecil lalu mulai memainkan sebuah lagu. Hati ku yang sudah remuk menjadi semakin remuk mendengar lagu yang dimainkan oleh Jiyong.
Jiyong memainkan lagu itu dengan sempurna sampai nada terakhir.
“Bagaimana?”
“Permainan mu bagus. Mengingatkan ku dengan seseorang… Yang sangat kucintai. Sangat sedih…..”
“Jinja? Lagu ini ku ciptakan sendiri. Entah kenapa beberapa hari lalu aku merasa sangat sedih lalu tercipta lagu ini. Kuberi judul lagu ini kiss the rain. Bagaimana?”
lagu kiss the rain yg mau denger bisa denger di http://www.youtube.com/watch?v=so6ExplQlaY
“Lagu mu sempurna Jiyong-ah.” Aku tertawa kecil menutupi rasa sedihku.
“Kau mau dengar lagu kesukaan ku? Aku pernah menyanyikan nya untuk orang yang kucintai itu.”
Jiyong menganggukan kepalanya dengan wajah yang penasaran. Aku mengambil album yang ku dapat dari Bom eonnie tadi. Aku memasangnya di MP3 player ku dan memasangkan headphone yang kubawa di telinga Jiyong.
“Lagu ini……..” Jiyong nampak sedikit terkejut mendengar lagu yang ku putar. Lagu kenangan ku dengan Jiyong, yang pernah kunyanyikan untuknya. You and I. Apa dia akan mengingatnya?
***
to be continued~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar