6/27/2011

KISS THE RAIN [CHAPTER 5]


TITLE: KISS THE RAIN [CHAPTER 5]
AUTHOR: Jivon / @Gvonnn
CAST: Find it yourself :)
GENRE: Romance
RATING: G
CHAPTER 5


Chaerin POV

BRUK BRUK BRUK

Aku meloncati beberapa anak tangga sekaligus, melihat lalu lalang pelanggan yang datang ke kedai kami. Seperti biasa Daesung dan Seunghyun oppa yang sedang sibuk membuat pesanan pelanggan.
Aku melihat Jiyong dan Seungri yang dari raut wajahnya seperti sedang membicarakan hal yang serius.

“Hey.” Aku menyapa mereka berdua.

“Hei. Sudah bangun.” Seungri menyapa ku dengan senyumannya. Tidak dengan Jiyong. Dia hanya menatap Seungri dengan tatapan sinis nya.

“Ada apa? Kalian sedang membicarakan apa?” Tanyaku.

“Nothing. Hanya masalah kecil.” Seungri menjawabku.

“Oh. Hahaha.” Aku berusaha membuat suasana menjadi netral kembali, “Ku pikir kau bilang akan datang nanti siang.”

“Ne, aku memang ingin datang nanti siang tapi bagaimana ya? Aku merindukanmu jadi datang agak pagi.”

Aku melihat Jiyong yang melotot kepada Seungri saat mendengar jawaban Seungri. Seungri juga menatap Jiyong dengan tatapan sinisnya. Aku semakin dibuat bingung dengan dua pria ini.

“Tapi aku malah bertemu dengan tuan Kwon-Ji-yong disini, pagi-pagi begini.” Lagi-lagi Seungri melemparkan tatapan sinis nya kepada Jiyong.

“Ne.” Jiyong membalas tatapan Seungri, “Pagi-pagi aku ingin bertemu dengan C-h-a-e-r-i-n makanya aku kesini. Betul kan?”

“N-Ne. Aku dan Jiyong mau pergi ke-“

“Mau pergi k-e-n-c-a-n.”

“Benarkah? Kemana?” Seungri tertawa mengejek.

“Toko sayur, puas kau?” Jiyong menarik tangan kiri ku.

“Hm.” Seungri menarik tangan kananku.

Mata mereka berdua saling bertatap-tatapan dengan tatapan sinis nya se-akan-akan mau menelan satu sama lain. Aku yang kebingungan berusaha menarik tanganku kembali dari genggaman mereka berdua yang cukup erat.

“Aigo! Jangan begini! Apa-apaan sih kalian? Sudah aku pergi sendiri saja!” Aku meninggalkan mereka berdua.

“Ya! Enak saja kau meminta ku menemani mu kan kemarin?” Jiyong berlari menyusulku.

“Chaerin-ah. Ku temani ya? Aku bisa bawakan barang belanjaan mu nanti.” Seungri juga berlari menyusulku.

Aku mengacak-acak rambut ku dengan kesal dengan tingkah laku mereka berdua yang tidak seperti biasa nya hari ini.

“Terserah kalian!” Aku berjalan lebih cepat meninggalkan mereka.

Supermarket

Suasana disekitar ku masih tidak enak karena Jiyong dan Seungri yang tidak tau kenapa.
Aku membawa belanjaan ku yang sangat berat ditangan kiriku, tangan kanan ku memegang memo daftar belanjaan.

“Sini ku bawakan.” Seungri menyentuh tanganku.

“Dia masih punya tangan bisa bawa sendiri.” Kata Jiyong dingin.

“N-Ne aku bisa bawa sendiri, gomawo.” Aku menolak tawaran Seungri dan memindahkan belanjaannya ke tangan kanan ku.

“Kau ini tidak bisa baik sedikit ya?” Seungri berbicara kepada Jiyong.

“Kalau dia tidak minta bantuanku ya tidak kubantu. Aku tidak mau jadi pria yang sok baik.”

Aku semakin bingung dengan kelakuan mereka berdua. Membuatku lama-lama menjadi kesal dan hampir gila.

“Heisss!” Aku dengan belanjaan di tanganku meninggalkan mereka berdua keluar dari supermarket itu.

Jiyong dan Seungri mengikuti ku dari belakang seperti bodyguard ku. Rasa nya aku sudah mau gila tiap mendengar mereka berdebat satu sama lain non-stop!

“Aigo! Sudah-sudah! Bisa diam tidak?!” Bentakku.

“KWON JIYONG!!”

Aku, Jiyong dan Seungri terkejut mendengar seseorang berteriak memanggil Jiyong. Ternyata appa Jiyong yang waktu itu kulihat bertengkar dengan nya datang menghampiri kami bertiga membawa beberapa anak buahnya.

“Orang ini…. Mengusirku sekarang malah membawa anak buahnya untuk menangkapku. Heisss….!” Jiyong bergumam kesal.

“Ada apa?”  Jawab Jiyong sinis.

“Pulang sekarang juga!”

“Mwo? Pulang? Aku tidak salah dengar? Bukannya kau yang mengusirku?”

“Aku tidak akan susah-susah mencari mu ka-!”

“Kalau apa? Oh! Tunggu! Kau mencari ku hanya untuk konferensi pers itu kan? Perusahaan Kwon’s menggelar pameran besar-besaran. Apa kata pengusaha-pengusaha dan wartawan nanti kalau anak sang pengusaha KAYA tidak datang ya?” Jiyong menekan nada bicaranya.

“K-KAU!” Appa Jiyong mengangkat tangannya hendak menampar Jiyong.

“Silahkan… Silahkan tampar! Aku tidak akan pulang dan tidak akan pernah hadir di acara itu! Biar seluruh dunia tau aku bukan orang KAYA lagi! DENGAR ITU?!”

“B-BAWA DIA!” Appa Jiyong memerintahkan anak buahnya untuk menangkap Jiyong.

“LARI!” Jiyong mendorong ku dan Seungri saat anak buah appa nya mulai mengejar kami bertiga.

Aku dengan keadaan membawa belanjaan menumpuk di tangan ku sulit untuk berlari cepat. Jiyong merebut belanjaan ku dan melemparnya ke Seungri.

“Bawa pulang! Pergi ke kedai!”

“M-MWO?!” Seungri menangkap belanjaan ku sambil tetap berlari.

Jiyong menarik tanganku membuatku terpencar dengan Seungri. Seungri berlari ke arah kedai ku sedangkan aku tidak tau dibawa kemana. Beruntung anak buah appa Jiyong tidak ada yang mengejar Seungri, tapi semua nya mengejar ku dan Jiyong.

“A-Aigo kenapa aku juga harus berlari?!” Kataku mengatur nafasku.

“Jangan banyak tanya lari saja!” Jiyong berlari tanpa melepas tanganku sedetik pun.

Rambutnya yang tersibak saat berlari, kaki  nya yang panjang, wajah nya yang terlihat sangat tampan saat berlari membuat pikiranku blank saat berlari.

DUAKK!

Benar saja, aku yang sedang bengong sambil berlari menabrak tiang yang ada di depanku.

“AW! AW! AW! Aigo sakit sekali!” Aku memegangi dahi ku yang memerah.

“Heisss! Ayo cepat!”

“Mata ku sulit dibuka ini! Tunggu!”

“Mana ada waktu?! Mereka makin dekat! Heiss!” Jiyong menggendong ku di punggung nya dan membawa ku berlari.

“Y-YA! Turunkan aku!”

“Jangan banyak bergerak nanti kau jatuh! Bukannya mata mu tidak bisa dibuka? Sudah diam saja!” Jiyong terus berlari sambil menggendongku.

“T-T-Tapi aku berat!”

“Tidak!” Jiyong membawaku bersembunyi di sebuah gudang tua yang tidak tau digunakan untuk apa.

Buru-buru Jiyong menutup pintu gudang itu dan membawa ku bersembunyi di sela-sela barang besar yang berserakan di dalam gudang itu.

BRAKK!

Anak buah appa Jiyong masuk ke dalam gudang yang sama denganku dan Jiyong. Beruntung mereka tidak menemukan ku dan Jiyong.

“Ah…….” Aku menghela nafas lega.

“Heis…” Jiyong masih mengatur nafasnya yang tersengal-sengal.

“M-M-Mianhae, aku berat ya?” Tanyaku menggaruk-garuk kepalaku.

“Tidak. Biasa saja.” Jiyong berdiri ingin keluar dari gudang itu.

Perasaan ku sudah tidak enak saat melihat raut wajah Jiyong yang tidak meng-enakan saat didepan pintu gudang itu. Benar saja dugaanku, pintu gudang itu tidak bisa dibuka. Tersangkut sesuatu dari luar.

“Aigo serius kau?! Tidak bisa dibuka?!” Aku yang panik menghampirinya.

“Heisss… Benra-benar…” Jiyong duduk bersender di dinding.

“Aigo. Bagaimana ini?” Aku mengeluarkan HP ku ingin menelpon Seungri. ARGH! God! Benar-benar sial baterai HP ku mati tidak tersisa sedikit pun.

“H-HP ku mati! Aigo! Coba HP mu!”

Jiyong mengeluarkan HP nya dan menunjukkan HP nya yang juga kehabisan baterai.

“Aigoohhhhh bagaimana ini?! Ya! Buka pintu nya! YA!” Aku menendang-nendang pintu itu.

Aku terkurung bersama Jiyong di gedung tua itu sampai hari mulai gelap. Sialnya di gedung itu tidak ada lampu sama sekali, belum lagi aku yang takut dengan gelap. Benar-benar hari sial untukku.

“A-Apa tidak ada lampu disini?”

“Ini gudang tuda mana ada lampu? Sudah tunggu besok pagi aku cari jalan keluar.”

“Aigo aku kedinginan, gelap pula.” Aku melipat kaki ku dan duduk di samping Jiyong.



“Sini.” Jiyong menarik ku masuk ke dalam lengannya. “Pakai ini.” Jiyong melilitkan syal yang kemarin ku pinjamkan padanya di leherku.


“Memangnya kau tidak kedinginan?” Tanyaku dengan jantung ku yang berdetak cepat. Lagi…

“Kedinginan tapi kau terlihat lebih kedinginan dari ku.”

“Heh itu kata-kata ku.”

Jiyong tertawa kecil mendengar jawabanku.

“Chaerin-ah, lebih baik kau menyanyi untukku supaya aku bisa tidur. Nyanyikan lagu yang tadi pagi kau nyanyikan.”

“Lagu apa? You and I?”

“Ya seperti nya itu judulnya. Lagu siapa itu?”

“Park Bom, aku sangat mengagumi nya. Aku ini fans beratnya.”

“Oh, Bom noona, aku tidak tau dia sudah merilis lagu baru.”

“M-mwo?! Kau mengenalnya?!” Tanyaku heboh.

“Tentu saja.”

“Aigo beruntungnya kau…..” Aku tanpa sadar menyenderkan kepala ku di bahu Jiyong dan mulai bernyanyi.

You and I together
It just feels so right
Ibyuliran maleun never
Geu nuga mweorahaedo nan geudael jikilgae

You and I together
Nae du soneul nochijima
Annyoungiran maleun never
Naegae I saesangeun ojik neo hanagiae*

You maneun sarangcheoreom
Oori sarang yeokshi jogeumssik byunhagaetjyo
Hajiman jaebal seulpeo malayo
Oraen chinhan chingu cheoreom
Namaneul mideulsuitgae gidaelsuitgae
I promise you that I'll be right here, baby



Kwon Jiyong POV

Aku sedikit terkejut saat Chaerin menyenderkan kepalanya dipundakku. Badanku terasa kaku saat itu juga, tidak bisa bergerak. Kalimat demi kalimat dinyanyikan dengan merdu oleh Chaerin.
Mataku sedikit demi sedikit mulai tertutup. Aku sendiri menyenderkan kepalaku di kepala Chaerin.

“Ya, Jiyong.” Mataku kembali terbuka.

“Hm.”

“Apa yang kau bicarakan dengan Seungri sih sampai kau bertengkar tadi?”

“Membicarakan kau.”

“Mwo? Membicarakanku? Wae?”

“Dia bilang dia menyukaimu.” Jawabku sambil terkantuk-kantuk.

“Benarkah? Lalu?”

“Lalu dia bilang jangan rebut kau darinya. Dia bilang kau miliknya.”

“Kau sendiri bagaimana?”

“Aku? Aku fine-fine saja.”
“Tapi…. Memang sepertinya aku tidak rela kalau kau diambil olehnya.”

“M-Mwo?”

“Sepertinya aku mulai menyukai mu.” Jawabku.

“M-Menyukaiku?!” Chaerin mengangkat kepalanya membuat ku hampir terjatuh.

“Heisss. Aku ngantuk.” Aku membaringkan kepalaku di pangkuan Chaerin.

“K-Kau bilang apa tadi? Menyukai ku? Orang kaya seperti mu suka dengan orang susah sepertiku?” Godanya sambil tertawa.

“Ne, aku me-nyu-ka-i-mu. Aku juga sekarang orang susah. Tidak ada masalah kan?”

“H-Ha-ha. Aneh juga. Aku juga menyukaimu…. Sedikit.”

Kalimat yang keluar dari mulut Chaerin membuat rasa kantuk ku sedikit hilang dan membuat jantungku hampir copot.

“Menyukaiku? Benarkah? Kenapa masih ada kata sedikit nya?” Godaku.

“Yaaa, aku tidak tau apa aku benar-benar menyukai mu atau tidak.”

“Kalau gitu cari tau apa kau menyukai ku atau tidak.”

“Caranya?”

Aku menarik kepala Chaerin secara tiba-tiba, mendekatkan wajahnya ke wajahku.

“Begini.” Aku mencium Chaerin, menempelkan bibir ku ke bibir nya yang tipis. Aku memejamkan mataku, tidak seperti Chaerin yang masih melotot karena terkejut.

to be continued~

1 komentar: