7/18/2011

KISS THE RAIN [CHAPTER 19]

TITLE: KISS THE RAIN [CHAPTER 19]
AUTHOR: Jivon / @jivoncornelia
CAST: Find it yourself:)
GENRE: Romance
RATING: G
Chaerin's POV

"Annyeong. Jaga dirimu baik-baik."

"Ne Hongki. Annyeong. Gomawo."

"Annyeong....."

***

Seseorang tampar pipiku! Aku masih tidak percaya aku sudah melewati semua masa-masa mimpi burukku! Kehidupanku kembali normal, bahkan lebih baik dari sebelum nya.
Appa Jiyong menerima ku dengan tangan terbuka. Appa ku pun akhirnya bisa mengerti kemauanku. Hongki bisa menerima keputusanku untuk tetap bersama dengan Jiyong.
Aku kembali tinggal bersama Seunghyun oppa dan eomma di rumah sederhanaku di Korea. Appa kembali ke Perancis bersama Hongki.
Tidak pernah aku merasa kesepian, teman-temanku selalu ada untuk menghiburku. Seungri, Daesung, Youngbae oppa, Bom eonnie, Minzy, juga orang yang sangat ku cintai, Kwon Jiyong.

"JANGAN SENTUH!!!" Jiyong merentangkan kedua lengannya menghalang-halangi Seungri yang terus-terusan ingin memelukku.

"KWON JIYONG MINGGIR AKU INGIN MEMBERI SELAMAT PADA CHAERIN!" Seungri menerobos pertahanan Jiyong dan berlari ingin memelukku.

HAP!

Sayangnya Seungri masih kalah cepat dengan Jiyong. Seungri bukannya memelukku justru memeluk Kwon Jiyong.

"Seungri-ah..... Kau sangat menyayangi hyung mu ini ya? Cupcupcup arasso arasso." Jiyong menepuk-nepuk kepala Seungri seperti menepuk-nepuk kepala anak kecil.

"Heisss....... Kalau disini hanya ada kau dan Gaho aku lebih baik memeluk Gaho daripada kau. Tau? HIH!"

"Aigo." Aku tertawa kecil lalu meninggalkan Seungri yang masih terus berdebat dengan Jiyong. Aku menghampiri Seunghyun oppa yang sedang berkumpul dengan Daesung, Youngbae oppa, Minzy dan Bom eonnie.

Ya, mereka semua sudah saling kenal dan sudah cukup akrab. Aku senang melihat semua temanku yang kusayang bisa akrab. Juga...... Sepertinya Seunghyun oppa menyukai Bom eonnie.

"Oppa, kau menyukai Bom eonnie kah?" Aku berbisik di telinga Seunghyun oppa. Pipi oppa sesaat memerah dan tergagap-gagap menjawab pertanyaanku.

Aku tertawa kecil melihat kelakuan Seunghyun oppa dan mengambil inisiatif ku sendiri, "Bom eonnie, Seunghyun oppa ingin mengajakmu berkencan. Kau mau kan?"

"M-Mwo?!" Seunghyun oppa terlihat makin tergagap-gagap.

"Jinja? Hahaha. Ne...." Bom eonnie menjawab ajakanku, Seunghyun oppa dan Bom eonnie terlihat tidak berani memandang satu sama lain. Kedua nya masih malu-malu.

"Aigo oppa kau sangat lucu!!!!!!" Minzy mencubiti pipi Daesung sambil bercanda-canda. Dua orang ini memang sibuk sendiri sejak tadi.

"Ya, kalian berdua!"

"Mwo?"

"Kalian sangat cocok!" Aku tertawa meledek mereka berdua. Membuat mereka berdua juga salah tingkah.

"Annyeong~......"

Aku melihat Sandara berdiri di depan pintu rumahku. Aku tidak pernah menganggap nya sebagai rival atau musuhku, semenjak kejadian di pernikahannya kemarin aku menganggapnya sebagai eonnie ku. Dia sangat baik dan ramah.

"Eonnie!" Aku menarik nya masuk ke dalam.

"Annyeong Chaerin-ah. Itu, aku pinjam toilet mu dulu ya? Aku kebelet."

"Oh, ne ne. Disana."

Sandara eonnie berjalan ke toilet, Youngbae oppa menghampiri ku begitu melihat Sandara eonnie sudah masuk ke dalam toilet.

"Chaerin-ah. Dia temanmu?"

"Yap. Wae?"

"Ani. Apa dia sudah punya pacar?"

"Hm. Belum. Wae? Kau menyukai nya?"

".......Eh, a-ani. A-Aku hanya bertanya." Youngbae oppa menggaruk-garuk kepalanya kebingungan.

"Kalau kau menyukainya dekati dia. Cepat cepat cepat!" Aku menarik-narik lengan Youngbae oppa ke arah toilet.
Bertepatan saat Sandara keluar dari toilet dan terkejut melihat ku menarik-narik Youngbae oppa ke arahnya.

"Eonnie, dia ingin berkenalan denganmu. Dia bilang kau sangat cantik."

"Mwo? A-Aku ti-"

"Dia ingin mengajak mu berkencan." Potongku.

"Ah, jinja? Sandara imnida." Sandara eonnie mengulurkan tangannya.

"Y-Y-Youngbae imnida." Youngbae oppa terlihat sedikit gemetar.

"Kenapa tanganmu bergetar? Aigo." Sandara eonnie setengah tertawa.

"A-Ani. K-Kau cantik."

"Mwo?"

"A-Ah. Itu....."

Aku tersenyum kecil lalu berjalan mundur meninggalkan mereka berdua yang sudah mulai bisa berbincang-bincang. Aku menarik sebuah bangku keluar dan duduk di luar. Melihat salju-salju yang masih bertebaran dimana-mana. Aku melipat kedua tanganku menghalangi rasa dingin menyerbu tubuhku.

"Jagiya......" 

Jiyong yang memelukku dari belakang membuatku terkejut. Wajahnya disenderkan dipundakku. Aku bisa mendengar hembusan angin yang keluar dari hidungnya. Jiyong dekaaaat sekali denganku.

"Kenapa disini? Kau bisa kedinginan."

"Aigo. Aku perempuan kuat tenang saja."

"Hm..... Ne kau memang perempuan kuat. Gomawo."

"Gomawo? Untuk apa?"

"Bukan untuk. Tapi karena kau sudah.... Yah kau tau masa-masa itu...." Jiyong duduk dihadapanku. Aku bisa melihat matanya yang memancarkan rasa bersalah, matanya yang mulai digenangi airmata. Tangannya menggenggam tanganku erat-erat.

"Kenapa menangis yeobo? Aigo."

"Mianhe...."

"Gwenchana." Aku memeluk Jiyong erat-erat. 

Aku dan Jiyong tidak berbicara saat aku memeluknya. Aku tidak memaksanya untuk berbicara, aku hanya berusaha menenangkan dirinya.

"Chaerin-ah...."

"Hm?"

"Saranghe..."

"Ne... Aku tau."

Aku merasakan jari Jiyong yang memegangi jariku daritadi tapi aku tidak tau apa yang ia lakukan. Aku melepas pelukanku dan melihat sebuah cincin yang sudah melingkar di jari manis ku. Cincin yang cantik sekali.

"Y-Ya...." Ucapku setengah tertawa haru. "Apa ini?"

"Ini? Ini cincin."

"Aku tau ini cincin. Pabo.... Maksudku ini cincin apa?"

"Cincin ini...... Akan ku ganti nanti. Di resepsi kita." Jiyong tersenyum, wajahnya yang tersenyum manis dekat sekali dengan wajahku.

"Mwo? Resepsi?"

"Ya. Chaerin-ah, jagiya. Saranghe. Aku ingin hubungan kita lebih dari ini. Aku ingin kau....." Jiyong menunjuk-nujuk hidungku sambil tersenyum.
"I want you to be my wife...." Lanjutnya.

Rasanya aku seperti bermimpi mendengar Jiyong yang baru saja melamarku. Apa ini mimpi? Kalau ini memang mimpi jangan bangunkan aku, biar aku bisa selamanya bersama orang yang kucintai.

Bibirku terasa beku masih tidak bisa menjawab lamaran Jiyong. Rasanya rahangku sangat sulit digerakan.

"TERIMA TERIMA TERIMA!!" Aku melihat gerombolan di depan pintu yang daritadi sudah mengintipku dan sepertinya mereka semua mendengar lamaran Jiyong kepadaku.

"Aigo apa-apaan kalian!" Aku  tertawa malu.

"TERIMA TERIMA TERIMA!!" Mereka terus bersorak-sorak sambil bertepuk tangan.

"Ya, Chaerin-ah. Kalau kau menerima ku kau cium aku. Kalau kau tidak mau kau boleh menamparku. Arasso?" Jiyong memejamkan matanya menunggu jawabanku.

Jantungku bertambah deg-degan, masih bingung dan kaku untuk menjawab lamaran  Jiyong. Aku berpikir sejenak sampai sebuah pikiran mengisi otakku yang kosong.

Plakkkk!

Aku menampar pipi nya pelan, sempat membuat semua yang melihat ku juga Jiyong terkejut. Mungkin mereka semua berpikir aku menolak lamarannya. Please aku tidak sebodoh itu, mungkinkah aku menolak orang yang kucintai setelah semua masa-masa sulit yang sudah kulewati demi nya?

"C-Cha-"

CHUUUU~

Aku mencium bibir Jiyong. Ciumanku ringan tapi berlangsung cukup lama. Seungri, Daesung, Seunghyun oppa, Youngbae oppa, Sandara eonnie, Bom eonnie dan Minzy kembali rusuh melihatku mencium Jiyong yang artinya... Aku menerima lamaran Jiyong.

Jiyong tersenyum saat aku masih menciumnya, tangannya menarikku lebih dekat ke pelukannya dan Jiyong membalas ciumanku. Aku melepas ciumanku dan Jiyong memelukku.

"Aigo ku pikir kau benar-benar menolakku jagiya...."

"Pabo. Aku tidak mungkin menolakmu." Aku juga memeluk Jiyong erat-erat.

"Jangan pernah begitu lagi. Kau bisa membuatku mati jantungan tau."

"Ah, kau ini terlalu berlebihan."

"Aniiiiiiii." Jiyong memelukku lebih erat lagi.

Aku melihat Youngbae oppa yang masih menyorakiku dengan yang lainnya.

"Youngbae oppa, mianhe... Sepertinya aku tidak bisa debut, aku harus merawat suami ku yang pabo ini kan."

"Gwenchana. Aku bisa membicarakan itu dengan Yang  Hyun-Suk ssi."

Aku kembali tersenyum dan memeluk Jiyong. Rasa bahagia dan haru ku benar-benar tidak bis aku ungkapkan dengan kata-kata. Aku benar-benar merasakan kebahagiaan yang belum pernah kurasakan saat itu.

"Pernikahan ini akan ku urus secepatnya."

"Arasso arasso." Jawabku tertawa.

***

TENG TENG TENG!

ARGH! Rasanya aku benar-benar akan meledak karena terlalu gugup! Adakah mesin waktu?! Bawa aku mundur beberapa hari, aku benar-benar gugup harus menghadapi pernikahanku yang sudah ada di depan mataku.
Hanya dalam hitungan jam aku sudah akan melepas masa sendiri ku dan memulai kehidupan berumah tangga dengan calon suamiku, Kwon Jiyong.

"Chaerin-ah...."

"Eomma! Appa!"

Ya, eomma dan appa ku datang menghampiri ku di ruang make up bersamaan. Mereka memang belum bersatu kembali tapi melihat mereka sudah bisa saling memaafkan sudah lebih cukup untukku.

"Aigo anakku cantik sekali. Rasanya kemarin kau baru lahir, kau masih sangat kecil. Lihat kau sekarang sudah tumbuh besar menjadi putri yang sangat cantik." Eomma menatapku.

"Appa beruntung mempunyai anak seperti kau Chaerin-ah...."

"Eomma..... Appa......" Aku tidak bisa menahan airmataku mendengar kata-kata eomma dan appa.

"Jangan menangis putri cantik. Aigo." Eomma menghapus airmataku.

TOK TOK TOK.

Seunghyun oppa dan Jiyong sudah berdiri di ambang pintu melihat ku yang sudah memakai gaun pengantin ku.

"Jiyong-ah. Jaga Chaerin baik-baik. Arasso?"

"Arasso abeoji."  Jiyong menjawab appa ku.

"Heiss kenapa kau masih panggil itu? Panggil appa, appa ku juga akan menjadi appa mu." Seunghyun oppa menepuk-nepuk pundak Jiyong pelan.

"Ne, kau panggil kami appa eomma mulai sekarang Jiyong-ah." Eomma memeluk Jiyong.

Eomma, appa dan Seunghyun oppa keluar meninggalkanku berdua saja dengan Jiyong.

"K-Kenapa menatapku begitu? Aneh?" Aku menutup-nutupi wajahku.

"Mwo? Ani. Kau sangat cantik. Pengantinku sangat cantik."

"Heiss." Aku menarik kain pernikahanku yang terurai di kepalaku kedepan menutupi wajahku yang memerah karena malu.

Jiyong menahan tanganku dan membuka kain yang menutupi setengah wajahku. Kini wajahku berada tepat di depan wajah Jiyong.

"Jangan ditutup. Aku ingin melihat wajah istriku yang cantik."

"Aku belum menajadi istrimu." Jawabku tertawa kecil.

Mataku dan mata Jiyong saling bertatap-tatapan. Wajah Jiyong semakin mendekat wajahku, tepatnya bibirnya mulai mendekat ke bibirku.

"HYUNG! CEPAT KELUAR BAWA PENGANTINMU! SUDAH MAU DIMULAI!"

"Arhhh... Sial." Jiyong menghela nafas kesalnya melihat Seungri yang tertawa dengan wajah tidak ada dosa di depan pintu.

"Arasso arasso."

Aku merangkul lengan Jiyong dan kami berdua mulai berjalan ke altar pernikahan kami. Jiyong lebih dulu berjalan ke depan. Aku merangkul lengan appa ku dan bersiap berjalan ke depan menyusul Jiyong. Eomma membantuku menarik kain dikepalaku menutupi wajahku. Sandara eonnie dan Bom eonnie membantu ku memegangi ujung gaun pengantiku yang terurai kebelakang.
Minzy mulai menaburkan kelopak bunga berwarna warni di sepanjang altar sambil berjalan pelan.

Saat itulah aku dan appa ku mulai berjalan perlahan-lahan ke arah Jiyong yang sudah menungguku. Aku melihat satu per satu wajah tamu yang datang. Aku melihat appa Jiyong yang tersenyum ke arahku, aku juga melihat eomma Jiyong yang belum pernah kulihat sebelumnya.

Tangan kananku menggenggam buket bunga yang cantik ini erat-erat. Aku benar-benar sangat gugup!
Youngbae oppa memainkan piano, membuat seisi ruang pernikahanku terisi dengan irama-irama piano yang sangat indah.

Aku tiba di hadapan Jiyong. Appa ku berdiri dibelakangku. Pendeta yang menjadi saksi pernikahanku tersenyum ke arahku dan Jiyong.

Jiyong mulai mengikuti kata-kata yang diucapkan oleh pendeta itu.

"Saya, Kwon Jiyong. Menerima Lee Chaerin menjadi istri saya. Saya berjanji akan senantiasa mengasihi dan menolongnya dan setia kepadanya. Baik dalam suka maupun duka, dalam untung dan malang, sehat maupun sakit. Dengan memenuhi kewajiban saya sebagai suami yang baik dan taat. Saya dan isteri saya akan hidup didalam kasih..... Serta memelihara keutuhan pernikahan ini selama-lamanya...."

Selesai Jiyong mengucapkan janji pernikahan, giliranku mengikuti pendeta itu.

"Saya... Lee Chaerin. Menerima Kwon Jiyong menjadi suami saya. Saya berjanji akan senantiasa mengasihi dan menolongnya dan setia kepadanya. Baik dalam suka maupun duka, dalam untung dan malang, sehat maupun sakit. Dengan memenuhi kewajiban saya sebagai isteri yang baik dan taat. Saya dan suami saya akan hidup didalam kasih..... Serta memelihara keutuhan pernikahan ini..."

"Selama-lamanya..."

"Apa yang telah dipersatukan Allah tidak boleh diceraikan oleh manusia." Ucap pendeta itu sebagai penutup.

Sesi pemakaian cincin, aku memakaikan cincin di jari manis Jiyong. Begitu juga Jiyong memakaikan cincin di jari manisku.

"Mempelai pria diperbolehkan membuka penutup wajah mempelai wanita dan menciumnya."

Jiyong maju satu langkah ke arahku dan membuka kain yang menutupi wajahku, aku bisa melihat dengan lebih jelas wajah Jiyong yang tak henti-hentinya tersenyum. Begitupun denganku.

Jiyong mencium bibir ku. Tepuk tangan dan gemuruh tamu undangan pernikahanku memenuhi ruangan,  membuat seisi ruangan menjadi gempar.

Jiyong melepas ciumannya, aku melempar buket bunga yang masih ada ditanganku, tidak ku sangka yang mendapat buket itu adalah Seungri.

"Aku dapat! Aku akan menikah!! HAHA!" Seungri terlihat heboh.

Aku dan Jiyong tertawa dan bergandeng tangan berlari keluar dari gereja tempat pernikahanku itu, keluar dari pintu gereja, padang rumput hijau yang luas membentang menyambutku dan Jiyong. Aku dan Jiyong masuk ke dalam mobil pengantin dengan tulisan Just Married di belakangnya yang sudah menunggu daritadi dan berjalan meninggalkan gereja itu.

Jiyong mendekatkan wajahnya kepadaku dan berbisik ditelingaku, "Saranghe...."

to be continued~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar