TITLE: I'M NOT YOUR BARBIE [PART 1&2]
AUTHOR: Jivon / @jivoncornelia
CAST: Find it yourself ;)
GENRE: Romance
RATING: G
CHAPTER 1
Choi Seunghyun's POV
Seoul, 31st December 23..45pm
"Seunghyun!! Seunghyun!! Saranghe!!"
Yes, it's me Seunghyun. Choi Seunghyun seorang street racer yang hampir dikenal oleh semua street racer lainnya. Choi Seunghyun yang dikenal dengan nama storm karena aku yang tidak kenal dengan kata 'bahaya' saat aku sudah berada di jalanan dengan motorku.
"Seunghyun-ah, akhirnya kau kembali juga."
"Ne Jiyong. Malam tahun baru, taruhan race pasti lebih banyak. Dan semuanya itu akan menjadi milikku."
Aku dengan Jiyong duduk di sebuah bar meminum bir dingin yang sudah tersedia diatas mejaku. Satu per satu perempuan datang menghampiri ku, kau tau, aku bosan dengan wanita macam mereka semua. Nothing special, they're all the same. Hanya ingin uang dan wajahku yang tampan.
"Hey babe." Seorang wanita menghampiri ku.
"Hm." Jawabku dingin.
"Kemana saja kau? Aku merindukanmu."
"Jinja? Aku tidak." Jawabku melempar tatapan dinginku ke wanita itu.
Raut wajah wanita itu sesaat berubah dan pergi meninggalkanku dengan aura yang berbeda dengan saat dia menghampiriku.
"Wanita itu lumayan. Kenapa kau menolaknya?"
"Aku bosan dengan wanita seperti itu Jiyong. Disgusting."
"Belum ada satu wanita pun yang bisa menarik perhatian mu, hah?"
"Hm." Aku menganggukan kepala ku dan meneguk habis bir di gelasku.
NGENGG NGENGG!
"Wohooo!!!"
Suasana menjadi ricuh saat seorang yang belum pernah ku lihat masuk ke arena kekuasaanku dengan motor silvernya. Aku tidak bisa melihat wajahnya karena ia memakai helm yang menutupi sampai ke helai rambutnya.
"Wohoo!!!" Jiyong yang duduk disebelahku juga ikut berteriak.
"Ya, siapa dia?" Tanyaku dengan ekspresi meremehkan.
"Selama kau hilang dari sini, dia yang selalu memenangkan race disini. Aku pun kalah dengannya. Kalau kau tidak hati-hati mungkin posisi King mu disini bisa direbut olehnya."
"Jinja? Let's see." Aku tersenyum nakal dan beranjak berdiri. Berjalan ke arah pengendara motor baru itu.
Aku sampai di depannya, aku berjalan berputar memperhatikan sosok nya dari atas sampai bawah. Juga motornya dengan teliti ku amati. Tetap, aku masih belum bisa melihat wajahnya.
"Ya, take it off." Aku menunjuk helm nya meminta nya melepas helmnya.
Ia melipat tangannya dan membalas memandangiku, aku tidak bisa melihat wajahnya tapi gerak kepalanya membuatku tau kalau ia sedang mengamatiku dari atas sampai bawah.
"Ya, kau dengar tidak? Lepas." Aku menyipitkan mataku dan mengeluarkan perintah yang sama.
"Kau siapa memerintahku?"
Seorang wanita rupanya ucapku dalam hati. Suaranya terdengar sangat angkuh, rasa penasaran ku berubah menjadi sedikit jengkel mendengar jawabannya. Belum pernah ada yang berani melawan atau menjawab ku seperti itu.
Aku maju 2 langkah, berdiri tepat di depannya dan mengangkat paksa helm yang ada dikepalanya. Rambut cokelat dan panjang terurai keluar dari dalam helm itu, wajah yang terlihat angkuh dan dingin membuatku terpana saat itu juga. Cantik.
"Puas sekarang?" Wanita itu membiarkan rambutnya terurai berantakan. Tapi terlihat sangat cantik.
"Well, well. Kau sudah melihatnya sekarang Seunghyun. Kenalkan, dia ini Bom. Park Bom noona." Jiyong berdiri diantara ku dan wanita yang bernama Park Bom itu.
"Oh, begitu. Seunghyun." Aku mengulurkan tanganku sambil tetap menjaga image ku didepan semua anak buahku.
Mata Park Bom bergerak memperhatikan ku dari atas sampai bawah, lagi. Turun dari motornya, mengambil kunci motornya lalu berjalan melewatiku. Menubrukan pundaknya cukup keras ke pundakku.
Kali ini aku benar-benar merasa direndahkan, dia orang pertama yang berani bersikap seperti itu kepadaku. Ditambah lagi dia seorang wanita.
"Ya, berani sekali kau. Kau tidak tau aku siapa?" Aku berbicara dengan nada menyindir.
"Hm?" Park Bom berbalik menghadapku dengan rambutnya yang panjang terurai dan pakaian balapnya yang membuatnya terlihat seksi.
"Memang nya aku peduli?" Ia melemparkan senyum meremehkan ku dan memandang ku dengan mata yang seakan-akan ingin menelanku.
Ah, you wanna play with me? Fine I'll follow your game. Let's see who can play better. Ucapku merasa tertantang dengan wanita yang bernama Park Bom ini.
Aku berjalan menghampiri nya dan meraih pinggangnya dengan lenganku yang panjang, mendekap nya dekat denganku.
"Kau lihat mereka?" Aku menunjuk gerombolan-gerombolan wanita yang biasa mendekatiku.
"What?" Park Bom berusaha melepaskan dirinya dariku tapi tetap saja dia seorang wanita, aku laki-laki dan tenaga ku lebih besar.
"Mereka semua saling berebutan untuk mendekatiku. Kau juga salah satu dari mereka kan? Hah." Aku tertawa meremehkan di dekat wajahnya.
Wajah Park Bom yang terlihat cantik dari jauh ternyata jauh terlihat lebih cantik dari jarak dekat. Cantik dan sangat cantik seperti boneka barbie. Bibirnya yang kecil, matanya yang lentik, hidungnya yang mungil.....
"Whatever. Playboy." Park Bom mendorong ku, berhasil melepaskan dirinya dari ku.
"Ohhhhhhhhh!" Suara gemuruh semua yang menyaksikan perlakuan Park Bom kepadaku, membuatku semakin tertantang untuk mengalahkan Park Bom yang sedaritadi bersikap jual mahal dihadapanku.
Aku mengangkat daguku, sebuah senyum nakal terpajang di bibirku, mataku menatap Park Bom yang berjalan meninggalkanku. Aku melipat tanganku.
"Ow! Look at her! Dia sangat berani dengan mu Seunghyun!" Jiyong tertawa menghampiriku.
"Just for now. She will be mine. Soon or late." Aku berjalan meninggalkan Jiyong dan mengikuti Park Bom dari belakang.
Park Bom duduk di depan meja bar dan memesan sebotol bir besar. Dituangnya bir itu ke sebuah gelas dan diteguknya bir itu sampai habis.
"Hey barbie." Aku mengurung tubuh Park Bom yang lebih kecil dari ku dengan kedua lenganku dari belakang. Aku mengecup ringan pipinya.
"Ya!" Park Bom yang terkejut membalikan badannya dengan tangan kanan yang memegang pipi yang ku kecup tadi. Kini wajahnya tepat ada di depan wajahku, kedua lenganku mengurungnya membuat nya tidak bisa pergi dariku.
"Jerk." Kata nya melempar tatapan dingin kepadaku.
"I am."
"Mau apa kau? Pergi dengan wanita-wanita mu, jerk."
"Wanitaku? Mereka bukan wanitaku. Kau. Wanitaku." Aku berpindah posisi duduk disebelah nya dan melingkarkan lenganku di pundak Park Bom.
"Am I?"
"Yess." Jawabku.
"Sudah berapa wanita yang kau goda dengan kata-kata itu? Cari kata-kata lain. Bodoh." Park Bom meninggalkanku dan berjalan ke arah motornya.
Kata-kata terakhirnya benar-benar membuatku menelan ludahku sendiri. Satu-satu nya orang yang berani melawanku dan orang itu seorang wanita. Benar-benar membuatku jengkel.
BRMMMM!
Suara motor Park Bom yang sudah menyala, ia memakai helm nya dan meng-gas motornya ke garis 'start'. Aku melihat jam di HPku. Jam 23.58, 2 menit lagi balapan akan dimulai dengan taruhan yang besar tiap malam tahun baru.
Let's see. Aku berjalan ke motorku dan meng-gas nya juga ke garis 'start' tepat disebelah motor Park Bom yang sudah siap daritadi.
"Kau mau taruhan?" Ucapku agak keras melawan suara-suara motor yang mulai bergemuruh.
"Kau berani taruhan apa?" Jawabnya.
"Kalau kau menang, aku tidak akan mengganggumu. Kalau aku menang, aku mau kau jadi wanitaku." Aku menggigit bibir bawahku sendiri sembari tersenyum nakal menunggu jawaban Park Bom.
"Fine." Jawabnya singkat dan sinis.
Aku tersenyum puas mendengar jawabannya dan memakai helm ku. Hitungan mundur mulai berjalan, aku menyalakan mesin motorku dan melihat fokus ke jalur race di hadapanku.
Jiyong yang memimpin hitungan berdiri ditengah-tengah diantara motorku dan motor Park Bom melempar kain ke atas, tepat saat kain itu menyentuh tanah, semua peserta race meng-gas motornya dan saling berlomba.
"Go!! Go!!"
***
CHAPTER 2
Park Bom's POV
"Kalau aku menang aku mau kau jadi wanitaku."
"Fine."
***
BRMMM!
Suara mesin motor yang saling bersaut-sautan semakin mengganas saat detik-detik mendekati garis finis. Aku dan Seunghyun memimpin di posisi paling depan. Jarak antara motor kami tidak jauh hanya beberapa jengkal bedanya. Posisi ku dan posisi nya selalu berubah, sebentar aku yang memimpin lalu Seunghyun berhasil membalap ku, aku juga sering kali berhasil merebut posisi nya.
Garis finish hanya tinggal beberapa meter, aku memantapkan gas motor ku berusaha mengejar posisi pertama. Saat ini posisi Seunghyun berada dibelakangku, hanya beda 1 atau 2 jengkal dari motorku. Sebisa mungkin aku berusaha menghalangi nya untuk mendahuluiku.
Garis finish akhirnya terlihat jelas, roda depan motorku hampir menyentuh garis itu, sayang Seunghyun berhasil melewatiku dan menyentuh garis finish itu duluan.
Ia memutar roda belakangnya memutar posisi motornya berhadapan dengan motorku dan melepas helm nya.
Terlihat sekali senyum nya yang puas karena sudah menang taruhan denganku. Wajahku yang masih tersembunyi dibalik helm hitam ku menunjukan raut yang masih terkejut bercampur rasa kesal.
"Sial!" Ucapku pelan sembari turun dari motorku dan ingin segera meninggalkan Seunghyun yang sedang disoraki oleh semua orang.
"Ya! Kau ingat taruhan kita? Aku menang, apa kau takut dengan taruhanku?" Teriaknya.
Aku membalikan badanku dan menatapnya, aku melepas helm ku dan membiarkan rambutku kembali tergerai berantakan.
I'll follow your games. Let's play playboy. Ucapku dalam hati dan tersenyum kesal mengingat permainan Seunghyun yang sedaritadi dilemparkan kepadaku.
"Aku takut? Aku tidak akan pernah takut denganmu." Balas ku berteriak.
"Kalau begitu tepati taruhanmu." Seunghyun mengulurkan tangannya ke arahku, aku tau yang dimaksud olehnya. Aku berjalan ke arahnya dan meraih tangannya.
"Dengar!" Seunghyun berteriak, sejenak suasana yang tadi gaduh dan ramai menjadi sunyi dan tenang.
"Park Bom, atau yang sekarang bisa ku panggil wanitaku adalah mi-lik-ku." Seunghyun menekan nada bicaranya.
"Jangan ada yang berani mendekati atau menyentuhnya. Kalau ada yang berani kalian berurusan de-ngan-ku. Dengan Choi Seunghyun. Arasso?!"
Mereka semua tidak membalas pertanyaan Seunghyun dengan 'arasso' atau 'ne' tapi mereka mulai membuat kegaduhan kembali. Beberapa dari mereka mengambil botol bir dan mengocoknya, membukanya dan menyiram Seunghyun juga aku dengan bir itu.
Seunghyun yang masih saja menggenggam tanganku tertawa penuh kemenangan. Well, sekilas aku melihat Seunghyun tampan juga. Hanya saja sifatnya yang menganggap remeh wanita membuatku jengkel dengannya.
Rambutku yang terurai menjadi basah karena bir yang disiram mereka semua padaku. Rambut Seunghyun juga basah, poni nya menutupi dahinya.
Seunghyun yang masih duduk diatas motornya menarik tanganku memintaku duduk di kursi belakang. Aku mengikuti kemauannya, aku duduk dibonceng oleh Seunghyun.
"Kunci motormu." Seunghyun mengulurkan telapak tangannya.
"Mwo?"
"Berikan kunci motormu."
"Untuk apa?"
"Sudah cepat."
Aku memberikan kunci motorku kepada Seunghyun. Seunghyun melempar kunci ku kepada Jiyong. Jiyong dengan sempurna menangkap lemparan kunci motorku itu.
Belum sempat aku mengeluarkan satu kata Seunghyun menyalakan motornya dan dengan cepat membawa motornya meninggalkan arena race yang gaduh itu.
"Ya! Motorku!" Aku berteriak di sela-sela angin.
"Biar Jiyong yang urus kau terima beres saja."
"Motor ku disana bagaimana aku bisa diam saja?!"
"Mereka semua anak buah ku, kau tenang saja." Seunghyun dengan tenang menambah kecepatan motornya. Angin meniup wajahku juga menyibakan rambutku. Rambutku yang basah sedikit demi sedikit mulai kering karena angin yang terus-terusan meniup rambutku.
Seunghyun memberhentikan motornya di pinggir jalan.
"Rumah mu dimana?"
"Wae?" Tanyaku.
"Aku ingin mengantarmu pulang. Dimana?"
"Kunci rumahku ada di bawah jok motorku! Kau tidak memberiku kesempatan sih, langsung membawa ku kesini."
"Jadi kau malam ini mau dimana?"
"Sudah bawa aku ke hotel saja." Aku menjawab dengan nada acuh tak acuh.
"Hotel?" Seunghyun kembali meng-gas motornya, aku tidak tau ingin dibawa kemana oleh orang yang tidak jelas ini.
Perjalanan yang tidak terlalu lama membawa ku ke sebuah rumah yang besar dan berstruktur modern. Seunghyun dari motornya menekan password di mesin scan yang ada di depan pagar besar itu. Pagar rumah itu terbuka lebar dan Seunghyun membawa ku masuk ke dalam.
"Ya, aku bilang bawa aku ke hotel kenapa kemari?" Aku berbicara dengan suara ku yang sedikit berat sembari turun dari motor Seunghyun.
"Kau wanitaku, aku yang berhak memutuskan mau membawa mu kemana." Seunghyun menarik ku ke dalam rumah itu. Menarik ku ke sebuah kamar di lantai 2.
"Mandilah. Bersihkan dirimu. Besok aku antar kau pulang." Seunghyun menutup pintu kamar dan meninggalkan ku sendiri disebuah kamar yang mewah.
Aku menyisir pelan rambutku yang lengket karena bir tadi dan beranjak mandi di kamar mandi yang ada di kamar itu.
***
Choi Seunghyun's POV
Aku keluar berjalan ke arah dapur di lantai bawah dari kamarku dengan celana piyama dan kaos longgar ku, juga dengan rambutku yang masih basah setelah ku keramas tadi.
Aku mengambil sebotol wine dan menuangnya di sebuah gelas. Aku meneguk wine itu sambil berpikir tentang wanita yang saat ini sedang berada di rumahku. Park Bom.
Aku sudah mengalahkan Park Bom, dia tidak akan bisa terus-terusan menolakku. Dia sama saja dengan wanit lain. Cepat atau lambat pasti akan jatuh cinta denganku. Ucapku memandangi warna wine yang ada di gelas ku.
KREKKK!
Aku mendengar suara pintu di lantai 2 terbuka. Itu pasti Park Bom pikirku. Aku naik ke atas, langkahku terhenti ditengah tangga saat aku melihat sosok Park Bom didepan mataku.
Rambutnya yang basah terurai, makai kaos ku yang ukurannya jauh lebih besar dari ukuran tubuhnya, juga celana ku yang digulung olehnya membuat kaki nya yang panjang terlihat jelas.
Banyak wanita yang bahkan lebih cantik dari Park Bom mengejar-ngejar ku tapi hanya saat aku melihat Park Bom jantungku terasa sedikit deg-degan.
"Ya, aku lapar." Suara nya yang sedikit berat dan serak membuatnya semakin terlihat cantik.
"L-Lapar?"
"Hm." Ia berjalan dengan ekspresi tak acuh melewatiku menuruni anak tangga. Harum nya yang berhembus melewatiku membuat ku semakin deg-degan melihatnya.
"Ya, kau bisa masakan aku sesuatu?" Tanya nya.
"H-hah? Oh, a-aku mana bisa. Aku bukan perempuan."
"Heiss." Hela nya berjalan ke arah dapur rumahku, aku mengikuti nya dari belakang sambil terus berusaha bersikap 'stay cool' dihadapannya.
Park Bom membuka kulkas ku, ya..... Kulkas ku yang rawan..... Begitu dibuka sayur-sayuran terjatuh semua dari dalam. Maklumi, aku selalu melempar asal sayur yang ku beli ke dalam kulkas.
Park Bom menatapku dengan tatapan tajamnya, aku hanya tersenyum malu dan menggaruk-garuk kepalaku. Bom berjongkok dan memungut sayuran itu satu per satu. Aku ikut berjongkok membantunya mengambil sayuran itu.
Sasaranku dan sasaran Bom jatuh di sebuah tomat yang sama. Tanganku menyentuh tangan Bom yang kecil saat ingin mengambil tomat itu.
Aku dan Bom bertatap-tatapan saat itu juga. Jantungku terasa berdetak lebih cepat dari yang tadi.
"Ya....."
to be continued~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar