TITLE: KISS THE RAIN [CHAPTER 18]
AUTHOR: Jivon / @KWONLADY_
CAST: Find it yourself :)
GENRE: Romance
CHAPTER 18
Chaerin’s POV
“Andwe! Andwe! ANDWE!”
“Hah!”
Mata ku terbuka lebar dengan tiba-tiba, keringat dingin keluar disekujur tubuhku. Mimpi buruk yang ku dapat membuatku semakin tidak tenang. Perban melilit dikepalaku. Aku melihat disekitarku. Sepertinya aku berada dirumah sakit.
KREEEK!
Aku melihat Hong-ki membuka pintu dan masuk dengan wajah yang tidak tenang. Aku sangat terkejut melihat appa yang ada dibelakang Hong-ki. Rasa takut ku semakin meledak-ledak.
“A-Appa….”
PLAKKK!
Appa terlihat marah dan menampar pipi ku keras. Tapi appa tidak mengeluarkan cacian makian kepadaku seperti sebelumnya.
“Kau mengecewakan Chaerin! Appa benar-benar kecewa denganmu! Hong-ki sudah rela tinggal disini tapi kau! K-Kau…!”
Appa mengangkat tanganny hendak menampar ku lagi. Aku memejamkan mataku siap untuk menerima tamparan appa, tapi Hong-ki bergerak lebih cepat dari appa, tangannya menahan tangan appa yang hendak menamparku.
“Oncle…” Hong-ki berbicara dalam bahasa Perancis.
“Je l'aime, mais je ne vais pas l'épouser. Je ne peux accepter cela. Vous avez juste le prendre facilement. Je n'ai rien demandé. Je l'aime, mais ne pouvait pas épouser sa force. Qu'il soit heureux avec un homme qu'elle aimait.”
Appa ku juga membalas dalam bahasa Perancis. Bahasa yang tidak begitu ku mengerti. “Mais il va trop loin. Il devrait se marier!”
“Je ne veux pas le forcer. Je serais heureux de le voir si heureux. Bien que je me suis séparé avec lui je vais toujours penser à lui comme mon frère.” Hong-ki tersenyum padaku.
Entah apa yang diucapkan emosi appa terlihat surut begitu mendengar Hong-ki. Hong-ki lagi-lagi tersenyum dan berbicara padaku.
“Kenapa diam saja? Aku rasa kau pasti mau mengejar kekasihmu itu.”
“M-Mwo? Apa maksudmu?”
Hong-ki menunjuk ke arah pintu luar. Aku tidak mengerti apa yang dimaksud Hong-ki tapi aku dengan cepat melompat dari ranjang, jarum infus yang tertusuk di tanganku tercabut begitu saja, menciptakan luka di tanganku dan mulai berdarah.
“A-Appa… Mianhe…” Aku berlutut di depan kaki appa.
“P-Pergilah.” Suara appa terdengar bergetar, aku melihat appa yang seperti menahan airmata.
Aku masuk ke dalam pelukan appa.
“Gomawo appa.!”
Lalu berlari keluar kamarku. Aku berdiri didepan pintu kamarku, masih bingung harus berlari ke arah mana, mencari siapa.
”Jagiya!”
Suara Jiyong bergeming dikepalaku. Pikiranku sesaat terfokus kepada Jiyong. Aku berlari menulusuri lorong rumah sakit ingin mencari Jiyong. Aku berencana mencari Jiyong di villa miliknya.
Karena kondisiku yang belum pulih benar aku terjatuh beberapa kali, membuat kaki ku terasa sakit.
Chaerin kau tidak boleh berhenti berlari! Aku berkata pada diriku sendiri dan kembali berdiri dan berlari. Sakit di kakiku sudah tidak ku hiraukan.
Aku kembali berlari sekuat tenaga.
BRUKKK!
Aku bertabrakan dengan Seungri. Seungri yang berencana menjenguk ku dengan Seunghyun oppa dan Daesung. Aku bertemu mereka.
“Chaerin-ah! Kau mau kemana?!” Seunghyun oppa terlihat panik.
“J-Jiyong! Aku harus bertemu Jiyong! Aku harus bertemu dengannya!”
“Seungri-ah, kau pasti tau Jiyong dimana kan sekarang? Beritau aku! Ya!” Aku menangis, mengguncang-guncangkan kerah baju Seungri.
Seungri diam sesaat dan mengeluarkan sebuah amplop besar putih dan menyerahkannya padaku.
***
Kwon Jiyong’s POV
“Hah, jadi kau sudah ingat semuanya? Baguslah. Appa tidak mau tau pernikahanmu dengan Sandara harus segera dilaksanakan! ARASSO?!”
Aku sama sekali tidak tau dan tidak mengerti apa yang sebenarnya sudah terjadi. Kepalaku masih sering terasa sakit kalau berpikir terlalu serius.
Lagi-lagi appa ku mengancam ku dengan alasan Chaerin. Chaerinsudah seperti titik kelemahanku.
Aku tidak bisa melawan. Mianhae Chaerin….
“Mempelai wanita dipersilahkan memakaikan cincin ke jari mempelai pria.”
Mungkin aku masih bisa tersenyum di depan banyak orang dengan senyum palsuku. Tapi didalam hatiku rasanya sudah seperti mau mati, aku harus mengorbankan semua kebahagiaan ku demi ke-egoisan appa ku.
Sandara memakaikan cincin pernikahan yang tidak pernah kubayangkan akan kupakai dijariku.
Rasanya semakin sakit kalau aku melihat cincin yang sudah melingkar dijari manisku itu.
“Mempelai pria dipersilahkan memakaikan cincin di jari mempelai wanita.”
Dengan rasa sakit yang terus menumpuk di hatiku aku mengambil cincin pernikahanku dari kotak yang ada didepanku. Jari manis Sandara mulai masuk ke dalam lubang cincin yang kupegang.
BRAKKKK!
Suara pintu utama tempat pernikahanku menggelegar karena dibuka paksa. Aku melihat sebuah rombongan masuk ke dalam ruangan, menjadi pusat perhatian semua tamu undangan pernikahan ku.
“K-Kau….”
***
Chaerin’s POV
Seunghyun oppa, Seungri, dan Daesung membantuku masuk ke dalam ruang pernikahan Jiyong. Mereka membantuku menahan bodyguard yang ingin menyeretku keluar.
“Chaerin aku akan menjaga mu dari sini!” Seungri berteriak padaku sambil terus menahan bodyguard yang semakin berdatangan.
“Aku juga!” Daesung juga berteriak padaku.
Aku melihat ke arah mereka bertiga dengan rasa haru karena kebaikan mereka.
“Pergilah Chaerin….!” Seunghyun oppa juga berteriak padaku.
Gomawo oppa, Seungri, Daesung… Aku terus mengucapkan rasa terima kasih ku di dalam hati.
Aku kembali fokus dengan tujuan utama ku. Mencari Jiyong. Aku mencari sosok Jiyong diantara gerumulan tamu undangan yang sangat ramai. Aku terus berjalan maju ke depan, menerobos semua tamu undangan.
Sampai aku melihat sosok Jiyong. Kwon Jiyong di depan mataku. Dengan jas pernikahan dan tangannya yang memegang cincin pernikahan yang hampir dipakaikan ke jari Sandara.
“C-Chaerin…”
“Ne.. Ini aku Jiyong. Kau mengingatku?” Suara ku kembali bergetar.
“N-Ne.”
“Kau benar-benar ingin menikah dengan nya?” Tanyaku.
Jiyong tidak menjawabku, ia hanya terus memandangiku dengan matanya yang mulai tergenang air mata.
“Ya… Jawab aku.. kau mau menikah dengannya?”
Jiyong tetap tidak menjawabku.
“Aku anggap itu ya Jiyong…” Aku berusaha sekuat tenaga untuk tersenyum didepan Jiyong.
“Chukkae…” Aku mencoba tersenyum lagi dan berjalan meninggalkan Jiyong yang masih menatapku. Langkah ku terasa lemas, nafasku terasa sesak, dada ku terasa sakit.
Tanganku meremas baju bagian dadaku, pusat dari rasa sakit yang saat ini kurasakan. Rasanya perih.
Baru beberapa langkah aku melangkahkan kakiku, aku melihat sosok appa Jiyong yang menghampiri ku dengan tatapan kesalnya.
PLAKKKK!
Lagi-lagi pipi ku ditampar. Tamparan appa Jiyong cukup keras hingga membuat ku terjatuh ke lantai. Aku berdiri dan kembali terjatuh dengan tamparan yang lagi-lagi dilayangkan appa Jiyong ke pipi ku.
“KAU! UNTUK APA KAU KESINI?! MERUSAK PERNIKAHAN ANAKKU?!”
Appa Jiyong menarik tanganku kasar menyeretku ke depan ruangan. Bersebelahan dengan Jiyong dan Sandara.
“KAU MENCINTAI ANAKKU?! PERSETAN DENGAN UCAPANMU! BUKTIKAN KALAU MEMANG KAU MENCINTAI JIYONG!”
“Kau mau bukti apa?” Aku menjawab dengan nada acuh tak acuh, membersihkan pakaianku dari debu.
“Aku mau kau tulis di lantai ini kalau kau memang mencintai Jiyong. Bukan dengan spidol, cat atau apapun!”
Aku tersenyum acuh tak acuh mendengar omongan appa Jiyong. Aku memalingkan wajahku ke arah Jiyong, mata nya bertemu dengan mataku. Aku bisa membaca dari matanya memintaku untuk tidak melakukan apapun.
Kau menghalangiku, aku justru akan lebih nekat Jiyong. Ucapku dalam hati.
“Fine.” Ucapku dengan dingin.
Aku memecahkan sebuah gelas di ruangan itu dan mengambil pecahan beling yang paling besar dan tajam.
Ujung beling itu mulai merobek kulitku saat ku besetkan ke telapak tanganku, membuat telapak tanganku mengeluarkan banyak darah.
Seisi ruangan menjadi gaduh melihat darahku yang keluar bercucuran.
Rasa sakit di tanganku sama sekali tidak terasa tertutup rasa sakit di dadaku yang semakin perih. Aku sudah seperti tidak merasakan luka apapun.
Dengan santainya aku menulis di lantai itu Saranghe Kwon Jiyong dengan darah ditelapak tanganku.
“Ini kan yang kau mau?” Aku melemparkan nada sinis kepada appa Jiyong yang juga terlihat terkejut.
Aku tertawa kecil dan melihat ke arah Jiyong yang sudah meneteskan airmata. Jiyong menutupi sebagian wajahnya dengan tangan, tapi aku bisa melihatnya dengan jelas kalau…. Dia menangis.
***
Kwon Jiyong’s POV
Rasanya aku sudah mau gila melihat Chaerin melakukan hal nekat seperti itu demi aku. Pria yang tidak berguna yang tidak bisa menjaganya.
“Jiyong-ah.. Kau baca ini? Saranghe!” Chaerin tersenyum padaku dan melambai-lambaikan tangannya padaku.
Tak tahan lagi, aku meninggalkan Sandara dan berjalan ke arah Chaerin. Aku memeluk Chaerin erat-erat. Sangat erat.
“Chaerin-ah, mianhe… Mianhae….” Aku menangis dengan hebat di pundak Chaerin.
“Pabo! PABO! Kenapa kau melakukan ini semua! Wae?!” Aku terus menangis.
“Aku… Juga tidak tau kenapa. Mungkin aku sudah terlalu mencintaimu.” Chaerin menjawab dengan nada lemahnya.
Aku melepas pelukanku dan melihat wajah Chaerin yang pucat, mata nya yang merah dan bengkak, kepalanya yang diperban, bekas luka karena kecelakaan waktu itu, dan telapak tangannya yang masih mengeluarkan darah.
“Lihat dirimu… Ini semua karena aku kan? Mianhe Chaerin…”
“Aigo kau ini umur berapa? Jangan menangis lagi.” Chaerin menghapus airmata di pipiku.
Aku memantapkan tekatku lalu berjalan ke arrah Sandara.
“Sandara… Mianhe… Aku-“
“Aku tau. Pergilah.” Sandara memotong pembicaraan ku dan tersenyum padaku.
Aku membungkukan badanku berkali mengucapkan terima kasih. Sekarang aku harus berhadapan dengan appa ku. Aku berjalan ke mendekati appa ku dan berlutut di kaki appa.
“Appa… Mianhe… Aku tidak bisa menikah dengan Sandara.”
Appa ku tidak menjawab ku. Aku terus berlutut di bawah kaki appa sambil terus meminta maaf sampai akhirnya aku merasakan tangan appa menyentuh pundakku.
“Mianhe Jiyong.. Seharusnya appa tidak mengorbankan kebahagiaanmu..”
Appa membantuku berdiri, kini aku bertatapan langsung dengan appa. Mata nya tampak merah dan berair.
“Bawa wanita yang kau cintai itu kemari…”
Aku memapah Chaerin berjalan ke arah appa. Tanganku menggenggam tangan Chaerin yang bergetar.
“Chaerin….”
“N-Ne?” Jawab Chaerin dengan suara bergetar.
Aku melihat pemandangan yang tidak pernah kuprediksi akan ku lihat. Appa ku memeluk Chaerin dengan erat dan mengeluarkan airmata.
“Kau mecintai anakku Jiyong dengan tulus.. Juga berkorban demi anakku.. Khamsahamnida..”
Ini pertama kali dalam hidupku aku mendengar appa berbicara seperti itu. Juga pertama kalinya aku melihat appa mengeluarkan airmata.
“Jiyong…”
“Ne appa?” Aku menghapus airmataku.
“Jaga wanita mu ini baik-baik.”
Belum sempat aku menjawab appa sudah meninggalkanku dan Chaerin. Appa dan Sandara keluar dari ruang pernikahan ku. Ku pikir keadaan akan bertambah parah, ternyata semua tamu undangan bertepuk tangan dan beberapa mengeluarkan airmata haru melihat kejadiian tadi.
“Jiyong!!!!!” Chaerin menangis keras dan memelukku.
“Chaerin….”
“Brengsek kau! Kau tidak boleh meninggalkan ku lagi! Aku sangat mencintaimu! Kau tau rasanya aku sudah mau mati saat ka-!”
Aku memotong omongan Chaerin dengan mencium bibir nya. Tanganku memegangi pipi nya dan bibirku menempel di bibirnya.
Aku bisa merasakan airmata Chaerin yang jatuh membasahi pipi ku. Suasana di dalam ruangan itu semakin ricuh saat aku mencium Chaerin.
“Chukkae! Chukkae!” Teriak beberapa tamu undangan.
Aku melepas ciumanku. Mata ku bertatapan dengan mata Chaerin.
“Kau merindukan ciuman ku?” Aku mencubit pipi nya pelan.
“Aku merindukan segalanya tentangmu.”
“Saranghe. Aku tidak akan pernah meninggalkanmu lagi.” Aku kembali memeluk Chaerin erat-erat.
“Sebaiknya sekarang kita pergi.” Bisikku.
“Wae?”
“Ku rasa kita akan sibuk mencari segala kebutuhan kita, juga gaun pengantin kita.”
“M-mwo?!”
to be continued~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar