7/01/2011

KISS THE RAIN [CHAPTER 11&12]


TITLE: KISS THE RAIN [CHAPTER 11&12]
AUTHOR: Jivon / @KWONLADY_
CAST: Find it yourself :)
GENRE: Romance
RATING: G


CHAPTER 11
Still Chaerin’s POV

“Chaerin, Jiyong sudah tidak ada. Dia…. Meninggal.”
“M-Mwo…? Jangan bercanda Hong-ki, aku tidak main-main. Aku mau Jiyong sekarang, aku mau Jiyong!!!”
“Chaerin aku tidak main-main. Tenangkan dirimu!”
“JIYONG!!!!!!!!”


Seminggu sudah aku di rumah sakit, aku masih tidak mau membuka mulut ku untuk berbicara ataupun makan. Aku masih tidak percaya kalau Jiyong sudah tidak ada.

“Kwon Jiyong, kau kapan menjengukku?” Pikirku.

Setelah kejadian kecelakaan ku, appa setuju akan membiarkan ku tinggal di Korea asal aku tinggal dengan Hong-ki di rumah yang sudah disediakan oleh appa. Eomma dan Seunghyun oppa tidak boleh tinggal bersama ku tapi aku boleh menemui nya.
Ini lebih baik ketimbang aku harus pergi ke Perancis.

“Chaerin-ah. Kau baik-baik saja?” Hong-ki mengelus kepalaku.

Aku tidak menjawab sepatah katapun.

“Chaerin-ah.  Kau makan dulu ya?”

Aku sedikit tersentuh dengan kebaikan Hong-ki yang merawat ku seminggu ini tanpa istirahat sedikit pun. Walaupun aku belum mengenalnya, aku bisa merasakan kalau dia orang yang baik.

“Buka mulut mu, ku bantu ya?” Hong-ki tersenyum lalu menyuapi ku. Aku masih tidak mau membuka mulutku, aku menggelengkan kepalaku.

“Chaerin-ah. Sampai kapan kau mau mogok makan begini? Lihat wajahmu sudah pucat. Kau mau apa?”

“Aku mau Jiyong.” Jawabku lemah dengan suara ku yang serak.

“Kalau kau terus-terusan sedih begini, Jiyong juga pasti sedih. Jangan menangis lagi.”

Aku mencoba mencerna kata-kata Hong-ki yang ada benarnya juga. Aku tidak bisa terus-terusan begini, membuat semua orang khawatir.

“Jiyong-ah, aku tidak akan melupakanmu. Saranghe.” Aku berjanji pada diri ku sendiri untuk tidak mencintai pria lain.

“Oppa…!”

Hong-ki terlihat terkejut saat aku memanggil nya dengan sebutan oppa. Hong-ki terlihat tambah terkejut saat melihatku turun dari ranjang dan berjalan pincang ke balkon kamar rumah sakit.

“Ya, jangan bangun dulu. Aigo.”

“Gwenchana. Aku sudah tidak apa-apa oppa. Aku ingin mencari udara segar.”

“Kau… kenapa memanggilku oppa?”

“Hm, aku lebih menyukai panggilan itu ketimbang aku harus memanggil mu Hong-ki. Wae? Memangnya kau mau ku panggil apa?”

“Hm…. Mungkin nanti kau akan memanggilku yeobo?” Hong-ki tertawa.

Aku tertawa kecil, ini pertama kalinya aku tertawa setelah tekanan yang begitu besar menimpaku.

“Mungkin kau harus menunggu sangat lama untuk aku memanggil mu ‘yeobo’ oppa.”

“Gwenchana, gwenchana. “ Hong-ki tertawa menunjukkan gigi taringnya yang manis.
“Sekarang kau makan dulu, setelah itu kau bisa pulang dari rumah sakit.” Hong-ki memapah ku berjalan ke kamar dan membantu ku makan.


“Oppa, apa appa ada bicara sesuatu denganmu?” Aku membuka pembicaraan dalam perjalanan pulang ke rumah baruku dengan Hong-ki.

“Sesuatu? Ne, ada. Dia bilang aku harus menjaga mu baik-baik.”

“Oh…”

Aku kembali memalingkan pandangan ku melihat keluar mobil. Beban di hatiku yang masih rindu dengan Jiyong. Aku belum tau apa kabar meninggalnya Jiyong itu benar atau tidak.

“Oppa. Apa benar Jiyong sudah…. Tidak ada?”

“Aku tidak tau. Aku diberi tau oleh appa Jiyong, aku bahkan tidak tau kalau itu benar Jiyong dimakamkan dimana. Mian.”

Apa masih ada kemungkinan Jiyong masih hidup? Batinku. Rasanya aku sudah hampir menangis lagi karena suara Jiyong, candaan Jiyong, suara tawa Jiyong, suara Jiyong saat memanggil ku ‘jagiya’ bergeming di telingaku.
Aku menutup kedua telingaku secara tiba-tiba, tapi suara Jiyong semakin terdengar keras di telingaku.

Jagiya, saranghe. Chaerin-ah! Aigo kemarilah! Jagiya!

“Brengsek…” Gumamku menggigit bibir bawahku.

“Ya, kau kenapa??” Hong-ki memarkirkan mobilnya, berhenti sesaat melihat keadaan ku yang aneh.

“S-Suara Jiyong. A-aku terus mendengar suara Jiyong!” Aku menutup telingaku lebih rapat lagi.

“Ya, ya, Chaerin-ah! Ya! Dengar aku, ya!” Hong-ki berusaha menenangkanku.

“A-Ani, k-ka-kalau a-aku buka suara Jiyong ma-masih terdengar!” Aku mulai menangis.

Hong-ki membuka mulut nya tapi aku tidak bisa mendengar apa yang dibicarakan. Hong-ki meraih kepalaku, dan bernyanyi di telingaku.
Aku bisa mendengar suara Hong-ki yang bernyanyi dengan jelas di telingaku. Bayang-bayang suara Jiyong sedikit demi sedikit mulai hilang.

Annyeong nae sarang sarang sarang
Jalgayo nae sarang sarang sarang
Chaorunun naye nunmuri onmomul jogsyodo

Ijenun good bye good bye good bye
Narul ttona budi haengbokhae
Han gorum han gorum niga morojinda


Perlahan-lahan Hong-ki menurunkan tanganku yang menutupi telingaku. Aku mulai mengatur nafas ku yang tidak beraturan tadi.

“Ya, ya? Bisa dengar suaraku? Bisa dengar?” Hong-ki berbicara ditelingaku.

Suara nya yang sedikit serak membuat ku bisa lepas dari suara Jiyong yang menghantuiku tadi.

“N-Ne.” Aku menganggukan kepalaku.

“Aigo, kau membuat ku panik! Kenapa tiba-tiba dengar suara Jiyong?”

“Aku tidak tau.” Aku memijit-mijit pelan kepala ku lalu keluar dari mobil Hong-ki yang di parkir didekat sebuah café.
Aku melihat sekelompok band sedang bernyanyi di café itu, menghibur pengunjung café itu. Nampaknya band itu berhasil membuat pengunjung café itu terhibur.

“Wae? Kau menyukai suara band itu?” Hong-ki berdiri disebelahku.

“Ne.. “

“Kau mau aku bernyanyi diatas sana?” Hong-ki tersenyum.

“Ani, aku yang akan menyanyi diatas sana.”

“Mwo? Kau bisa menyanyi?” Hong-ki meledekku. Aku hanya tertawa kecil lalu berjalan ke arah band itu.
Kebetulan band itu sedang istirahat saat aku menghampiri mereka, aku berbicara dengan vokalis band itu. Meminta ijin.


Hongki’s POV

Aku mengenal Chaerin belum lama. Tapi jujur, aku sudah tertarik dengannya saat appa nya menunjukan foto nya padaku. Entah lah, apa aku menyukainya?

“Oppa! Lihat aku.” Aku tertawa melihat Chaerin yang sudah di atas panggung kecil di café itu.

Musik mulai dimainkan, Chaerin mulai bernyanyi. Kalimat demi kalimat dinyanyikan dengan indah oleh Chaerin.

“No matter what happens
Even when the sky is falling down
I'll promise you
That I'll never let you go

You naega sseureojilddae
Jeoldae heundeullimeopsi
Ganghan nunbicheuro
Myeotbeonigo nal ileukyeojweo

And you, na himae gyeoulddae
Seulpeumeul byeolang kkeutkkaji ddo uhgimeopsi
Chajawa du son japeun geudaeyegae

Nan haejoongae eopneundae
Chorahan najiman
Oneul geudae wihae I norae booleoyo
Tonight geudaeye du noonae
Geu miso dwiae nalwihae gamchweowatdeon
Apeumiboyeoyo

You and I together
It just feels so right
Ibyuliran maleun never
Geu nuga mweorahaedo nan geudael jikilgae
You and I together
Nae du soneul nochijima
Annyoungiran maleun never
Naegae I saesangeun ojik neo hanagiae

You maneun sarangcheoreom
Oori sarang yeokshi jogeumssik byunhagaetjyo
Hajiman jaebal seulpeo malayo
Oraen chinhan chingu cheoreom
Namaneul mideulsuitgae gidaelsuitgae
I promise you that I'll be right here, baby

Waeroun bami chajaolddaen
Na salmyeosi nooneul gamayo
Geudaeye soomgyeoli nal aneulddae
Mueotdo duryeopji anjyo
E saesang geu eoddeon nugudo
Geudaereul daeshin halsueopjyo
You're the only one
And I'll be there for you, baby

You and I together
It just feels so right
Ibyuliran maleun never
Geu nuga mweorahaedo nan geudael jikilgae

You and I together
Nae du soneul nochijima
Annyoungiran maleun never
Naegae I saesangeun ojik neo hanagiae

Just you and I
Forever and ever, Kwon Jiyong….”

Aku terharu dengan kesetiaan Chaerin setelah mendengar nya bernyayi dan menyebut nama Kwon Jiyong di akhir nyanyiannya.
Mata nya terlihat berair saat menyebut nama Kwon Jiyong.

Aku mengulurkan tangan ku meminta nya kembali sebelum ia menangis di depan pengunjung-pengunjung café itu. Chaerin mengucapkan terima kasih dan berjalan kembali ke arahku. Gemuruh tepuk tangan membuat café itu menjadi semakin ramai.

“Suara mu sangat bagus Chaerin-ah.”

“Benarkah? Gomawo.” Chaerin menghapus airmatanya.

PLOK PLOK PLOK! Suara tepuk tangan dari seorang pria yang berjalan ke arah ku dan Chaerin. Pria yang tinggi berwajah manis.

“Daebak! Suaramu sangat bagus! Aku sedang makan siang dan aku mendengar calon bintang baru bernyanyi diatas sana. Bravo!”

“Maksudmu?” Chaerin kebingungan.

“Ah, kenalkan. Youngbae imnida, perwakilan dari YG entertainment yang sedang mencari bakat baru. Seperti nya kau cocok untuk di debut di YG nona.”

Chaerin terlihat terkejut, aku dan Chaerin bertatap-tatapan sesaat.

“Aigo, aku sangat ingin di debut. Tapi aku baru pulih dari kecelakaan, apa kau buru-buru mencari orang untuk di debut?”

“Oh tidak. Tentu saja kau harus menjadi trainee di YG dulu, YG akan melatih mu. Jadi kau bisa tenang berlatih sambil menunggu tubuh mu pulih kembali. Kalau kau berminat telpon aku di nomor ini.” Youngbae memberikan nomor HP nya kepada Chaerin dan pergi meninggalkan Chaerin.



CHAPTER 12
Chaerin’s POV

Seoul, 04.00 pm

Akhirnya aku sampai di rumah baru ku yang harus ku tempati bersama Hong-ki. Cukup besar dan ada halaman belakang yang luas. Pepohonan yang teduh membuat suasana rumah itu menjadi lebih ‘home sweet home’.

“Kau masuk dulu. Barangmu biar ku bawakan.”

“Ani, tidak apa aku bawa barangku sendiri.”

“Ani tidak apa-apa. Masuk lah dulu.”

Apaboleh buat aku masuk lebih dulu ke rumah itu. Aku tercengang melihat ruang tamu yang menyatu dengan dapur dengan arsitektur yang indah. Aku menyukai rumah ini!

“Oppa lihat rumah ini cantik sekali!”

“Ne. Appa mu pandai memilih rumah.”

“Hehe. Oppa laparkah? Aku buatkan makan malam ya?”

“Ani kau masih sakit. Aku saja yang buat makan malam.”

“AIGO aku sakit bukan berarti aku bisa diperlakukan seperti bayi begitu. Aku bantu kau oppa.”

Aku berjalan ke dapur dan membuka kulkas, “HEISSS.”

“Ada apa?” Hong-ki menghampiri ku,  “HEISSS.”

“Kenapa kau ikut berteriak?” Aku melirik nya.

“Tidak tau. Hahaha kenapa sih?”

Aku memukul nya pelan, aku tertawa dengannya. Aigo appa benar-benar, meninggalkan 2 anak muda di rumah yang belum di isi bahan makanan nya.

“Kau lihat oppa. Tidak ada apa-apa disini, benar-benar masih kosong.”

“Aigo… Biar aku pergi belanja sekarang kau tunggu disini saja ya.”

“Mwo?! Enak saja aku juga mau ikut!”

Singkat cerita setelah berdebat cukup lama akhirnya aku berhasil membujuk Hong-ki untuk membawa ku belanja ke supermarket. Muahahaha (?)

Supermarket

“Hm, oppa kau mau makan apa? Pasta?”

“Pasta….. Boleh juga.”

“Pasta carbonara? Fettuchini? HM… 2 2 nya enak bagaimana dong.” Aku menggaruk-garuk kepalaku.

“Beli saja yang sudah jadi bumbu nya.”

“Mwo? Tidak-tidak. Ya! Apa kau meragukan masakanku?!”

Hong-ki tertawa mendengar ucapanku, aku menggeram menggigit gigiku sendiri memandangnya yang masih tertawa.
Aku kembali memilih-milih bahan untuk memasak makan malam.

“Ah aku bingung! Oppa kita makan di tempat Seunghyun oppa saja malam ini!”

“Memang jam segini belum tutup?”

“Belum. Ayo cepat nanti keburu tutup!”

Aku diantar oleh Seunghyun oppa ke rumah lama ku, perut ku sudah semakin keroncongan selama perjalanan kesana. Tidak sabar menyantap makanan masakan Daesung.

“OPPAAAAA!” Aku berlari memeluk Seunghyun oppa.

“Chaerin! Aku sangat merindukanmu! Kau sudah baikan?”

Aku menganggukan kepalaku, aku melihat Daesung yang keluar dari dapur membawa makanan.

“DAESUNG!!!!!” Aku juga memeluk Daesung.

“AIGO AIGO AIGO!” Daesung hampir menjatuhkan makanannya. Untungnya tidak jatuh.

“Chaerin! Bagaimana keadaanmu?! Ya! Tebak siapa yang ada di dapur sana.” Daesung menunjuk ke dalam dapur.

“DAESUNG KECAP NYA HABI- CHAERIN?!”

“SEUNGRIIIIII!!!” Aku berlari dari Daesung memeluk Seungri erat-erat.
“Mian yang waktu itu. Maafkan aku ya.”

“Gwenchana! Aku rasanya mau mati saat tau kau kecelakaan tau?! Pabo pabo pabo pabo!” Seungri menyentil kepala ku berkali-kali.

“Ya! Kau! Pria bule! Kau jaga Chaerin baik-baik arasso?! Aku bisa saja merebutnya dari mu tiba-tiba!”

“Heiss itu Hong-ki, kenapa memanggil nya pria bule, pabo!” Aku memukul kepala Seungri.

Seungri memegang kepala nya yang ku pukul tadi. Suasana di kedai menjadi hangat saat aku bisa berkumpul dengan orang-orang yang kusayang.

“Chaerin kau harus tau siapa yang sedang memasak dengan lincah didalam dapur.”

“Mwo? Siapa? Ku kira tadi yang dimaksud Daesung itu kau, Seungri-ah.”

“Ani bukan aku. Lihat saja sendiri.”

Aku masuk ke dalam dapur dan betapa terkejut nya aku melihat eomma yang sudah sehat kembali, sudah bisa memasak di dapur dan beraktivitas kembali.

“E-E-Eomma?!”

“Chaerin?!” Eomma memeluk ku erat-erat.
“Eomma pikir kau sudah dibawa appa mu kembali ke Perancis!”

“Ani eomma appa membiarkan ku tinggal disini asal aku tinggal dengan Hong-ki.”

“Hong-ki? Siapa?”

“Appa menjodohkan ku dengannya. Tapi aku tidak ada perasaan kepadanya.”

“Bukannya kau sedang dekat dengan Jiyong?”

Aku diam sejenak. Eomma sepertinya tidak tau tentang kecelakaan yang menimpa ku dan Jiyong kemarin. Aku tidak akan memberitau eomma kalau begitu.

“Jiyong…. Ani, aku sudah tidak bersamanya lagi eomma.”

“Aigo kenapa badan mu luka-luka? Kau kenapa?” Eomma terdengar khawatir.

“Ani eomma hanya jatuh kok. Eomma aku laparrrrrr.” Aku memasang wajah memelas.

Eomma hanya tersenyum lalu memasakan makanan yang sangat enak untuk ku dan Hong-ki. Aku dan Hong-ki duduk di meja yang agak keluar menghadap ke jalanan, Daesung dan Seunghyun oppa kembali bekerja, begitu juga dengan eomma.

“Ya!” Seungri duduk di dekat ku.

“Pria bule! Kau tampan juga, mau mengalahkan ku ya?!” Seungri tertawa.

“Berhenti memanggil ku pria bule. Lee Hong-Ki!” Hong-ki juga tertawa.

“LEE? LEE SEUNG HYUN IMNIDA!”

“LEE HONG-KI IMNIDA!”

Aku tertawa geli melihat tingkah Seungri dan Hong-ki yang sama-sama seperti anak kecil, bercanda satu sama lain.

“Berisik kalian!” Aku tertawa.
“Ya, Seungri-ah. Ada sesuatu yang ingin ku tanyakan. Tapi kau jawab jujur ya?”

“Mwo?” Seungri menyomot makanan Hong-ki.

“Ya itu makananku!”

“Sesama Lee harus saling berbagi arasso?” Seungri memakan makanan Hong-ki.

“Heisss, kembalikan!” Hong-ki kembali merebut makanannya.

“Ya! Aku sedang serius!” Aku menahan tawa ku.
“Seungri-ah, apa keluarga Jiyong tau aku masih di Korea?”

“Ani, yang mereka tau kau sudah dibawa ke Perancis oleh appa mu. Dan menikah dengan pria bule ini.” Seungri menunjuk Hong-ki.

“LEE HONG-KI IMNIDAAA~~~!”

“Arasso arasso. Calm down calm down.”

Aku tertawa melihat mereka yang teruuuuus saja berdebat sampai makanan ku habis. Bahkan sampai kedai sudah tutup mereka masih bercanda dan melawak membuat ku tertawa tidak karuan.

“Eomma, oppa, Daesung aku pulang dulu.” Aku berpamitan pada mereka.

“Seungri-ah, kau ikut aku sebentar.” Aku menarik lengan Seungri.
“Kau jawab jujur. Apa benar… Jiyong sudah…. Tidak ada?”

“Aku tidak tau Chaerin. Keluarga nya menjadi sangat tertutup dengan ku. Mereka bilang Jiyong memang sudah tidak ada tapi aku tidak tau benar atau tidak.”

“O-Oh…. Arasso. Gomawo.” Aku berbalik dan berjalan meninggalkan Seungri.

Sepanjang perjalanan kembali ke rumah aku hanya diam, tidak berbicara sepatah katapun dengan Hong-ki. Airmata ku masih tidak bisa berhenti tiap mengingat kenangan-kenangan yang ku lalui dengan Jiyong.

“Oppa stop!”

CITTTTTT!

Hong-ki menge-rem mendadak mobilnya begitu aku meminta nya berhenti. Aku turun dan melihat kwon’s boutique tempat aku dipermalukan oleh Jiyong saat itu. Sekarang sudah kosong dan tidak terpakai.

“Jiyong-ah, kau dimana? Kau boleh permalukan aku sepuas mu sekarang. Kembalilah……. Aku merindukanmu..”

Aku melihat se isi ruangan yang dulu pernah dipakai sebagai ruangan kerja Jiyong.

“Jiyong-ah…. Yeobo….. Apa kau ingat pertama kali aku melukai dagu mu disini? Saranghe.”

Aku berjongkok dan kembali menangis diruangan itu, isak tangis ku semakin menjadi-jadi tiap aku menginat senyuman lebar di wajah Jiyong.

“Pabo kau dimana sekarang? Kenapa tidak bawa aku juga?”


Hongki’s POV

Aku memperhatikan Chaerin yang daritadi menangis memanggil-manggil nama Jiyong. Aku yang melihat Chaerin seperti itu bisa merasakan perih di dadaku, aku tidak tau separah apa yang dirasakan oleh Chaerin. Mungkin lebih sakit.

“Chaerin-ah, kita pulang?”

“Oppa, antar aku ke satu tempat lagi ya?”

“K-kemana?”

Chaerin meminta ku mengantar nya ke sebuah gudang tua yang sudah tidak dipakai. Aku tidak tau apa tujuannya, aku hanya memperhatikannya terus menerus.

Chaerin duduk di salah satu sudut gudang itu dan tersenyum sambil menangis.

“Jiyong-ah, disini tempat pertama kali kau bilang kau menyukai ku, ingat? Kau mencium ku pertama kali disini, kau melilitkan syal di leher ku disini. Ingat? Kenapa sekarang kau tidak ada? Aku kedinginan disini.”

Chaerin berjalan dan memanjat kotak-kotak yang tersusun ke sebuah jendela yang sudah pecah kacanya. Aku melihat Chaerin seperti terkejut saat melihat sebuah syal yang nyangkut di bigkai jendela itu.

“Kwon Jiyong, kalau aku melompat sekarang apa kau akan menangkap ku? Seperti waktu itu kau menangkap ku juga?”

Melompat?! Aku panik saat melihat Chaerin yang seperti mengambil ancang-ancang akan melompat dari jendela itu.

“Y-YA! Chaerin-ah jangan gila! Jangan lompat!”

“Oppa, kau tenang saja. Jiyong pasti akan menangkap ku….. Dia pernah menangkap ku dulu.”

Chaerin menghapus airmata nya dan melompat keluar jendela itu. Aku yang ada di ambang pintu berlari secepat mungkin meraih Chaerin. Untunglah aku tidak telat, Chaerin jatuh ke dalam pelukanku.

“Jiyong apa kau tidak peduli lagi denganku? Kau kemana?”

Setelah kalimat itu keluar dari mulut Chaerin, Chaerin jatuh pingsan di pelukanku. Aku semakin panik melihat Chaerin yang sudah tidak sadarkan diri.

“Y-YA! Chaerin-ah! Chaerin!” Aku menepuk-nepuk pipi nya, tidak juga sadar.

Aku menggendong nya dan membawa nya kembali masuk ke mobil. Membawa nya pulang.

“Chaerin, kenapa kau sangat mencintai Jiyong?”

to be continued~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar