6/22/2011

YOU CAUSED THESE TEARS

“Seungri-ah~!” Chaerin dengan senyum yang masih terpampang di wajahnya berjalan dengan lompatan-lompatan kecil kegirangan/


“Ya, Seungri-ah! Kau di-“ Mata Chaerin serasa mau copot rasanya saat melihat Seungri, cowok yang sedang dalam status ‘berpacaran’ dengan Chaerin saat itu sedang bermesraan dengan gadis lain di dalam kamarnya.

“YA!!” Teriak Chaerin membuat Seungri menolehkan kepalanya dan terkejut.

“C-C-Chaerin?!” Seungri berjalan cepat mengambil kemeja nya dan memakai nya dengan hanya beberapa kancing yang dipasangkan.

“Hah, wae? Terkejut melihatku?” Chaerin bersender di ujung pintu.

“Seungri-ah, siapa dia?” Gadis itu dengan pakaian yang sudah setengah terbuka buru-buru bangun dari tempat tidur lalu mengambil tasnya. Seungri yang masih kebingungan hanya berdiri diam dengan ekspresi salah tingkahnya.

“Oh, tidak usah buru-buru. Santai-santai saja disini. Aku pacarnya.” Chaerin tersenyum dan memalingkan pandangannya dari gadis itu kepada Seungri, “Tapi tidak lagi. Hah.” Chaerin memutar bola mata nya keatas lalu pergi meninggalkan kamar Seungri.

“Ya, Chaerin-ah! Dengar dulu penjelasanku!” Seungri menahan lengan Chaerin.

“Penjelasan apa lagi? Kau pikir aku buta?”

“Dengar dulu!”

“Dengar apa? Kalau ini hanya salah paham? Lalu perbuatan macam apa itu? Bermesraan dengan gadis lain di hari anniversary mu dengan pacarmu? Ya, Seungri-ah sebenarnya berapa IQ mu? Kenapa kau sangat bodoh dan tak berotak?” Kata-kata 
Chaerin membuat Seungri speechless.

“D-D-Dia itu hanya re-“

“Re- apa? Rekan kerjamu? Woahhh, jadi begini caramu memperlakukan rekan kerjamu? Ramah sekali.” Chaerin menepis tangan Seungri yang masih menggenggam lemgan Chaerin, “Omong kosong.” Chaerin melangkahkan kaki nya dengan langkah ringan tanpa beban sedikitpun.

“YA!! Chaerin-ah!!” Chaerin mengabaikan Seungri yang masih berteriak memanggilnya.

                                                            ***

“Seungri pabo. Kau pikir aku akan percaya dengan alasanmu? Cih.” Chaerin bergumam kesal, duduk di tempat VIP di sebuah club. Ditemani dengan sebotol minuman alkohol.

“Benar-benar. Bodoh sekali aku mempertahankan cowok brengsek seperti kau. Heiss.” Chaerin menuang minuman alkoholnya itu kedalam gelasnya yang sudah kosong dan meminumnya sampai habis.

“Well, well… Malam-malam begini seorang nona cantik duduk dan minum sendirian. Tidak takut?”

Chaerin membuka matanya yang mulai tertutup, melihat sosok seorang pria yang berjalan menghampirinya.

“Hah, Seunghyun oppa. Sedang apa disini?”

“Mencari hiburan. Kau sedang apa disini? Heiss, mabuk pula. Kalau sampai eonnie mu tau tentang hal ini kau bisa dihabisi tau?”

“Eonnie? Bom eonnie? Haha. Ani dia tidak akan tau, dia sedang sibuk dengan jadwal konser nya di Perancis.” Chaerin kembali menuang minumannya.

Seunghyun oppa memang sangat akrab dengan Chaerin, itu karena dia sendiri adalah kekasih dari Bom eonnie, kakak perempuan Chaerin.

“Ya, sudah jangan minum lagi kau ini.” Seunghyun menarik gelas yang ada di depan Chaerin.

“Aigo oppa. Aku bukan anak-anak lagi. Kembalikan gelasku.”

“Ani.” Seunghyun menjauhkan gelas yang digenggamnya dari Chaerin.

“Kau tidak mau kembalikan gelasku? Hah?”

“Tidak.” Jawab Seunghyun singkat.

“Yasudah.” Chaerin mengambil botol minumannya yang masih penuh dan meneguk nya terus-menerus tanpa berhenti.

“YA!! Aigooo. Jangan minum terus! Ayo ku antar kau pulang!” Seunghyun memapah tubuh Chaerin yang sudah sempoyongan keluar dari club itu. Berjalan ke arah mobilnya yang diparkir lumayan jauh dari club itu.

“Heisss, oppa aku bisa jalan sendiri!” Chaerin menarik tubuhnya dari lengan Seunghyun lalu berjalan dengan sempoyongan.

“Aigo, gadis ini….” Seunghyun menghela nafasnya. Seunghyun berjalan dibelakang Chaerin dengan mata yang terus memantau langkah Chaerin.

“HAAAAAAAAAA!!!” Chaerin berdiri dipinggir sebuah jembatan lalu berteriak sekuat tenaga. “Seungri-ah!! Kau sangat bodoh!! Menyia-nyiakan ku?!!!”

Seunghyun yang masih mengikuti Chaerin duduk disebuah kursi yang tidak jauh dari posisi Chaerin, mendengarkan semua kata-kata yang diteriakan Chaerin saat itu.
“Seungri-ah!!! Kau benar-benar jahat!! Apa aku segitu tidak berarti nya untuk mu hah?!!! NIGA PABOYA!!!!” Chaerin yang sedang mabuk saat itu terduduk lemas, medongakkan kepalanya keatas, melihat bintang-bintang yang bertaburan di langit.
“Ya, Chaerin-ah. Coba kau lihat bintang disana!” Seungri memeluk Chaerin dari belakang menunjuk ke atas langit.
“Bintang? Kenapa?” Chaerin menggenggam tangan Seungri yang melingkar di pinggangnya.
“Kau bisa hitung bintang diatas?”
“Heisss tentu saja tidak bisa, pabo.” Chaerin tertawa kecil.
“Rasa sayang ku juga begitu. Tidak bisa dihitung. Saranghe Chaerin.” Seungri mencium pipi Chaerin lalu tersenyum dengan manisnya.
“Aigo, darimana kau bisa belajar kata-kata gombal seperti itu?”
“Heisss aku serius. Aku sayang pada mu!”
“Hahahaha iya aku juga sayang padamu.” Chaerin meraih Seungri dan memeluknya. Tenggelam dalam pelukan Seungri.
“Chaerin-ah. Happy anniversary one year. Saranghe…” Seungri mencium bibir Chaerin lembut lalu memeluk nya lagi.
“Saranghe….” Chaerin membalas pelukan Seungri.
                                                           
“Hah, omong kosong. Persetan dengan cinta.” Chaerin berdiri, melepas heels yang dipakainya lalu kembali berjalan sampai…

BRUKK!

Chaerin jatuh pingsan.

“Aigo! Benar-benar gadis ini.” Seunghyun berlari ke arah Chaerin. Seunghyun terpaku saat melihat mata Chaerin yang tergenang dan basah oleh airmata.

“Heiss….” Seunghyun menggendong Chaerin, membawa nya ke mobil lalu mengantarnya pulang.

                                                            ***

“Errrrr…” Mata Chaerin perlahan-lahan mulai terbuka.

“Aigo. Sakit sekali kepalaku.” Chaerin memegang kepalanya yang masih terasa nyut-nyutan. Charin melepas jaket yang dipakainya lalu keluar dari kamar dengan hanya memakai hot pant dan tank top.

“Minzy….! Dara eonnie…..! Aigo kepala ku sakit!” Chaerin dengan mata tertutup duduk disebuah sofa yang empuk.

“Minum dulu.” Terdengar suara pria yang menawarkannya minum. Chaerin tanpa melihat pria itu membuka matanya sedikit lalu mengambil gelas yag disodorkan pada Chaerin.

“Gomawo.” Chaerin meminum air dingin, membuka mata nya pelan-pelan lalu melihat sosok seorang pria yang berdiri di hadapannya dengan wajah nakal.
“PFFTHH!!” Air yang masih ada didalam mulut Chaerin tersembur keluar.

“AAAAAAAAAA!!!!!” Chaerin berteriak lalu mengambil bantal disebelahnya menutupi pakaiannya yang terbuka itu.

“AIGO! Jangan berteriak begitu!!!”

“KAU! SEDANG APA KAU DISINI?!!”

“Hah? Sedang apa disini? Maksud mu?” Pria itu menatap Chaerin dengan tatapan bingungnya.

“AIGO! SEDANG APA KAU DIRUMAHKU?!”

Wajah pria itu semakin terlihat bingung. “Rumah mu?”

“K-K-Kau mau mengintipku ya?!”

“Hah? Heisss.. Kau lihat dulu ini rumah siapa!”

Chaerin melihat ke sekeliling ruang tamu, melihat ke atas, ke bawah. Melihat ke sekeliling rumah itu lalu menggaruk kepalanya sambil tersenyum malu.

“H-H-Hoo. Bukan rumahku -.-“

“Bagus kau sadar. Kau ini berteriak di rumah orang sembarangan. Tetangga bisa salah tanggap tau?”

Chaerin hanya mencibir kepada pria itu. Pria itu duduk disebelah Chaerin, Chaerin menggeser posisi duduknya agak menjauh sambil tetap menggenggam bantal yang menutupi pakaiannya itu.

“Aigo..” Pria itu menghela nafas melihat Chaerin. “Kau ini. Pakai ini.” Pria itu melepas jaket yang dipakai nya lalu memberikannya kepada Chaerin. Chaerin melihat pria itu hanya tinggal memakai kaos dalam.

“AAAAAAAAAA!!!” Chaerin menutupi wajahnya dengan jaket pria itu.

“AIGO! APALAGI?” Pria itu berteriak kaget berusaha membuat Chaerin berhenti berteriak.

Chaerin menunjuk dada pria itu, pria itu menatap nya dengan tatapan bingung lalu tertawa kecil saat mengerti maksud dari Chaerin.

“Heisss. Jangan berteriak lagi! Ini sudah biasa dirumah kami tau?!”

“Tapi aku tidak biasa pabo!” Chaerin buru-buru memakai jaket pria itu lalu berjalan jongkok tidak mau melihat pria itu.

“Heisss, kenapa berjalan begitu? Mengejekku? Aigo.” Pria itu menyentuh lengan Chaerin bermaksud membantu Chaerin berdiri.

“J-J-Jangan pegang! Aku bisa sendiri!” Chaerin yang salah tingkah berdiri menginjak kakinya sendiri dan terpeleset.

BRUKK!

Chaerin jatuh tepat diatas tubuh pria itu. Wajah Chaerin tepat ada di atas wajah pria itu. Jantung Chaerin berdetak cepat, nafas Chaerin tidak beraturan.

KREKKKK!

Suara pintu utama terbuka dan suara langkah kaki seseorang terdengar semakin dekat. Chaerin yang masih shock tidak bisa menggerakan tubuhnya.

“AIGO!!”

Chaerin dan pria itu menoleh ke arah sumber suara pria yang terkejut melihat posisi Chaerin.

“C-C-Chaerin?! Jiyong!! Sedang apa kalian?!!!”

“Seunghyun hyung?! Aigo jangan salah paham!” Pria yang dipanggil Jiyong itu tergagap-gagap melihat Seunghyun yang berdiri di depan ambang pintu dengan wajah yang masih shock.

“Heissss…..” Chaerin memukul dahinya keras lalu bergumul kesal, “Sial!”

Chaerin buru-buru berdiri dan bermaksud menjelaskan semuanya kepada Seunghyun. Seunghyun tambah shock saat melihay Jiyong hanya memakai kaos dalam juga Chaerin yang hanya memakai tanktop dan hot pant. Ditambah lagi Chaerin yang memakai jaket tapi jaket itu tersibak sebelah sampai setengah lengan Chaerin terpampang.

“A-A-A-AIGO! JIYONG KAU APAKAN CHAERIN?! AIGO MATI AKU DIMARAHI BOM MATI AKU MATI AKU!” Seunghyun berjalan dengan tidak berhentinya mengucapkan kalimat itu.

“HYUUUNG! Jangan salah paham! Dengar penjelasan ku dulu!” Jiyong menghampiri Seunghyun yang masih panik.

Chaerin menatap Seunghyun dari posisi berdiri nya dengan raut wajah nya yang kebingungan sendiri.

“AIGOOO! Mati aku Bom bisa marah besar denganku aigo aigo aigo aigo!”

“Hyung dengar dulu!!!!”

“MATI AKU!!!!!” Seunghyun mengacak-acak rambutnya.

BRAKKK!

Chaerin menggebrak meja yang ada di depan Seunghyun dan menatap Seunghyun dengan tatapan galaknya. Seunghyun yang masih beku dengan posisi tangan dikepalanya melihat Chaerin dengan  ekspresi terkejut. Jiyong juga yang masih beku dengan posisi memegang bahu Seunghyun terkejut melihat Chaerin yang mendadak berubah seperti monster ganas.

“Kau mau beneran mati ya oppa?” Chaerin berbicara dengan intonasi berat.

Seunghyun menggeleng-gelengkan kepalanya, mata nya tidak berkedip melihat Chaerin. Mata nya mengikuti gerakan Chaerin yang mengambil kursi lalu duduk didepan nya.

“Dengar dulu penjelasannya jangan asal berpikir yang aneh-aneh.” Chaerin mengacungkan telunjuknya kearah Jiyong, “Kau. Jelaskan semuanya.”

“H-H-Hah? Oh i-iya. Aigo hyung kau jangan salah paham dulu. Dia tadi terpeleset lalu jatuh diatas ku. Aku tidak berbuat apa-apa dengannya.”

Seunghyun berpikir sejenak lalu menghela nafasnya, mengelus-elus dada nya dan mengatur nafasnya yang masih ter-engah-engah.

“Sudah jelas sekarang?” Seunghyun menganggukan kepalanya.

“Lalu…. Ini dimana? Rumah siapa? Dia siapa?”

“Tentu saja rumahku, rumah siapa lagi? Dia? Jiyong itu saudaraku.” Seunghyun beranjak berdiri.

“Kenapa kau membawaku pulang kesini? Heiss.”

“Rumah mu semalam kosong tidak ada orang. Aku sudah coba menelpon Minzy tapi tidak ada jawaban."

“Oh. Yasudah aku pulang sekarang saja.” Chaerin beranjak ke atas ingin mengambil tas  dan jaketnya.

Chaerin melepas jaket milik Jiyong lalu memakai jaket miliknya kembali. Merapikan rambut nya sebentar, berjalan kembali ke bawah.

“Oppa aku pulang dulu.” Chaerin memakai heels nya berjalan ke pintu luar.

“Jiyong kau antar dia. Pakai mobilku nih.” Seunghyun melepmar kunci mobil miliknya kepada Jiyong. “Dan jangan berbuat macam-macam seperti tadi.” Tambahnya.

Mata Chaerin melotot seketika mendengar kata-kata Seunghyun. “Mwo?! Kau bicara apa oppa?!”

“Sudah sudah. Dinosaurus besar itu memang susah diajak berbicara.” Jiyong menarik Chaerin keluar rumah dan masuk ke dalam mobil.

Jiyong mengantar Chaerin pulang ke rumahnya. Sepanjang perjalanan mereka berdua hanya terdiam, tidak memiliki bahan pembicaraan sama sekali.

“Ya, pabo.” Ucap Chaerin sinis.

“Mwo? Kau panggil siapa?”

“Kau lah. Ada siapa lagi disini?”

“Kau panggila aku pabo? Heiss. Kau seharusnya memanggil ku oppa tau?”

“Aigo, wajahmu itu tidak ada tampang oppa nya. Aku tidak niat memanggil mu oppa.”

Jiyong menginjak rem mobil dengan sangat mendadak. Membuat tubuh Chaerin terpental ke depan dan tertahan oleh sabuk pengaman.

“Aigo! Sakit tau, pabo!” Chaerin mengelus bagian dada nya yang terasa sakit.

“Kau bilang apa? Kau mau kejadian dirumah hyung tadi terulang lagi?”

“Kejadian apa?”

“Kau lupa dengan kejadian ini?” Jiyong melepas sabuk pengamannya lalu menggerakan tubuhnya mendekati Chaerin, mendekatkan bibirnya ke arah bibir Chaerin.

“P-P-Pabo! Kau mau mati ya?!” Chaerin mengangkat tangannya mengambil ancang-ancang ingin menampar Jiyong tapi tidak berhasil. Tangan Jiyong berhasil menahan lengan Chaerin.

“Kau itu wanita tidak bisa menandingi kekuatan laki-laki.” Bibir Jiyong semakin dekat dengan bibir Chaerin. Hanya tinggal sedikiiiiiit lagi, kurang dari 2cm, sebuah senyum lebar yang nakal terpajang di wajah Jiyong.

Jiyong tertawa terbahak-bahak lalu kembali ke posisi duduknya menutupi wajahnya yang memerah karena tertawa terlalu ekstrim. Chaerin yang malu karena ditertawakan memukul Jiyong lalu keluar dari mobil, bersender pada pintu mobil itu.

“HEISS! PABO PABO PABO!” Chaerin mengacak-acak rambutnya.

“Ya! Hahaha! Aigo jangan marah aku hanya bercanda! Ya!” Jiyong yang masih tertawa keluar dari mobil dan menghampiri Chaerin.

“Tidak lucu! Pabo kau benar-benar ingin mati ya?!” Chaerin menarik kerah Jiyong sampai seseorang memanggil Chaerin dari jauh.

“Chaerin-ah!!” Chaerin menoleh dan melihat Seungri yang sedang menghampirinya.

“Aigo kenapa dia harus ada disini!” Chaerin berbisik kesal dan panik.

“Ya! Jiyong bantu aku! Cium aku sekarang!” Chaerin menatap Jiyong dengan tatapan serius nya.

“MWO?!” Jiyong terbelalak terkejut mendengar perkataan Chaerin.

“Jangan bercanda lelucon mu tidak lucu!” Jiyong memutar kepalanya menghadap arah lain.

“Aku tidak bercanda! Cepat cium aku atau aku yang cium kau!”

“Aigo! Jangan begitu. Aku sudah punya pacar!”

“YA! Chaerin-ah!!” Chaerin melihat Seungri yang mulai berlari menghampirinya. Seungri sudah semakin mendekat, membuat Chaerin semakin panik.

“ARGH! Apa peduliku?!” Chaerin menarik kerah Jiyong, menempelkan bibirnya dengan bibir Jiyong. Jiyong yang masih terkejut membuka matanya lebar-lebar.

Ciuman Chaerin itu berlangsung cukup lama, Chaerin bisa merasakan tangan Jiyong yang berusaha mendorong Chaerin, singkat cerita karena tenaga Chaerin kalah besar, Chaerin tidak bisa menahan dorongan Jiyong lebih lama lagi.

“YA! K-KAU!” Jiyong berteriak.

“Chaerin-ah! Siapa dia?!” Seungri menarik tangan Chaerin dengan kasar.

“Dia? Oh maksudmu pria tampan yang SETIA ini?” Chaerin menekan nada bicaranya.

“Dia ini pacar baruku!” Chaerin melingkarkan lengannya menrangkul lengan Jiyong, “Iya kan sayang?”

Jiyong masih kebingungan dengan kata-kata Chaerin. Jiyong menatap Chaerin sejenak, Chaerin memberi nya isyarat dengan menatap Jiyong dengan tajam.

“O-Oh iya. J-Jiyong imnida, Kwon Jiyong.” Jiyong membungkukkan badannya lalu mengarahkan tangannya ke arah Seungri.

Seungri tidak membalas ajakan Jiyong untuk berjabat tangan, Seungri menatap Jiyong dengan tatapan meremehkannya lalu menampar tangan Jiyong kasar. “Aku tidak perduli! Persetan dengan namamu!”

“Chaerin ikut aku!” Seungri menarik lengan Chaerin kasar.

“Aw! Sakit! Apa-apaan sih?! Lepas!” Chaerin berusaha menarik lengannya.

“Ikut aku!” Seungri membentak Chaerin.

“TIDAK MAU!”

BRUKKK!

Jiyong menarik Chaerin kedalam pelukannya lalu menyembunyikan Chaerin dibelakang tubuhnya. Tatapan mata Jiyong sesaat menjadi tak kalah tajam dengan tatapan Seungri kepadanya.

“Kau tidak usah ikut campur! Ini urusanku dengan Chaerin! Pacarku!”

“MWO?! Pacar?! Hah! Aku bukan pacarmu! Pacarmu itu ada di rumahmu! Gadis yang sudah kau tiduri itu!!” Chaerin melangkah maju hendak melewati Jiyong tapi Jiyong menahannya.

“Kau sudah dengar? Dia bukan pacarmu. Dia pacarku sekarang. Enyah!” Jiyong membuka pintu mobil nya lalu membiarkan Chaerin masuk kedalam.

“Haha. YA! Chaerin-ah! Kau pikir aku bodoh bisa kau tipu dengan permainan mu?! Aku tau kau masih mencintaiku!”

Chaerin tidak menjawab. Jiyong yang masih ada di depan, masih berhadapan dengan Seungri hanya terus menatap Seungri.

“Kau tidak akan semudah itu melupakan ku! Kau pikir hanya dengan ka mencium pria bedebah ini aku percaya kau sudah melupakanku?!”

Raut wajah Jiyong mulai berubah.

“Kau harus ingat ciuman pertama mu sudah kuambil! Aku tau segala nya tentangmu! Lalu gadis kemarin, kenapa kalau aku menidurinya?! Kau keberatan?! Aku hanya mencari hiburan karna pacarku sendiri tidak mau tidur denganku!”

BUAKKK!

Sebuah tonjokan keras diluncurkan Jiyong ke arah wajah Seungri. Tidak hanya sekali, selesai dengan tonjokan pertama Jiyong kembali meluncurkan tonjokan kedua, ketiga dan seterusnya sampai Seungri tergeletak di tanah. Darah segar mengalir dari hidung dan mulut Seungri.

“Enyah kau pria sial.” Jiyong meludah ke arah Seungri. Lalu masuk kedalam mobilnya, meninggalkan Seungri.

                                                            ***

Chaerin yang masih shock dengan kata-kata Seungri hanya  melipat tangannya didalam mobil dan diam tanpa satu katapun keluar dari mulutnya. Badannya yang masih bergetar dan nafasnya yang semakin sesak menahan tangisnya membuatnya semakin 
lemas.

“Jangan ditahan.” Jiyong memegang pundak Chaerin. “HO, badan mu gemetar sekali. Kau kedinginan?”

Chaerin menggelengkan kepalanya.

“Ya, Jiyong-ah.”

“Mwo?”

“Kau bisa antar aku ke suatu tempat?”

“Kemana?”

Chaerin memberitahu alamat tempat itu, Jiyong yang merasa iba melihat keadaan Chaerin mengantar Chaerin ke tempat tujuannya itu. Hari sudah semakin sore, warna oranye mulai mewarnai langit diatas. Chaerin turun dari mobil lalu berjalan ke sebuah 
taman luas, tidak ada orang disana. Chaerin duduk disebuah bangku taman lalu melihat ke atas langit.
Jiyong bermaksud meninggalkan Chaerin saat itu, sesaat sebelum Jiyong masuk kedalam mobil, terdengar suara tangis Chaerin yang pelan tapi terisak-isak. Jiyong yang tidak tega meninggalkan Chaerin sendirian menghampirinya.

“Aigo, kenapa menangis?”

“Heisss, ku pikir kau sudah pulang. Kenapa masih disini? Pabo.” Chaerin menutupi wajahnya yang dibasahi airmata itu.

“Mana bisa aku sejahat itu? Heisss.” Jiyong duduk disebelah Chaerin.

“Kau….. Dengan pacarmu, sudah berapa lama?” Chaerin berbicara dengan wajah nya yang masih ditutupi.

“Aku? Hampir setahun. Wae?”

“Oh….” Suasana hening sesaat. “Lebih baik kau jaga baik-baik pacarmu itu. Kau tau sekuat apapun seorang wanita, kalau sudah disakiti pria yang dicintai pasti rasanya sangat sakit.”

Jiyong terdiam sesaat sebelum menjawab Chaerin, “Ne.. Aku akan menjaganya.”

Chaerin turun dari kursi lalu duduk di tanah, melipat kakinya dan melipat tangan disekitar kakinya. “Persetan dengan cinta. Hahah.”
Chaerin membenamkan kepalanya, kedua bahunya mulai bergetar hebat menahan airmata yang akhirnya tak dapat ia tahan lagi.

“Brengsek, kenapa aku bisa selemah ini!” Chaerin memukul keras tanah yang didudukinya.

“Mau sampai kapan?” Jiyong berdiri disebelah Chaerin.

“M-Mwo?” Jawab Chaerin lirih.

“Mau sampai kapan kau menangisi pria brengsek seperti dia?”

Chaerin hanya terdiam lalu menggelengkan kepalanya.

“Kau tau, awalnya aku tidak mengerti masalah mu dengannya tapi saat ia berkaat seperti itu. Juga gadis yang ia tiduri, aku benar-benar tidak bisa menahan emosiku. Yaaaaaa, walaupun aku baru mengenal mu hari ini. Aku juga tidak bisa diam melihat 
gadis yang ku kenal dilukai seperti itu.”

Chaerin hanya terdiam. Jiyong berjongkok didepan Chaerin, wajah Jiyong terpampang tepat dihadapan Chaerin.

“Ingat, kau sudah mengambil ciumanku! Kau harus menggantinya!”

“Aigoo…” Chaerin mengacak-acak rambutnya, “Mianhae…..”

“Mianhae apa?” Jiyong tersenyum dihadapan Chaerin.

“Mianhae oppa…..” Chaerin menundukan kepalanya kembali.

Jiyong tertawa kecil lalu mengelus kepala Chaerin kasar. “Jangan buang airmata mu untuk pria brengsek seperti itu. Masih banyak pria yang lebih baik untukmu.”

“Sekarang……” Jiyong berdiri, “Kau harus mengganti ciumanku itu dengan apa ya…”

“Berdiri.” Kata Jiyong.

“Mwo?”

“Berdiri. Ayo cepat-cepat! Berdiri berdiri.” Jiyong membantu Chaerin berdiri.

Jiyong mengacungkan jari kelingkingnya dihadapan Chaerin. Chaerin tidak meresponnya, masih kebingungan dengan maksud Jiyong.

“Let’s be friend okay? And you musy call me oppa, got it?”

Chaerin tersenyum, “Urusanmu apa memangnya?” Ledek Chaerin.

“Aigo, kau sudah bilang kalau aku ini pacarmu didepan mantanmu itu. Sampai dia tidak menganggumu lagi aku baru bisa melepasmu. Kalau sudah begini aku merasa bertanggung jawab atasmu tau?”

“Heissss, lalu bagaimana dengan pacarmu?”

“Kita bisa bicarakan itu dengan nya besok. Besok aku bawa kau bertemu dengannya. Hm?”

Jiyong mengacungkan jari kelingkingnya kembali dihadapan wajah Chaerin. Chaerin tersanjung dengan kebaikan Jiyong, padahal ia baru kenal dengan Jiyong hari itu. Chaerin tertawa melecehkan lalu mengaitkan kelingkingnya dengan kelingking Jiyong.

“Got it, oppa.”
                                                            ***

“CHAERIN EONNIE!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!” Minzy berlari mendapatkan Chaerin yang baru saja pulang ke rumah.

“AIGO! Kenapa ini? Merindukanku?” Chaerin mengelus kepala Minzy, adik kecilnya itu.

“Ne, aku merindukanmu! Kenapa tidak pulang kemarin?”

“Kau tidak ada dirumah pabo. Kemana kau?”

“Oh, aku pergi menjemput seseorang dibandara. Memang sih pulangnya agak malam.”

“Seseorang? Siapa?” Chaerin memasang raut wajah bingungnya.

Mata Chaerin terpaku melihat eonnie kesayangannya sudah berada di ambang pintu dapur. Rupa-rupanya Bom eonnie sudah pulang dari Perancis tanpa memberitahu Chaerin terlebih dahulu.

“Eonnie!!!!!!” Chaerin memeluk Bom eonnie.

“Aigoooo, merindukanku?”

“Ne, aku sangat merindukanmu.” Suara Chaerin goyang seakan-akan ingin menangis dipelukan eonnie nya itu.

“Aigoo, kenapa menangis? Ada apa?”

Chaerin menghela nafas nya lalu menghapus airmata yang tergenang di matanya.

“Aigo eonnie kenapa?” Minzy, adik kesayangan Chaerin memeluk Chaerin.

“Ani, aku tidak apa-apa. Kau sudah kerjakan PR mu?”

“Belum hehehe.” Minzy tertawa menggaruk-garuk kepalanya.

Chaerin berusaha tetap men-stabilkan suaranya didepan adiknya Minzy, mengelus kepala Minzy pelan, “Kerjakan PR mu dulu sana.”

“Ne…..” Minzy beranjak ke kamarnya dengan manis.

Suasana menjadi hening kembali saat diruang tamu itu hanya ada Chaerin dan Bom. Bom yang sangat mengenal Chaerin tidak bisa dibohongi oleh Chaerin, Bom merangkul Chaerin seperti seorang mama merangkul anaknya.

“Eon…  Bagaimana kabar eomma appa di Perancis? Sehat?”

“Eomma? Appa? Sehat, mereka nonton pertunjukanku kemarin. Mereka sangat merindukanmu dan Minzy.”

“Mereka pasti terus bertanya kapan kau akan menikah dengan Seunghyun oppa. Ya kan?”

Bom tertawa mendengar adiknya berbicara seperti itu, “Ne….”

“Ya, Chaerin, aku sudah dengar dari Seunghyun. Aigo kenapa kau mabuk-mabukan? Apa yang terjadi?”

“Aigo, eonnie……..” Chaerin kembali meneteskan airmatanya.

“Seungri?” Bom menebak-nebak. Chaerin menganggukan kepalanya pelan.

Bom membiarkan Chaerin duduk diatas pahanya, membiarkan Chaerin menenangkan dirinya. Bom mengelus-ngelus rambut Chaerin dengan penuh kasih sayang.

“Eon, aku sudah putus dari Seungri. He’s jerk!”

“What happened my dear? Tell me everything.”

“He’s cheating. He slept with another girl. And it’s so hurt.”

Chaerin menangis dengan cukup keras kali ini. Bom tidak memaksa Chaerin untuk berhenti menangis, Bom hanya diam mengelus kepala Chaerin dengan penuh rasa sayang.

“Aigoo. I can’t believe that. Aku pikir dia pria baik-baik.”

“Aku sangat membenci nya eon! Benar-benar membencinya!”

TING TONG!

Suara bel di malam hai itu membuat momen Chaerin dan Bom terhenti. Chaerin menghapus airmata nya lalu beranjak membuka pintu.

“Sia-“ Chaerin terkejut melihat Seungri yang berdiri di ambang pintu itu dengan wajah memar akibat tonjokan Jiyong tadi siang.

“YA! Mau apa kau kemari?!” Bentak Chaerin mengambil ancang-ancang membanting pintu. Sayangnya kaki Seungri sudah menahan pintu itu terlebih dahulu.

“Siapa? Oh, Seungri.” Bom terkejut melihat Seungri.

“Annyeong. Boleh aku pinjam Chaerin sebentar?”

Chaerin dan Bom bertatap-tatapan sesaat. “Eon…” Chaerin memelas.

Bom memeluk Chaerin dan berbisik di telinganya, “Don’t worry, I’ll call Seunghyun okay dear.”

Chaerin menganggukan kepalanya lalu pergi bersama dengan Seungri.

“YA! Sudah lepaskan tanganku!” Chaerin menarik tangannya kasar.

BRUAK!

Seungri menonjok dinding yang ada dibelakang Chaerin. Mengunci Chaerin didalam kedua lengannya. Kini wajah Seungri tepat berada di depan wajah Chaerin.

“Mau apa kau?!” Chaerin berusaha mendorong Seungri.

“Kau lihat wajahku? Ini semua gara-gara kau. Kau pikir aku percaya lelaki bedebah itu betul-betul pacarmu hah?”

Chaerin hanya terdiam. Jantung Chaerin berdetak cepat tapi ia tidak takut dengan Seungri, ia membalas tatapan Seungri tanpa berkedip.

“Trus apa mau mu sekarang?! Kau dan aku sudah tidak ada hubungan apa-apa! Apa urusanmu denganku?!” Chaerin membentak Seungri.

“Aku tidak pernah bilang kalau aku setuju kita putus kan?!” Seungri memeluk Chaerin. “Aku masih mencintaimu.”

Chaerin mendorong Seungri kasar lalu menamparnya keras, “Bullshit!” Chaerin berbalik badan mulai meninggalkan Seungri.
Seungri menarik tangan Chaerin lalu mencium Chaerin tepat di bibirnya. Chaerin yang shock berusaha memukul-mukul Seungri, juga mendorongnya. Apa daya Chaerin tidak cukup kuat untuk melawan tenaga Seungri. Bibir Seungri masih terus mengikat bibir Chaerin sampai akhirnya Chaerin kehabisan tenaga untuk melawan. Seungri mulai melepas ciumannya.

“Chaerin-ah, kau masih mencintai ku kan?” Bibir Chaerin yang masih kaku tidak bisa digerakan. Ia tidak bisa menjawab apa-apa.

BRUKKK!

Lagi-lagi sebuah pukulan keras dilayangkan kepada Seungri, kali ini Seunghyun yang memukul Seungri dengan cukup keras.

“Leave.” Bentak Seunghyun dengan suara berat dan tatapan yang mematikan.

Chaerin yang masih beku menggerakan bola mata nya kekanan dan ke kiri, sampai ia melihat Jiyong yang berlari menyusul Seunghyun.

“Jiyong!!!” Chaerin berlari ke arah Jiyong, memeluknya.

“Aigo, kenapa lagi? Siapa yang membuatmu menangis?” Jiyong melihat Seunghyun yang sedang menarik kerah Seungri.

“What have you done with my foster sister, jerk?!” Bentak Seunghyun.

“Nothing. Just kiss her lips.” Seungri membalas dengan nada meremehkan.

“MWO?! KAU MENCIUM PACARKU?!” Jiyong yang terbawa emosi melepas pelukan Chaerin lalu berlari meluncurkan sebuah tonjokan keras di pipi kanan Seungri.

“Aigo Jiyong oppa! Sudah!” Chaerin menahan lengan Jiyong yang baru saja ingin memukul pipi Seungri lagi.

“Don’t you ever dare touch my foster sister again. Or you’ll die in my hands. Jerk.” Seunghyun membanting Seungri ke tembok di belakangnya.

Chaerin yang membenci Seungri melihat Seungri tergeletak berdarah-darah dan lemah di lantai merasa iba dan tidak tega. Chaerin mengambil kotak P3K di dalam mobil Seungri lalu bermaksud mengobatinya, sayang, Jiyong dan Seunghyun 
mencegahnya.

“Oppa, aku hanya ingin mengobatinya.”

“Ani, tidak perlu. Kita pergi.”  Seunghyun merangkul Chaerin pergi.

“Oppa! Aku mohon, aku hanya ingin mengobatinya!” Chaerin menatap mata Seunghyun dengan tatapan ‘puppy-eyes’ nya yang dibasahi airmata.

“Heisss, yasudah, cepat. Jangan lama-lama mengurusi si brengsek ini.”

Chaerin berlari dan berlutut disebelah Seungri. Chaerin menopang wajah Seungri yang babak belur di pundak  nya dan mulai mengobatinya.

“Jangan sentuh aku, wanita sial!” Seungri menampar tangan Chaerin.

“Aigo! Pria ini!” Jiyong yang baru ingin menghampiri Seungri dicegah oleh Seunghyun.

“Kau diam saja, aku tidak ada maksud apa-apa. Aku hanya ingin mengobatimu!” Chaerin kembali mengobati luka-luka Seungri lalu memapahnya masuk ke dalam mobil. Melihat Chaerin sudah selesai mengobati Seungri, Jiyong menghampirinya.

“Sudah selesai sayang? Ayo kita pergi!” Jiyong merangkul Chaerin dan membawanya pergi. Jiyong mengacungkan kepalan tangannya ke arah Seungri yang sudah ada didalam mobil.

“Ya………. Jiyong…………”

“Apa?”

“Kau mau sampai kapan merangkul Chaerin seperti itu? Kau lupa sudah ada pacar?” Seunghyun menatap Jiyong dengan tatapan bodohnya.

“Oh iya. Lupa, mian…. Aigo tentu saja aku tidak lupa! Aku ini setia tidak seperti si brengsek itu.”

Chaerin berjalan dengan tatapan kosongnya, sesekali meraba bibirnya yang dicium oleh Seungri tadi. Lecet di pinggir bibir Chaerin mulai mengeluarkan darah cukup banyak.

“Aigo, apa dia mencium mu segitu kasarnya? Sampai berdarah begini? Heissss.” Seunghyun dengan pelan menghapus darah di bibir Chaerin.

“MWO?! Berdarah?! Benar-benar pria itu minta kumasukan kedalam liang kubur. Ya, Chaerin, kau tidak apa-apa?”

Jiyong melambai-lambaikan tangannya didepan mata Chaerin tapi tetap tidak bisa memecahkan pandangan kosong Chaerin.

“Chaerin? Chaerin? Hellooo?”

Chaerin menoleh ke arah Jiyong dengan lemas, “Hm? Wae?”

“Kau tidak apa-apa?” Jiyong menatap Chaerin cemas.

Seunghyun melepas jaketnya lalu memakaikannya kepada Chaerin, ukuran tubuh Chaerin yang kucil membuatnya tenggelam dalam jaket Seunghyun.

“Jiyong kau pulang dulu saja. Aku yang antar Chaerin pulang.”

“N-Ne…” Jiyong berhenti berjalan dan melihat Seunghyun dan Chaerin yang melangkah semakin menjauh darinya. Sampai Chaerin dan Seunghyun sudah masuk kedalam rumah Chaerin baru Jiyong beranjak pulang.

                                                            ***
“Ah, kau sudah kembali! Kenapa ini? Bibir mu kenapa?” Bom dengan panik berlari dan menyentuh wajah Chaerin pelan.

“Nanti aku ceritakan. Kau antar dia ke kamar dulu.” Seunghyun menyerahkan Chaerin kepada Bom.

Bom memapah Chaerin masuk ke dalam kamarnya.

“Chaerin, kau mandi dulu baru tidur. Mau ku siapkan air hangat?”

Chaerin menggelengkan kepalanya lalu meninggalkan Bom, beranjak ke kamar mandi. Bom dengan wajah cemasnya keluar dari kamar Chaerin dan duduk di samping Seunghyun.

“Seunghyun, apa yang dilakukan Seungri kepada Chaerin?”

Seunghyun tersenyum lalu merangkul Bom, berusaha menenangkannya dengan melemparkan kecupan kecil di pipi Bom.

“Jangan khawatir berlebihan. Aku akan menjaga adikmu. Aku janji.”

“Aigo aku sangat khawatir dengan keadaannya sekarang ini.” Jawab Bom.

“Jangan khawatir, besok aku suruh Jiyong membawa nya jalan-jalan. Senyum, jangan cemberut begitu.”

Bom berusaha tersenyum lalu memeluk Seunghyun yang sudah ada disebelahnya. “Gomawo.” Ucapnya lembut.

                                                            ***

Sinar matahari pagi masuk menembus gorden jendela kuning kamar Chaerin. Membuat kamar Chaerin dipenuhi dengan warna cahaya kuning. Chaerin masih tertidur lelap dengan selimut yang membungkus tubuhnya.

KRINGGG KRINGGG!

Suara HP Chaerin yang berdering keras disamping telinga nya membuat nya bangun dan membuka mata nya lebar-lebar. “Aigo…” Gumamnya kesal.

Melihat nomor yang menelponnya itu nomor yang tak dikenal, Chaerin mengabaikan telpon itu lalu kembali memejamkan matanya.

KRINGGGGG KRINGGGGGG!!!

Suara HP Chaerin semakin keras seakan-akan minta diangkat. Chaerin bangun, mengacak-acak rambutnya lalu mengangkat HP nya dengan kesal.

“Hm?! Wae?!” Chaerin berbicara dengan nada juteknya.

“Aigo galak sekali kau ini Chaerin. Nenek sihir.”

“Mwo?! Siapa kau? Menelpon ku pagi-pagi lalu bilang aku ini nenek sihir?!”

“Heisss ini aku Jiyong! Kenapa galak sekali kau ini.”

“Oh….” Chaerin menggaruk kepalanya sejenak. “Kau, si pabo itu.”

“M-MWO?! Aigo kau sudah janji memanggil ku oppa kan?!”

“Ne, ne… Mian opaa. Tidak perlu berteriak begitu kan. Ada apa menelpon ku pagi-pagi?” Chaerin membaringkan tubuhnya diranjang kembali.

“Katanya kau mau membicarakan masalah yang kemarin dengan pacarku. Supaya tidak terjadi salah paham. Aigo aku pusing sekali jadinya.”

“Oh… Kau mau aku bercerita masalah ciuman kemarin juga?”

“MWO?!” Terdengar suara Jiyong menjatuhkan Hpnya.

“DON’T YOU DARE TALK ABOUT THAT KISS IN FRONT MY GIRLFRIEND!”

Chaerin menjauhkan HP nya dari telinga nya saat Jiyong terus berteriak dan berceloteh seperti induk bebek. Setelah suara Jiyong sudah tidak terdengar baru Chaerin kembali berbicara.

“Aku masih punya otak, bisa berpikir. Mana mungkin aku membahas masalah itu dengan pacarmu? Kau mau aku mati dibunuh pacarmu? Heissss.”

“Kalau kau bicara tentang hal itu aku yang akan membunuhmu tau? Heiss.”

“Ya ya ya, aku takut padamu oppa sekarang. Hiiiiiii. Sudah aku mau mandi dulu. Kau jemput aku jam berapa?” Jawab Chaerin.

“15 menit lagi. Sebaiknya kau sudah siap atau…..”

“Iya bawel.” Chaerin memutus telponnya, tidak memberikan Jiyong kesempatan untuk menyelesaikan kata-katanya.

Chaerin beranjak mandi. Sedangkan Jiyong yang dipotong pembicaraannya menatap layar HP nya sambil menggigit-gigit bibirnya kesal.

“Heissss! Wanita ini…..!” Geramnya kesal.

“Kenapa Jiyong?” Seunghyun yang baru selesai mandi keluar melihat Jiyong berbicara dengan layar HP nya.

“GAHO BALET! Kau tau gaho balet?! Heisss aigo aigo aigo!” Jiyong yang masih kesal menutup HP flip nya dengan keras lalu beranjak keluar ingin menjemput Chaerin.

“Gaho balet…….? Heiss anak ini kalau lagi kesal selalu saja berbicara sembarangan….. Gahoooooo~” Seunghyun mengejar Gaho yang berlari melihat seorang dino Seunghyun mengejarnya.

                                                            ***

From: Jiyong pabo.
Ya, aku sudah didepan rumah mu. Cepat keluar!

“Eon, aku pergi dulu ya.” Chaerin mencium pipi eonnie nya itu.

“Hati-hati ya!”

Chaerin mengangguk lalu keluar dari rumahnya. Mobil Jiyong sudah terpajang jelas di hadapan Chaerin begitu ia keluar dari rumah. Chaerin dengan santainya membuka pintu mobil lalu masuk ke dalamnya.

Baru Chaerin duduk, Chaerin sudah disajikan sarapan pagi dengan wajah Jiyong yang mengkerut menatap nya sebal.

“Mwo? Kenapa memandangku begitu?”

“Kau ini…… Berani sekali mematikan telponku sebelum aku selesai berbicara. Bocah…!”

“Oh itu..” Chaerin mengangkat tangannya lalu menoleh kearah Jiyong, “Sorry.”

Chaerin mengeluarkan HP nya lalumemakai headset dikedua telinganya. Tidak mendengarkan ocehan yang keluar dari mulut Jiyong.

“Heissss, wanita ini…..” Jiyong menggerutu kesal lalu menancap gas mobilnya.

Sepanjang perjalanan Jiyong mencoba mengajak Chaerin berbicara tapi tidak dijawab oleh Chaerin.

“Ya, Chaerin.”

“Chaerin. Ya!”

Jiyong menatap Chaerin dengan gemas lalu menarik headset sebelah kanan dari telinga Chaerin. “PABO!” Teriaknya.

“Aigo! Apa-apaan kau ini?! Heisss!”

“Temani aku ngobrol jangan seperti orang mati. Aku tanya tidak dijawab.”

Chaerin menggeram kesal lalu mematikan musik yang sedang didengarnya saat itu. “Wae? Kesepian kalau aku tidak temani?” Ledeknya.

“Heisss.” Jiyong tidak bisa menjawab. “Oh iya, ini.” Jiyong menunjuk bibirnya, “Sudah baikan?”

“Mwo? Bibir?” Chaerin berpikir sejenak. “Oh. Bibir ku? Sudah.” Chaerin meraba bibirnya yang berdarah kemarin.

“Ya, oppa. Pacarmu baik atau galak?”

Jiyong berpikir lalu tersenyum, “Baik dong. Memang nya seperti kau. Nenek sihir.”

“Kau ingin cari mati denganku ya?” Chaerin mengepal tangannya.

“Mian mian. Jangan galak begitu kenapa sih?”

Chaerin mencibir menghadap Jiyong lalu kembali saling terdiam satu sama lain sepanjang perjalanan ke café, tempat Jiyong sudah janjian dengan pacarnya.

“Jiyong-ah~!”

Seorang wanita dengan wajah cantik dan rambut cokelat panjang tergerai memanggil Jiyong dari jauh. Chaerin dan wanita itu sempat bertatap-tatapan, wanita itu menyambut Chaerin dengan ramah. Membuat Chaerin sedikit lega dan tertarik untuk 
mengenalnya lebih jauh.

“Dara! I miss you!” Jiyong berlari ke tempat wanita itu dan mencium pipinya.

“Oh, rupanya nama wanita itu Dara.” Batin Chaerin menghampiri nya.

“Annyeonghaseo. Sandara imnida.” Dara membungkuk lalu mengulurkan tangannya.

“Ah, annyeong. Chaerin imnida.” Chaerin membalas uluran tangan Dara lalu membungkukan badannya.

“Dara, ingat cerita ku kemarin? Ini wanita itu.” Jiyong duduk disebelah Dara.

“Oh, begitu. Ayo duduk.” Dara mempersilahkan Chaerin untuk duduk. “Aku sudah tau ceritanya dari Jiyong.”

Chaerin menundukan kepalanya bermaksud minta maaf, “Mianhae…”

“Ani tidak apa-apa. Aku tidak keberatan. Jiyong sendiri juga ingin membantumu, dia bilang kau sudah seperti adik nya.” Dara tersenyum manis.

“Jiyong-ah kau duduk disana. Biar Chaerin duduk disini. Aku ingin mengenalnya lebih jauh.” Dara mendorong Jiyong pelan.

Jiyong tersenyum lalu bertukar tempat dengan Chaerin. Awalnya Chaerin masih kaku dan ragu-ragu untuk duduk berdekatan dengan Dara. Tapi seiring berjalannya waktu Chaerin mulai terbiasa dengan Dara.

“Ah iya. Aku sudah pesan makanan untuk kita bertiga.” Dara tersenyum saat seorang pelayan membawa tiga porsi makanan ke meja.

“Mianhae… Merepotkanmu.” Chaerin menunduk kembai.

“Ani, tidak apa-apa. Mulai sekarang kita sudah jadi teman kan?” Dara tersenyum lalu mulai memakan makanannya. Jiyong pun mulai memakan makanannya.

Rasa tidak enak hati di hati Chaerin membuat tangan Chaerin berat rasanya untuk mengambil garpu dan melahap makanan itu.

Baru tangan Chaerin menyentuh garpu dimejanya, mata nya terbelalak melihat Seungri yang masuk ke café yang sama dengan café yang didatanginya saat itu. Seungri tidak sendiri, dia datang bersama dengan gadis yang didapati Chaerin sedang 
bermesraan dengannya saat itu.

Chaerin reflek mengambil buku menu disudut meja nya lalu menutupi wajahnya. Dara dan Jiyong masih bingung dengan kelakuan Chaerin.

“Ya, oppa!” panggil Chaerin berbisik. “YA!”

Jiyong melihat Chaerin menunjuk ke arah belakang Jiyong sambil menutupi wajahnya dengan buku menu. Jiyong yang sedang meminum kopi hangat menoleh ke belakang, “PFTHH!!”
Jiyong tersedak lalu kembali menoleh ke arah Chaerin.

“Dia jalan kesini?!” Jiyong berbisik. Chaerin mengangguk.

Dara yang masih terlihat bingung dengan kelakuan mereka berdua ikut berbisik kepada Chaerin. “Apa itu mantan mu?” Chaerin mengangguk.
Dara membulatkan bibirnya lalu berinisiatif membantu Chaerin. Dara membawa gelas kopi ditangannya lalu berjalan ke arah Seungri.

“UPS!” Dara menumpahkan kopi ke pakaian Seungri. “Mianhae!”

“Ah! Apa yang kau lakukan?!” Seungri sibuk membersihkan pakaiannya.

Dara mengedipkan matanya kearah Jiyong dan Chaerin memberi isyarat untuk segera keluar dari café itu. Jiyong menarik lengan Chaerin lalu terburu-buru keluar dari café itu.

“Mian.. Aku tidak sengaja.” Dara berjalan ke arah mejanya begitu Chaerin dan Jiyong sudah keluar dari café itu.

“YA! Kau tau berapa harga pakaian ku ini?!” Seungri berteriak.

“Tidak tau dan tidak perduli. Mahalkah?” Jawab Dara tidak perduli.

“Tentu saja mahal!!”

“Kau mampu beli pakaian mahal. Kalau kotor ya kau laundry.” Dara mengambil tasnya. “Jangan seperti orang susah.” Ia kembali berjalan menubrukan pundaknya ke pundak Seungri dengan keras.

Dara berlari keluar café lalu masuk ke dalam mobil Jiyong yang sudah menunggu. Dara duduk di belakang, disebelah Chaerin. Chaerin yang deg-degan menghela nafas lega setelah Dara masuk kedalam mobil.

“Aigo! Kau kembali! Aku sudah ketakutan sendiri tadi!” Chaerin mengelus-elus dada nya.

“Hahahaha aigo pria itu benar-benar bodoh.” Dara tertawa.

“Ohiya, Jiyong! Kau ingat Youngbae?” Dara bertanya.

“Youngbae? Aku ingat. Wae?”

“Hari ini dia pulang dari Inggris. Seharusnya sekarang sudah di airport. Kau mau pergi menjemputnya?” Dara bertanya sambil mengambil HP nya.

“Tentu. Chaerin, tidak apa kan?” Jiyong bertanya ada Chaerin.

“H-Hah? Iya tidak apa.” Chaerin menjawab.

“YA! Youngbae-ah! Kau sudah sampai di airport? Aku dan Jiyong sedang kesana. Kau tunggu ya!” Dara berbicara dengan pria yang bernama Youngbae melalui telpon.
Chaerin, Jiyong dan Dara pun melanjutkan perjalanan ke airport.

                                                            ***

“Youngbae!” Jiyong memanggil seorang pria yang memakai topi dan jaket kulit berjalan ke arah Jiyong.

“Jiyong! Sudah lama tidak bertemu! How are you?”

“Great!” Jiyong bersalaman lalu berpelukan dengan Youngbae.

“Ya, ya, bagaimana denganku?” Youngbae dengan tawa manisnya berbalik menghadap Dara.

“Aigo kau semakin cantik sekarang. Bagaiman kabarmu?” Youngbae memeluk Dara.

“Sangat baik.” Dara membalas pelukan Youngbae dengan senyum nya.

Youngbae melihat Chaerin yang duduk tidak jauh dari Jiyong dan Dara. “Ya, itu temanmu?” Youngbae menunjuk Chaerin.

“Ne. Wae?” Jiyong menjawab.

“Aku boleh menghampirinya?” Youngbae tertawa kecil. Jiyong dan Dara mengangguk sambil tertawa kecil dan memperhatikan dari jauh.

“Excuse me, miss. Can I sit here?” Youngbae berbicara dalam bahasa inggris dengan sangat fasih.

“Sure. Take a sit.” Jawab Chaerin tak mau kalah.

“Are you waiting for someone?”

Chaerin tersenyum, “Sir, you’re a Korean right? Stop talking in english if you just want to joking with me. It’s not funny. Really.” Chaerin berdiri berjalan hendak meninggalkan Youngbae.

“Wow wow wow. Wait, okay I give up.” Youngbae menahan Chaerin yang hendak pergi.

“Ya, Chaerin-ah. Ini Youngbae.” Dara dan Jiyong menghampiri mereka dengan tawa kecil yang masih terpajang diwajah mereka.

“HO! Jadi kau Youngbae? Mianhae…..” Chaerin terus membungkuk meminta maaf kepada Youngbae yang ia kira hanya orang asing yang ingin berbasa-basi dengannya.

“It’s okay. You’re good in english.” Lagi-lagi Youngbae membalas Chaerin dengan bahasa inggris. Chaerin hanya tersenyum.

“So, want to have some lunch? I haven’t eaten since morning.”

“Sure. What you want to eat?” Jawab Dara.

“How about Korean food? I miss it so much.”

“As you wish.” Jiyong menjawab.

Jiyong, Chaerin, Dara dan Youngbae melanjutkan perjalanan ke sebuah kedai makanan Korea yang cukup terkenal di Korea. Mereka ber-empat duduk di luar dibawah sebuah tenda yang dipasang di luar kedai itu.

“You want some drink? I want to buy some alcohol drink.” Youngbae meletakkan topinya.

“Sure!” Jiyong menjawab dengan semangat.

“Eh, me too.” Chaerin tidak kalah cepat menjawab.

“Oh, are you sure?” Youngbae menjawab seakan-akan meremehkan Chaerin.

“Yes. Why? You scared I’m gonna beat your portion?” Chaerin membalas meremehkan.

“Honestly, I’m not good at drinking. But, he is.” Youngbae menunjuk Jiyong.

“Oh, really? I doubt.”

“Ya…… Apa maksudmu itu?” Jiyong menatap Chaerin gemas.

“Youngbae, aku temani kau pesan minuman.” Dara masuk ke dalam kedai bersama Youngbae untuk memesan.

“Aku tidak tau kalau kau pandai minum.” Jiyong melipat tangannya.

“Itu karna kau selalu menganggap ku sebagai anak kecil.”

“Cih, memang kau kuat minum sampai berapa banyak?”

“Heisss. Kau mau bertanding?” Chaerin menatap Jiyong dari atas sampai bawah.

“Heissss.” Jiyong berbalik menatap Chaerin.

Youngbae dan Dara kembali dengan jumlah botol minum alkohol yang tidak sedikit. Youngbae memesan minuman sangat banyak.

 “Ayo kita minum merayakan kedatangan Youngbae hari ini!” Jiyong membuka 3 botol sebagai pembukaan.

“Loh, Dara?” Chaerin mengambil botol minuman bagiannya.

“Ani, aku tidak minum.” Dara tersenyum manis menggelengkan kepalanya.

“Ayo kita tosss!” Jiyong mengangkat botol miliknya. Chaerin dan Youngbae mengangkat botol minuman mereka lalu membenturkannya, menciptakan sebuah bunyi yang terdengar nyaring.

Dentingan botol-botol terdengar nyaring dari meja yang diduduki mereka berempat. Suara tawa yang nyaring membuat sekitar kedai itu menjadi ramai. Waktu terus berjalan, langit sudah berubah menjadi gelap, pengunjung kedai sudah mulai pergi satu 
demi satu. Tapi mereka ber-empat masih diam di tempat mereka menikmati minuman mereka.
Wajah Chaerin memerah, pandangannya berbayang-bayang. Lagi-lagi Chaerin mabuk berat. Chaerin melipat tangannya diatas meja lalu memejamkan matanya. Youngbae dan Jiyong yang masih sadar menghitung botol minuman yang sudah dihabiskan 
oleh Chaerin.

“Aigo! Kau sudah minum lebih dari 10 botol! Kau ingin cepat mati ya?!” Jiyong membentak Chaerin.

“Wae~~~? Kau takut~~~~?” Jawab Chaerin lirih.

“Jiyong-ah, lebih baik kau antar Chaerin pulang. Aku bisa pulang dengan Youngbae.” Dara memakai jaket yang dibawanya didalam tas.

“Aigoo, mian Dara. Aku titip Dara padamu Youngbae.” Jiyong memapah Chaerin yang sempoyongan ke mobilnya.

“Ya~~~ Seungri-ah~~~”

“Hah? Kau benar-benar mabuk parah. Aku bukan Seungri.”

“Seungri-ah~~ Aku sangat membencimu~~! Di otakmu hanya ada pikiran untuk meniduri wanita~~ Idiot~~!” Chaerin mengayun-ayunkan tangannya.

“Aigooooo.” Jiyong yang kesulitan memapah tubuh Chaerin menggendong Chaerin seperti pangeran yang menggendong putrinya.

Dara yang masih memperhatikan Jiyong dari jauh kembali duduk disebelah Youngbae.

“Wae Dara? Kau cemburu?” Youngbae tersenyum pada Dara.

“Ani.” Jawab Dara singkat.

“Bohong. Kau tidak bisa berbohong padaku aigoo. Aku sudah berapa tahun mengenalmu? Aku sudah mengenalmu hampir 10 tahun dan….” Youngbae mengenggam tangan Dara, “Selama itu juga aku sudah menyukaimu. Tapi sayang kau lebih memilih 
Jiyong.”

“Y-Youngbae.” Dara terpaku mendengar kata-kata Youngbae.

***

“AKU PULANG~~!!!” Chaerin dengan heboh melempar heels nya.

“Aigo jangan berteriak begitu! Seisi rumahmu sudah tidur tau?” Jiyong memapah tubuh Chaerin sambil mengambil kunci cadangan yang diberiak Seunghyun padanya tempo hari.

“Lalalalaaaa~ Seungri pabo~ pabo~” Chaerin dengan tidak sadar menari-nari sesekali berjalan kesana kemari hingga hampir terjatuh.

Jiyong sekuat tenaga memapah Chaerin ke kamarnya lalu meletakkan tubuh Chaerin perlahan-lahan diatas ranjangnya. Chaerin yang masih mabuk tidak sadar memeluk Jiyong hingga terjatuh ke lantai menimpa Jiyong.

“A-A-Aigo.” Jiyong tergagap-gagap berusaha mengangkat kembali tubuh Chaerin tapi tidak bisa. Jiyong menyibak rambut Chaerin. Terpampang wajah Chaerin yang polos seperti bayi saat sedang tidur. Jiyong terpaku beberapa detik melihat wajah Chaerin.

“H-H-Heissss sedang apa aku ini.” Jiyong menampar pipi nya. “Ya! Bangun! Kau ini berat tau!” Jiyong mendorong tubuh Chaerin sekuat tenaga, berhasil terangkat tapi terjatuh lagi.

Kali ini Chaerin jatuh dengan bibir yang terjatuh diatas bibir Jiyong.

“OMG! SIAPAPUN TOLONG AKU SEKARANG!” Jiyong berteriak dalam hatinya.

Jiyong kali ini mendorong Chaerin cukup kasar hingga Chaerin terguling ke samping. Jiyong duduk memegang bibir nya yang baru saja berciuman dengan Chaerin LAGI lalu menampar pipi nya berkali-kali.

“Aigo! Kau dengan pacarmu saja belum pernah berciuman! Kau malah berciuman dengan wanita lain 2 KALI!” Jiyong menampar pipinya keras.

“Oke itu hanya kecelakaan Jiyong, Kwon Jiyong itu hanya kecelakaan. Oke…. Oke…..” Jiyong menarik nafas nya dalam-dalam lalu beranjak berdiri.

“K-K-KAU! Aku tidak akan membantumu lagi! Kau merebut ciumanku 2 KALI! “ Ucapnya dalam keadaan panik dan tidak beraturan. Mengacak-acak rambutnya lalu berusaha meninggalkan Chaerin yang terkapar di lantai.

BRAKK!

Suara pintu yang dibanting Jiyong. Belum sampai 10 menit, Jiyong masuk kembali ke dalam kamar Chaerin.

“A-A-Aku mengambil kunci mobilku!” Jiyong berjalan ke ambang pintu. Berhenti sejenak, melihat kebelakang, melihat Chaerin  yang benar-benar tidak sadarkan diri.

Jiyong yang masih panik menarik selimut yang ada diatas ranjang Chaerin lalu melempar nya ke atas tubuh Chaerin. Berusaha bersikap masa bodoh tapi tidak bisa.

“AIGOOOO!” Jiyong mengacak-acak rambutnya lalu menggendong Chaerin dan membaringkannya di ranjang, menyelimutinya.

“Berkali-kali aku berusaha bersikap masa bodo denganmu. Kenapa tidak bisa?!” Jiyong menggigit-gigit jarinya gemas seakan-akan ingin menelan Chaerin.

Chaerin yang sedang tertidur lelap mengi-gau menyebut nama Jiyong lalu tertawa geli.

“Hah, memimpikanku kah?” Jiyong memandangnya dari jauh.

Chaerin kembali tenggelam dalam alam mimpinya dengan wajah yang memancarkan senyuman. Jiyong memperhatikan Chaerin dari dekat dan menatap wajah Chaerin dari mata, hidung, bibir, semuanya.

“Kau manis juga kalau seperti ini.” Batin Jiyong, sebuah senyuman terpancar di wajah Jiyong.

“…..”

“AIGO! MIKIR APA AKU INI?!” Jiyong menggeleng-gelengkan kepala memukul kepalanya berkali-kali.

“Argh! Sepertinya aku memang sudah ditakdirkan untuk menjagamu ya?” Jiyong kembali menatap Chaerin dari dekat. “Pabo.” Menyetil hidung Chaerin pelan lalu beranjak pulang dengan sebuah senyuman di wajahnya.

                                                            ***

Hampir tengah malam, Jiyong  baru menapakan kaki nya di rumahnya. Lampu sudah dimatikan, seisi rumah sudah gelap dan sunyi.

“Sepertinya hyung sudah tidur.” Jiyong beranjak ke dapur ingin mengambil minum.

Sedang asik dengan minuman yang segar, Jiyong merasakan seseorang menepuk pundak nya tiba-tiba. Seuntuhan itu terasa dingin.

“AAAAAAAAAAAAAA!!” Teriak Jiyong dengan nyaring,

“AIGO! Jangan berteriak begitu!” Seunghyun menyalakan lampu dapur, terlihat wajah Jiyong yang masih pucat karena terkeju tadi.

“Wajahmu jelek sekali seperti itu Jiyong.” Seunghyun mengangkat Gaho ke hadapan Jiyong. “Mirip dengan ini.”

Jiyong melihat Seunghyun dengan tatapan ‘iuh’ nya lalu merebut Gaho dari tangan Seunghyun lalu melepas nya.

“Ya, Chaerin hari ini mabuk lagi.” Jiyong menghela nafasnya.

“MWO?! Bagaimana ceritanya?”

“Ya, dia minum banyak sekali hari ini. Aku sudah mengantarnya pulang, jangan khawatir.”

“Aigoo.” Seunghyun menggeleng-gelengkan kepalanya.

“Ah! Aku dengar Youngbae sudah kembali dari Inggris?” Seunghyun bertanya.

“Yap, aku yang menjemput nya di airport tadi..” Jiyong menegaskan.

“Kau tidak takut?”

Raut wajah Jiyong berubah. “Maksudmu?”

“Kau ini. Sejak dulu Youngbae kan sudah menyukai Sandara. Kau tidak takut kalau-kalau Dara jatuh cinta dengan Youngbae?”

“Ah, mana mungkin.” Jiyong meminum minumannya.

“Apa  yang membuat mu berpikir begitu? Mungkin saja Dara akan jatuh cinta dengan Youngbae? Siapa yang tau?”

Jiyong terdiam sesaat mencoba mencerna kata-kata Seunghyun.

“Aigo kau ini. Aku jadi parno sendiri tau?” Jiyong berjalan ke kamarnya membawa gelas minuman di tangannya.

                                                            ***

“Eon, eonnie….. Bangun eon……” Minzy mengguncangkan tubuh Chaerin.

“Em….” Chaerin membuka matanya perlahan-lahan. Sinar matahari yang masuk ke matanya membuat matanya kembali terpejam.

Chaerin membalikan badannya membelakangi jendela kamarnya mengahadap ke arah Minzy.

“Aigo… Kepala ku sakit sekali Minzy.” Chaerin memegang kepalanya.

“Wae? Mau ku pijit?”” Minzy memangku kepala eonnie kesayangannya itu lalu memijit-mijit pelan kepala Chaerin.

“Ya… Minzy kau tidak sekolah?” Ucap Chaerin dengan mata terpejam.

“Ani. Hari ini hari minggu eon.” Minzy tertawa kecil.

“Oh…. Kau tidak pergi?”

“Sebentar lagi…”

“Kemana? Dengan siapa? Sudah minta ijin Bom eonnie?”

“Jalan-jalan disekitar sini kok. Sama kakak kelasku. Daesung oppa. Hehehe sudah minta ijin kok eonnie ku yang cantikkkk.”

“Kau tidak minta ijin denganku?” Chaerin tertawa.

“Ini kau mau minta ijin denganmu, tapi kau baru bangun.”

“Yasudah jangan pulang malam-malam ya.” Chaerin bangun dari posisi tidurnya.

Minzy terlihat senang , menganggukan kepala beranjak dari tempat tidur Chaerin. “Ohiya, Bom eonnie sedang keluar sama Seunghyun oppa. Kalau eonnie mau pergi kunci pintunya ya.” Minzy menambahkan sebelum keluar dari kamar Chaerin.

BLAMM.

Suasana kembali sepi. Chaerin membaringkan kepalanya di atas bantal pink miliknya, memijit-mijijt kepala nya pelan. Merasa bosan, Chaerin mengambil HP nya menelpon Jiyong.

Tuttt….. Tutt…. KLEK!

Suara telpon yang diangkat.

“Ya! Pabo!” Ucap Chaerin galak.

“Heiss kurang ajar sekali kau!”

“Hanya bercanda oppa, pabo.” Chaerin tertawa, “Kau hari ini pergi kemana?”

“Aku mau mencari hadiah untuk Dara. Trus ke rumahnya. Wae?”

“Dara ulang tahun? Pagi-pagi apa tidak menganggu?”

“Ani, hari ini anniversay 1tahun ku dengannya. Nanti sisang dia keburu pergi dengan mama nya. Heis.”

“Ah kau ini sok romantis sekali. Cih.” Chaerin meledek.

“Ya, kau menelpon ku hanya ingin mengejekku? Yasudah ku matikan.”

“Y-YA! Mian! Errrrr aku bosan. Bawa aku jalan-jalan!”

“Mwo?! Kenapa harus aku?” Jiyong menjawab dengan nada bingung.

“Karena aku mau kau yang menemaniku. Sudah jemput aku, 10 menit kau sudah harus disini!”

KLEKK!

Chaerin memutus telponnya, membayangkan Jiyong pasti sedang marah-marah karena mematikan telponnya tiba-tiba membuat Chaerin tertawa sendiri. Chaerin mengambil handuknya lalu beranjak ke kamar mandi.

Chaerin tertawa kecil saat melihat mobil Jiyong sudah menunggu diluar rumahnya. Chaerin mengunci pintu rumahnya lalu masuk ke dalam mobil Jiyong.

“Ku pikir kau tidak akan datang.” Chaerin memasang sabuk pengamannya.

“Heiss.” Jiyong tidak bisa menjawab apa-apa.

“Hm, kau mau beli hadiah apa untuk Dara? Aku bantu pilih.”

Jiyong berpikir sejenak, saat mau menjawab mata nya tepat mengarah ke bibir Chaerind an membuatnya teringat dengan kecelakaan yang terjadi semalam saat Chaerin sedang mabuk.

“OMG!” Jerit nya dalam hati lalu dengan kaku memalingkan wajahnya kedepan.

“Aigo! Tenang Jiyong tenaaaaaang. Tenang Kwon Jiyong……” Jiyong berusaha menenangkan dirinya dan mengatur nafasnya.

Sedikit demi sedikit Jiyong mulai mengarahkan matanya melirik Chaerin disebelahya. ARGH DEMI NEPTUNUS! Chaerin sedang memakai lipbalm nya saat Jiyong melirik ke arah Chaerin. Jiyong melihat Chaerin yang sedang menggerak-gerakan 
bibirnya, membuat Jiyong menelan ludahnya dan mengerutkan wajahnya.

CITTTTTTT!

Terjadi rem mendadak yang membuat Jiyong dan Chaerin hampir terpental kedepan.

“YA! Kau gila ya?!” Chaerin membentak Jiyong.

Jiyong yang masih mengerutkan wajahnya dengan wajah panik menyentuh bibirya dan menunjuk bibir Chaerin.

“M-M-Mwo?!” Tanya Chaerin kebingungan.

“H-H-H-Heiss.” Jiyong membenturkan kepalanya ke stir mobil.

“Y-Ya! Wae?!” tanya Chaerin galak.

“Aigoooo. K-Kau menciumku semalam!”

Sesaat suasana di mobil menjadi hening dan sunyi. Chaerin mencerna kata-kata Jiyong satu demi satu. ‘men-cium-ku-se-ma-lam’ ………..

“…………”

“MWO!? AKU MENCIUM MU ?! AAAAAAAAA!” Chaerin menjambak-jambak rambut nya.

“AIGO JANGAN BERTERIAK BEGITU!” Jiyong ikut-ikutan berteriak.

“KAU!” Chaerin menarik kerah Jiyong, “Sebaiknya kau menceritakan semuanya kepadaku dan buat itu masuk akal sebelum aku membuat wajahmu menjadi seperti adonan kue!!”

“Aigo! Kau yang semalam mabok lalu jatuh tepat diatasku LAGI kau tau!” Jiyong menarik kerah baju nya dari genggaman Chaerin.

“Aigo.. Aigo.. Aigo aigo aigo aigo aku berciuman dengan si pabo ini.” Chaerin mencubit pipinya.

“Ya! Aku dengan Sandara saja belum pernah berciuman, kau malah sudah merebut nya 2 kali, 2KALI!” Jiyong mengacungkan jari nya membentuk ‘V’ lalu memandangi jari nya dengan tatapan frustasi.

“Aigohhhhhhh…” Chaerin membenturkan kepalanya ke jendela, “Tapi itu hanya kecelakaan kan?!”

Jiyong mengangguk.

“Okay, itu tidak dihitung. Tidak masuk hitungan. TIDAK masuk. Okay Jiyong???? Oppa????” Chaerin berusaha tersenyum.

Jiyong berusaha membalas senyuman Chaerin dengan senyuman nya yang kaku, mereka bertatap-tatapan sejenak.

“AAAAAAAAA!!!” Teriak mereka berdua dengan kompak.

“ARGH JANGAN BERTERIAK!” Jiyong membentak Chaerin.

“KAU SENDIRI BERTERIAK PABO! Oke stop stop stop! Lupakan lupakan! Itu tidak masuk kedalam hitungan. TIDAK masuk.”

“Hahhhhhhh mau gila aku rasanya.” Jiyong mengacak-acak rambutnya sendiri.

“Sudah jangan dipirkan lagi! Kau mau buat aku gila ya?! Ayo cepat! Kau bilang mau cari hadiah untuk Dara!”

“Aigo….” Jiyong menghela nafasnya lalu kembali mengendarai mobilnya.

                                                            ***

Perjalanan terhenti disebuah pusat perbelanjaan yang besar. Chaerin dan Jiyong turun dari mobilnya dan masuk ke dalam mengelilingi  hampir semua toko-toko yang ada disana, tapi belum juga menemukan hadiah yang pas.

“Ya, apa yang disukai Sandara?” Tanya Chaerin.

“Hm….. Kelinci?”

“Kelinci? Kau mau belikan apa untuknya? Boneka?”

“Em… Sebenarnya jauh-jauh hari aku sudah pesan perhiasan yang ku rancang sendiri.”

“HEEEE Kenapa tidak bilang daritadi? Kan tidak perlu keliling 1 mall begini! Heisss. Dimana?” Tanya Chaerin.

Jiyong membawa Chaerin ke sebuah toko perhiasaan, Jiyong berbicara dengan penjaga toko itu dan mengambil pesanan Jiyong beberapa hari yang lalu.

“Em… Bagaimana menurutmu?” Jiyong memperlihatkan sebuah kalung dengan inisial J<3S sebagai hiasannya.

Chaerin memandangi kalung itu dengan teliti.

“Bagus. Dara pasti suka.” Chaerin tidak melepas pandangannya dari kalung itu.

“Chaerin-ah! Lihat! Aku pakai cincin dengan nama mu dijariku!”

“Mwo? Coba kulihat!” Chaerin menarik jari Seungri.

“Aigooo, kau ini ada-ada saja.” Chaerin tertawa.

“Kenapa? Ah, kau juga pakai ya. Tentu saja ada namaku.”

Seungri memasangkan cincin itu di jari manis Chaerin, mencium pipi Chaerin lembut.

KLAPPP!

Bunyi kotak kalung itu saat ditutup memecah pikiran flashback Chaerin, Chaerin melihat di jari kanan nya masih terpasang cincin yang diberikan oleh Seungri.

“Ya, kenapa kau bengong begitu?! Bagus tidak?!”

“B-Bagus!” Chaerin menjawab sambil menyembunyikan cincin di jari nya dari pandangan Jiyong.

“Ya, apa itu?” Tanya Jiyong.

“Mwo?” Chaerin pura-pura tidak tau.

“Itu, apa yang kau sembunyikan?”

“Bukan apa-apa.” Chaerin memasukan tangannya kedalam kantong celananya.

Jiyong menyipitkan matanya sampai tinggal segaris, menyimpan kotak kalung yang ada ditangannya, “Sini biar kulihat!” Jiyong menarik tangan Chaerin dengan paksa.

“S-eu-n-gri? Hiiii.” Jiyong melepas cincin itu dari jari Chaerin dan memakai di jari nya.

“Aigo mau apa kau? Kembalikan.”

“Untuk apa kau masih memakai ini? Kau masih cinta dengan Seungri?”

“Ani.”

“Yasudah ayo kita jalan Gaho.” Jiyong tertawa.

“Mwo? Gaho? Siapa Gaho?”

“Anjing ku dirumah. Hahahaha.” Jiyong tertawa lebar.

“Aigo! Kau benar-benar cari mati denganku!”

Chaerin dan Jiyong kembali melanjutkan perjalanan ke rumah Dara yang cukup jauh dan memakan waktu dari mall yang dikunjungi mereka tadi. Kira-kira 1 jam setelah melakukan perjalanan, akhirnya mereka sampai dirumah Sandara.

TING TONG!

Jiyong menekan bel rumah Dara. Tidak memakan waktu lama untuk menunggu dibukakan pintu. Dara yang melihat Jiyong begitu membuka pintu memasang wajah terkejut.

“J-J-Jiyong, sedang apa kau disini?” Tanya Dara gugup.

“Apa maksudmu? Kau tidak senang pacarmu datang?” Jiyong membukakedua lengannya mengundang Dara masuk ke dalam pelukannya.

“A-A-Ani. Aku senang.” Dara memeluk Jiyong.

“Ada apa kau tiba-tiba datang kemari?”

Raut wajah Jiyong sekejap berubah.

“Mwo? Kau lupa hari ini hari apa?”

“M-Maksudmu?” Dara menutup-nutupi pintu rumahnya yang masih terbuka. Gerakan Dara membuat Jiyong curiga.

“Ya, apa yang kau sembunyikan dariku?”

“A-A-Apa? Tidak ada!”

“Minggir.” Jiyong menerobos pintu yang ditutupi Dara.

DEGGG! Jantung Jiyong terasa seperti dipukul beton saat melihat Youngbae, sahabatnya sedang ada didalam rumah kekasihnya. Parahnya, Youngbae dan Dara hanya berduaan saat itu. Tidak ada orang lain ataupun mama Dara.

“YA! Sedang apa kau disini?!” Bentak Jiyong.

“Mwo? Sandara yang memintaku kesini menemaninya.” Youngbae menjawab dengan santainya.

“Hah. Ya, Dara. Kau bilang kau mau pergi dengan mama mu, apa dia mama mu?!”

Dara terdiam, tidak bisa menjawab apa-apa.

“JAWAB AKU!” Bentak Jiyong membuat Dara ketakutan. Youngbae berdiri dari posisi duduknya lalu merangkul Dara yang ketakutan.

“Kau tidak perlu berteriak seperti itu kan? Kau membuat nya ketakutan.”

“Hah, kau berani menyentuh pacarku dengan tangan mu itu?! Ya! Dara, aku benar-benar kecewa denganmu! Kau tau hari ini hari apa?! HARI INI ANNIVERSARY 1TAHUN HUBUNGAN KITA DAN KAU TIDAK INGAT MALAH 
BERMESRAAN DENGAN PRIA LAIN DI RUMAHMU?! IYA?!” Jiyong membentak Sandara dengan sekuat tenaga.

“J-J-Jiyong dengar penje-“

“Apa? Penjelasan apa?! APA?!” Jiyong yang terbawa emosi menubrukan bahunya ke bahu Dara lalu meninggalkannya.

“Aigo, apa yang terjadi?” Chaerin yang berada diluar bingung dengan kericuhan yang terjadi didalam.

“Ayo pergi!” Jiyong menarik tangan Chaerin masuk ke dalam mobil, menginjak gas mobilnya. Pergi meninggalkan rumah Dara.

“JIYONG!!!” Dara berteriak memanggil Jiyong tapi diacuhkan.

Dara berlari mengambil kunci mobilnya didalam rumah lalu berlari menuju mobilnya.

“Kau mau kemana?” Cegat Youngbae.

“Kemana? Pertanyaan lucu. Tentu saja aku mau mengejar Jiyong!”

Youngbae menghela nafasnya dengan kesal, “Aku antar.”

                                                            ***

CITTTTTT!!

Suara rem mobil yang nyaring membuat mobil Jiyong berhenti seketika, membuat Chaerin hampir terpental kedepan.

“Aigo!” Chaerin memeluk sabuk pengaman yang mengikat tubuhnya.

BLAMMM!

Jiyong keluar dari mobil dan membanting pintu mobilnya. Chaerin turun dan melihat ke sekelilingnya, sepi… Tidak ada orang. Chaerin menginjakkan kaki di sebuah padang rumput yang penuh dengan bunga-bunga, angin sepoi-sepoi yang berhembus 
membuat Chaerin merasa tenang.

“Wanita sial!!” Jiyong melempar kalung yang dibelinya ke sebuah danau kecil.

“Aigo! Kenapa dibuang?!” Chaerin terkejut.

“Untuk apa aku simpan?! Untuk wanita itu?! Biarkan dia! Dia sudah ada Youngbae!”

Chaerin menatap Jiyong dengan wajah kesalnya lalu melepas sepatunya, juga menggulung celana dan lengan baju nya. Chaerin berjalan masuk ke dalam danau kecil itu mulai mengobok-obok isi danau itu.

“Ya, ya, pabo. Sedang apa kau?” Jiyong yang duduk di rumput mengamati Chaerin.

“Aku? Mencari kalungmu! Apalagi? Heiss.”

“Sudahlah tidak usah dicari.”

“Kau diam saja disana.”

Jiyong merrebahkan tubuhnya diatas padang rumput hijau yang segar, memejamkan matanya hendak menenangkan diri nya yang masih shock dan terbawa emosi. Sementara Chaerin masih sibuk didalam danau itu mencari kalung milik Jiyong.

“Seharusnya tidak susah dicari, danau ini kecil dan tidak dalam.” Batin Chaerin.

Angin sepoi-sepoi yang meniup wajah Jiyong membuat Jiyong tertidur.

“Ah yasudahlah, dia juga tidak akan mencari seharian kan.” Batin Jiyong lalu tertidur lelap.

                                                            ***

Tik… Tik… Tik…

Suara jam tangan yang ada di tangan Jiyong tidak berhenti sejak tadi siang, hari sudah mulai sore. Jiyong terbangun dari tidurnya.

“Hah?” Jiyong terkejut saat melihat Chaerin masih sibuk didalam danau itu.

“YA! Pabo! Cepat keluar!”

“Tidak mau!” Chaerin mengacuhkan.

“Heiss gadis ini.” Jiyong melepas pakaiannya lalu masuk ke dalam danau itu, mendapatkan Chaerin.

“AAAAA! Kenapa kau tidak pakai baju?!!” Chaerin menutupi wajahnya saat melihat Jiyong telanjang dada.

“Aigo, kalau baju ku basah aku pakai apa nanti? Sudah ayo keluar!” Jiyong menarik tangan Chaerin.

“T-T-Tunggu!” Chaerin mengambil sesuatu yang nyangkut di kaki nya. TADA! Kalung yang dilempar Jiyong berhasil ditemukan Chaerin.

“Ya! Kalungmu ketemu!” Chaerin kegirangan.

“Aku sudah tidak perduli dengan kalung itu.” Jiyong duduk di pinggir danau. Chaerin menghampirinya.

Jiyong menepuk-nepuk tempat kosong disebelahnya. Meminta Chaerin duduk disebelahnya. Chaerin berjalan keluar dari danau lalu duduk disebelah Jiyong.

“Ya, Chaerin-ah.” Jiyong menyenderkan kepalanya dibahu Chaerin.

“Aigo, w-wae?” Jawab Chaerin yang agak terkejut.

“Rasanya sakit sekali ya disakiti orang yang kita cintai.”

Chaerin tidak menjawab, hanya tetap melihat wajah Jiyong yang menahan sakit sambil menggigit bibir bawahnya.

Jiyong mengenggam tangan Chaerin lalu meletakkan nya di dadanya.

“Disini. Rasanya sakiiiiiiiit sekali. Kau bisa merasakannya?” Ucap Jiyong dengan suara goyang menahan tangis.

“Tentu saja. Aku juga pernah disakiti orang yang kucintai. Rasanya sangat sakit.” Chaerin berusaha tersenyum lalu menepuk-nepuk kepala Jiyong, “Sudah sudah. Jangan bersedih terus. Kau bisa cerita padaku kapan saja.”

Jiyong diam, “Chaerin, aku boleh pinjam bahu mu?” Ucapnya pelan.

Belum sempat Chaerin menjawab, Jiyong memeluk Chaerin dan membenamkan kepalanya di pundak Chaerin. Chaerin merasakan airmata Jiyong membasahi pundaknya. Chaerin mengelus kepala Jiyong dengan pelan dan lembut.

“Oppa. Jangan menangis.”

Jiyong terus mengeluarkan airmata nya, bahu nya bergetar menahan tangis yang semakin histeris. Chaerin memeluk bahu Jiyong berusaha menenangkan Jiyong.

Jiyong menangis cukup lama, sampai akhirnya ia berhenti menangis. Chaerin melihat matahari yang mulai tenggelam berwarna oranye, indah sekali.

“Oppa! Coba lihat sunset nya indah sekali!”

“Jangan bergerak.” Jiyong menahan Chaerin yang ingin mengubah posisinya. “Aku masih membutuhkan bahumu.”

Chaerin terdiam.

“Ya, Chaerin. Aku sangat nyaman bersender di bahumu seperti ini. Berkali-kali aku mencoba masa bodo dengan keadaanmu tapi aku tidak bisa. Sepertinya….” Jiyong mengehela nafasnya. “Sepertinya aku sudah terikat denganmu.”

DEG DEG DEG. Jantung Chaerin berdetak lebih cepat dari biasanya, wajahnya memerah.

“A-A-Aigo, o-oppa cepat pakai baju mu. Kau bisa masuk angin.” Chaerin mengambil pakaian milik Jiyong.

“Mengkhawatirkan ku ya?” Jiyong mengelus kepala Chaerin lalu memakai pakaiannya.

“Ayo pulang.” Jiyong tersenyum mengulurkan tangannya, Chaerin menyambut uluran tangan itu juga dengan senyum di wajahnya.

“Good Gaho.” Jiyong merangkul Chaerin mengacak-acak rambutnya.

“Mwo?! Enak saja kau aku disamakan dengan Gaho!”

Chaerin dan Jiyong tertawa berjalan ke mobil Jiyong dan berhenti saat seseorang berteriak memanggil Jiyong.

“Jiyong!!” Dara berlari ke arah Jiyong.

“Jiyong-ah, mianhae… Aku tidak ada maksud berbohong padamu!”

“Kita bicarakan ini besok saja.” Jiyong berjalan acuh tak acuh melewati Dara sambil menggandeng Chaerin.

“Ani! Aku mau kau dengar penjelasan ku sekarang juga!” Dara menahan lengan Chaerin.

“Oppa, kau bicara saja dengannya, aku tidak akan mengganggumu.” Chaerin melepas genggaman tangan Jiyong dan mendorong Jiyong mendekati Dara.

Dara tersenyum se-akan-akan berterima kasih kepada Chaerin. Chaerin hanya membalas nya senyuman. Chaerin bersandar dibawah sebuah pohon besar agak jauh dari Dara dan Jiyong. Youngbae menghampiri Chaerin dan bersender disebelah Chaerin.

“Hey.” Sapa Youngbae.

“You like him, huh?”

“What? You’re joking.” Chaerin tertawa.

“Jangan bohong, kau menyukai Jiyong kan?”

Chaerin menggeleng-gelengkan kepalanya. Chaerin tidak melepas pandangannya dari Dara dan Jiyong yang sedang berdebat di ujung jalan sana.

DEG! Jantung Chaerin seperti dituncap pisau saat melihat Dara mencium Jiyong. Chaerin tidak berkedip melihat mereka berciuman, dada Chaerin terasa seperti dihujam ratusan jarum, rasanya perih.

“Aigo. Sedang apa mereka?” Ucap Youngbae.

“Hm hm.” Chaerin tertawa pelan menundukan kepalanya.

“Wae? Sakit bukan rasanya?”

“Hah? Bicara apa kau ini. Sebaiknya aku pulang sekarang. Sampaikan salam ku untuk mereka berdua….” Chaerin tersenyum pahit meninggalkan Youngbae.

Chaerin berjalan tanpa arah tujuan dengan pandangan kosongnya, hanya berjalan mengikuti jalan yang tidak tau arahnya kemana. Chaerin berjalan sambil meremas pakaian di bagian dadanya.

“Aigo, kenapa rasanya sangat sakit?” Chaerin menggigit bibir bawahnya.

“Heisss. Kenapa rasanya sakit?!” Chaerin berjongkok di pinggir jalan.

TINN TINNN!

Bunyi klakson mobil membuat Chaerin terkejut, lampu mobil yang menyorot Chaerin dari jauh semakin mendekat. Mobil itu berhenti tepat di depan Chaerin, seseorang turun dari mobil itu. Jiyong rupanya…

“Aigo kenapa kau main pulang saja sih?!” Jiyong menarik lengan Chaerin kasar.

“Sakit! Aigo untuk apa kau kesini?!” Chaerin menarik lengannya.

“Untuk apa?! Tentu saja mencari mu pabo! Jangan main hilang begitu saja!”

“Wae?! Kau urus saja Dara! Aku kan bukan siapa-siapamu!”

“Kau bukan siapa-siapaku?! Memang!” Jiyong menarik Chaerin kedalam pelukannya, “Tapi aku mencemaskanmu….. Bodoh….”

Chaerin terpaku didalam pelukan Jiyong, niatnya ingin mendorong Jiyong diurungkan.

“O-Oppa jangan begini.”

“Wae?” Jawab Jiyong memper-erat pelukannya.

“K-Kalau kau terus memperlakukan ku begini, aku takut.”

“Takut apa?” Jiyong memotong omongan Chaerin.

“Aku takut aku akan menyukaimu.” Chaerin mendorong Jiyong pelan.

Jiyong masih terpaku mendengar kalimat yang barusan keluar dari mulut Chaerin.

“Kalau aku menyukaimu, kau tidak akan membalas perasaan ku kan?”

Jiyong hanya terdiam.

“Kalau begitu jangan buat aku menyukaimu. Rasanya sakit kau tau kan?” Chaerin menepuk dada nya, mulai mengeluarkan airmata lagi.

“C-Chaerin.. Mianhae…” Jiyong ingin menghapus airmata Chaerin.

“Jangan terus-terusan begini padaku oppa. Aku bisa sangat menyukaimu, aku juga bisa sangat sakit.” Chaerin menepis tangan Jiyong. Berjalan meninggalkan Jiyong sendirian.

“Apa itu berarti aku tidak boleh peduli denganmu?! Iya?! Aku tidak bisa tidak perduli dengan mu Chaerin!!” Teriak Jiyong.

“Kalau begitu belajar benci padaku!! Benci aku!! Kau tidak akan memperdulikanku lagi kan kalau begitu?!” Chaerin berteriak dengan suara goyang karena menangis.

“M-MWO?!” Jiyong menghampiri Chaerin memeluknya lagi. Chaerin membantah dari pelukan Jiyong tapi Jiyong tidak melonggarkan pelukannya sedikitpun.

“Aku mana bisa membencimu?! Aku tidak bisa!!”

“Wae?! WAE?! YANG KAU CINTAI DARA HARUSNYA KAU BISA MEMBENCIKU!!”

“AKU MENYUKAIMU!” Jiyong berteriak dihadapan Chaerin.

Chaerin terdiam kaku dengan airmata yang masih terus mengalir keluar dari matanya.

“Jangan bercanda. Kau mau bermain dengan perasaanku?” Chaerin melepas pelukan Jiyong.

“Aku menyukaimu Chaerin.”

“Kalau kau menyukai ku, kau seharusnya bisa memilih antara aku dan Dara.”

Jiyong lagi-lagi dibuat diam oleh Chaerin.

“See? Kau tidak bisa memilih kan? Kau tidak menyukai ku, kau hanya kasihan padaku. Sudahlah, bahagiakan dia oppa. Aku senang kalau kau senang.” Chaerin tersenyum berlari meninggalkan Jiyong.

“ARGHHHH!!!!” Teriak Jiyong menendang pohon yang ada disebelahnya, terduduk lemas menyender di pohon itu.

“Kenapa rasa nya lebih sakit dari yang tadi?” Jiyong memegangi dadanya menggigit bibir bawahnya melihat Chaerin yang semakin jauh sosoknya.

                                                            ***

Menempuh perjalanan ke rumah sendiri, beruntung Chaerin bisa sampai kerumah dengan selamat. Untuk ke sekian kalinya, lagi-lagi Chaerin bertemu dengan Seungri yang sedang berdiri didepan rumahnya.

“Ya, sedang apa disini?”

“A-aku…”

“Ya, Seungri-ah, sebenarnya apa mau mu? Kau pernah bilang kau masih mencintaiku tapi nyatanya kau masih berhubungan dengan wanita lain. Apa menyakitiku belum cukup?”

“A-Aku menyesal sudah melakukan semua itu kepadamu Chaerin. Mianahe…. Kembali padaku, aku sangat membutuhkanmu.” Seungri berlutut di depan Chaerin.

“Aigo, apa-apaan kau ini. Sudahlah berdiri.” Chaerin membantu Seungri berdiri.

“Aku sudah memaafkanmu, aku sudah melupakan semuanya. Tapi mian, aku tidak bisa menerima mu lagi. Mian…”

“Wae? Kau mencintai pria itu?”

Chaerin terdiam.

“Jawab aku Chaerin, kau menyukai nya?”

“Ne, aku menyukainya.” Chaerin menjawab dengan tegas.

“Apa dia juga menyukaimu?” Pertanyaan Seungri membuat Chaerin speechless.

“Dia tidak menyukai mu? Kembali padaku Chaerin.” Seungri maju mendekati Chaerin.

“Mian Seungri….” Chaerin berjalan melewati Seungri dan masuk ke dalam.

Chaerin menghela nafasnya mencoba tidak terlihat lesu didepan Bom dan Minzy, terdengar suara ramai dari dalam ruang tamu rumah Chaerin, Chaerin berjalan masuk ke dalam.

“Eonnie! Kau sudah pulang!” Minzy menarik lengan eonnie nya itu.

“Eonnie, kenalkan ini Daesung oppa.”

Seorang pria tinggi bermata sipit dan berwajah manis menghampiri Chaerin dan membungkukan badannya memberi salam, “Annyeong, Daesung imnida.”

“Ah, ne.. Chaerin imnida.” Chaerin membungkukan badannya.

“Oppa, sedang apa disini?” Chaerin melihat Seunghyun yang sedang bersantai-santai di sofa ruang tamunya.

“Ya, pertanyaanmu seperti mengusirku tau. Memang nya kenapa kalau kakak ipar mu disini?”

“Hah?” Chaerin mengerutkan wajahnya. “Kakak ipar?”

“Ne, Seunghyun oppa sudah melamar Bom eonnie! Mereka akan menikah!” Minzy menjawab sambil meloncat-loncat kegirangan.

“M-MWO?! MENIKAH?! KAPAN?!” Chaerin duduk disebelah Bom.

Bom mengacungkan dua jarinya membentuk ‘V’.

“2 bulan?” Bom menggelengkan kepalanya.

“2 minggu?” Seunghyun menggelengkan kepalanya.

“2 HARI LAGI?!” Chaerin berlari ke belakang Seunghyun dan melingkarkan tangannya di leher Seunghyun.

“YA! Oppa! Lebih baik kau jaga eonnie ku baik-baik atau mati kau!” Chaerin mengancam Seunghyun sambil tertawa.

“Araso araso. Mau sampai kapan kau mencekik kakak iparmu?” Seunghyun tertawa.

“AAA eonnie chukkae!” Chaerin lari ke pelukan Bom. Bom menyambut pelukan Chaerin dengan penuh kasih sayang.

“Ya, kau tidak memberi selamat padaku?” Seunghyun mencibir.

“Heisss. Chukkae oppa!” Chaerin memeluk Seunghyun.

“Gomawo.” Seunghyun mengelus kepala  Chaerin, “Ah, nanti kau datang dengan Jiyong?”

“Ani. Biarkan Jiyong datang dengan Sandara, aku datang dengan temanku.”

“Aku? Aku?” Minzy ikut memeluk Seunghyun.

“Kau dengan Daesung. Kalian sangat cocok.” Seunghyun menjahili Minzy membuat wajah Daesung dan Minzy.

Suara tawa dan candaan terdengar nyaring didalam rumah itu, kekeluargaan yang sangat membuat Chaerin merasa tenang dan melupakan sakit yang dirasakan.

                                                            ***

2 days later

“AIGO! EONNIE KAU CANTIK SEKALI!” Chaerin dan Minzy terpesona melihat Bom yang tampak seperti putri negeri dongeng dengan gaun pengantinnya.

“Eonnie, chukkae akhirnya kau menikah! Sayang sekali eomma dan appa tidak bisa hadir.” Minzy menangis haru.

“Gomawo Minzy. Tapi appa eomma pasti bisa merasakan rasa senangnya juga kan disana.” Bom menghapus airmata Minzy.

KRING KRING KRING

HP Chaerin berbunyi, Chaerin mengambil HP nya dari dalam tas nya.

Jiyong pabo calling

Chaerin mematikan telpon dari Jiyong itu dan mematikan HP nya. Melemparnya kembali ke dalam tas.

“Kenapa tidak diangkat eon?” Minzy  bertanya pada Chaerin.

“Ani tidak apa-apa.”

KREKKK.

Suara pintu terbuka, mempelai pria, Seunghyun yang sudah siap dengan tuxedo nya menjemput mempelai wanita nya untuk berangkat ke tempat pernikahan.

“AIGO! SEUNGHYUN OPPA! Kau seperti pangeran negeri dongeng!” Minzy dengan polos mengagumi ketampanan Seunghyun.

“Ya! Minzy pangeranmu juga sudah datang.” Chaerin menunjuk Daesung yang sudah ada di ambang pintu.

Pipi Minzy yang chabby berubah warna menjadi merah dan malu-malu menghampiri Daesung.

“Aigo, eonnie ini!”

“Kita tunggu di mobil yuk.” Daesung merangkul Minzy keluar dari ruang hias pengantin.

Chaerin tertawa melihat gelagat Minzy, Chaerin melihat Seunghyun dan Bom yang sedang asik sendiri mengagumi pasangannya.

“Chaerin-ah, kau mau sekalian berangkat ke sana tidak?”

“Hah?? Ani kalian berangkat saja duluan. Aku nanti nyusul dengan……… Temanku.”

“Ah, okay.” Seunghyun dan Bom meninggalkan Chaerin sendirian di ruang hias itu. Seunghyun, Bom, Daesung dan Minzy berangkat dengan 1 mobil yang sama ke tempat pernikahan dilangsungkan.

Chaerin berdiri di hadapan cermin, melihat gambaran dirinya sendiri yang lemah, terlalu mudah disakiti, bodoh, semuanya terpantul di cermin.

“Ya, Lee Chaerin. Chaerin yang lama sudah mati.” Chaerin mengambil gunting  yang ada dilaci meja rias itu dan mulai menggunting rambutnya yang panjang.

“From now, there’s no more weak and old Chaerin.” Chaerin mengambil tasnya dan pergi meninggalkan rambut nya yang masih berserakan di lantai.

                                                            ***

Gemuruh ricuh terdengar jelas dari gerbang gereja tempat Seunghyun dan Bom akan menikah. Para tamu undangan sudah mulai berkumpul dan berbincang satu sama lain. Chaerin turun dari mobil dengan seorang pria yang tidak di duga kedatangannya.

Chaerin dengan wajahnya yang galak dan sini memasuki gerbang dan  berdiri di bawah sebuah taman. Chaerin tidak mau berkumpul dengan para tamu undangan.

“Chaerin!”

Charin menoleh, “Oh, damn.” Chaerin menggerutu kesal saat melihat Jiyong bersama dengan Dara menghampirinya.

“Chae- YA! Sedang apa kau disini?!” Jiyong membentak Seungri yang berdiri disamping Chaerin.

“Apa masalahmu?! Dia ini pasanganku!” Chaerin membela Seungri.

“Hah, jangan bercanda. Aku tau kau sangat membenci pria brengsek ini!” Jiyong menarik lengan Chaerin.

“Aigo! Aku sudah bilang dia ini pasanganku! Lepas!” Chaerin membantah dan menampar tangan Jiyong kasar. Membuat Jiyon terkejut.

“K-Kau! Ada apa denganmu?! Kenapa jadi begini?!”

“Wae?! Kau yang kenapa! Sembarangan menarikku didepan pacarku?!” Chaerin membentak Jiyong.

“P-Pacar?! Aku ini pacarmu kan?!” Jiyong masih berupaya bersandiwara.

“Bukan! Kau hanya temanku! Tidak lebih dari seorang teman! Pacarku ada disini! Seungri!” Chaerin menggandeng lengan Seungri. Membuat Jiyong terpancing emosi nya.

"BUKAN KAH KAU MENYUKAIKU?!"

"AKU HANYA MENYUKAIMU AKU TIDAK BILANG AKU MENCINTAIMU KAN?!" Chaerin membentak Jiyong.

“C-Chaerin, kenapa kau jadi seperti ini?” Dara dengan lembut bertanya pada Chaerin.

“Mian Dara, tolong bawa PACARMU pergi dari sini. Aku muak melihatnya.” Chaerin berjalan melewati Jiyong.

“C-Chaerin!” Dara mendorong Chaerin hingga terguling di  rerumputan. Sebongkah kayu lapuk dari atas pohon jatuh menimpa Dara yang menolong Chaerin.

Batang kayu itu jatuh tepat mengenai kepala Dara, membuat darah segar mengalir dari kepala Dara.

“D-DARA!” Chaerin dengan panik mengangkat bongkahan kayu itu.

“D-D-DARA!!” Jiyong mendorong Chaerin dan menyentuh pipi Dara.

“Dara! Sandara! Kau tidak apa-apa?! DARA!”

Sandara yang pingsan tidak menjawab apa-apa.

“PUAS KAU SEKARANG?!” Jiyong menggendong Sandara ke dalam mobilnya dan pergi.

Suasana menjadi tambah ricuh, para tamu undangan memusatkan perhatiannya kepada Chaerin. Seungri memeluk Chaerin, menutupi wajah Chaerin. Seunghyun dan Bom yang panik menghampiri Chaerin.

“A-Ada apa?!”

“Eonnie! Aku takut sekali Dara kenapa-kenapa! Aku harus menyusulnya sekarang!” Chaerin berlari meninggalkan tempat pernikahan itu.

Chaerin melepas heelsnya dan berlari sekuat tenaga ke rumah sakit terdekat, tempat Jiyong membawa Dara. “Dara maafkan aku!” Batin Chaerin menahan airmatanya.

“Dara!!” Teriakan Chaerin memecah keheningan di lorong rumah sakit itu.

Jiyong yang sedang terduduk lemas didepan pintu ruang ICU menatap Chaerin dengan tatapan benci nya yang membara.

“J-J-Ji-“

“Puas?” Jiyong memotong omongan Chaerin.

“Puas kau sekarang?! Aku sudah membantumu, menjagamu, tapi kau membalas ku begini?!”

Chaerin yang sudah menangis tambah deras mengeluarkan airmata dari matanya membasahi pipinya.

“A-Aku tidak bermaksud mencelakakan Dara.”

“SEMUA INI GARA-GARA KAU! SEHARUSNYA DARI AWAL AKU TIDAK MEMBANTUMU!”

BUAKK!

Jiyong menonjok dinding rumah sakit dengan keras, membuat tangannya mengeluarkan darah segar.

Seorang dokter dari ruang ICU keluar dengan raut wajah yang membuat Jiyong dan Chaerin semakin panik.

“D-D-Dok, Sandara tidak apa kan?” Mata jiyong berlinangan airmata.

“Benturan keras yang mengenai kepala Sandara membuat beberapa saraf nya rusak dan……”

“Dan? Dan apa?!” Jiyong menggunakan nada tinggi.

“Membuat Sandara buta.”

DEG! Jantung Chaerin dan Jiyong seperti ditembak dengan peluru beruntun saat mendengar dokter berkata Sandara tidak bisa melihat lagi, buta….

“M-Mwo?! Tidak bisa disembuhkan?!” Wajah Jiyong berubah menjadi pucat seperti mayat.

“Mau tidak mau harus mencari cangkok kornea mata dalam waktu dekat ini. Kalau terlalu lama…. Mungkin akan menjadi permanen.”

Dokter meninggalkan Jiyong  yang masih shock dan terpaku tidak bergerak mendegar keadaan Dara didalam sana. Jiyong jatuh dengan kedua lutut menumpu badannya.

“Jiyong-ah, aku minta maaf.” Chaerin berbisik pelan.

“Kau merusak hidupku, sekarang kau juga merusak hidup Sandara? Kau meruak kebahagiaanku!” Jiyong membentak Chaerin sambil menangis.

“Apa kebahagiaanmu itu Sandara?” Chaerin yang ikut menangis berlari meninggalkan Jiyong.

                                                            ***

Hari sudah berganti, sinar matahari pagi masuk menerangi ruang rawat Dara. Jiyong yang terduduk disebelah Dara menggenggam tangan Dara tanpa melepas nya sedetikpun. Mata Jiyong terlihat bengkak karena menangis semalaman dan wajahnya terlihat 
pucat karena tidak tidur menjaga Dara.

“Jiyong-ssi!” Seorang perawat berlari ke dalam kamar rawat Jiyong.

“Ada apa?” Jawab Jiyong lemas.

“O-Operasi untuk Sandara sudah bisa dijalankan, pihak dokter sudah mendapat donor kornea mata.”

“Mwo?! Benarkah?!” Sebuah senyuman terpancar di wajah Jiyong.

“Tapi, siapa yang mendonorkan kornea nya?” Tanya jiyong.

“Pihak dokter bilang dari seorang korban kecelakaan.”

Jiyong menganggukan kepalanya dan mengelus dahi Dara, “Aku akan menemanimu selama operasi.” Sebuah kecupan manis didaratkan Jiyong di dahi Dara.

Jiyong mengurus jadwal operasi Dara hingga selesai. Tiba saatnya untuk melakukan operasi cangkok kornea mata. Lampu ruang operasi sudah dinyalakan, Jiyong terduduk lemas di depan ruang operasi melipat tangannya dan berdoa.

1 jam dilewati. 2jam. 3 jam. Sampai akhirnya lampu operasi dimatikan dan tim dokter keluar.

“D-Dokter, bagaimana? Hasilnya?”

“Hasilnya belum bisa diketahui. Besok saya akan membuka perban dimata Sandara. Kita bisa tau berhasil apa tidak nya besok.” Tim dokter membawa Dara untuk dipindahkan ke ruang rawat biasa.

“Ah, k-khamsahamnida.” Jiyong membungkukan badannya.

“Ah, Jiyong-ssi, ini formulir nya.” Seorang perawat memberikan sebuah amplop cokelat kepada Jiyong. Jiyong mengucapkan terima kasih dan membuka surat itu duduk di depan kamar Dara.

TRINGGG.

Sebuah kalung jatuh saat Jiyong mengeluarkan surat dari amplop itu. Jiyong mengambil kalung itu. Jiyong kaget saat melihat kalung berinisial J<3S yang waktu itu ingin diberikan pada Dara ada didalam amplop itu.

Jiyong membaca-baca surat dan formulir rumah sakit itu, terselip sebuah amplop kecil tanpa ada tulisan diatasnya. Jiyong mengeluarkan beberapa lembar surat yang ditulis tangan oleh seseorang untuknya. Tangan Jiyong bergetar hebat ketika mulai 
membaca surat itu.

Ya, pabo! ^^

Ini aku kembalikan kalung yang waktu itu aku cari di danau. Aku lupa mengembalikannya padamu waktu itu, mian!
Ya, aku minta maaf aku sudah banyak merepotkanmu dari awal bertemu saat aku menuduhmu mengintipku padahal itu rumahmu. Saat Seunghyun oppa salah sangka dengan kita karena aku  yang jatuh diatasmu.
Juga waktu aku mencium mu di depan Seungri. Maaf aku sudah banyak terlibat dalam hidupmu oppa… Aku sangat menyukai panggilan oppa sekarang^^ aku baru sadar memanggil mu oppa ada bagusnya juga saat aku menulis surat ini.
Aku minta maaf sudah membuat hubungan mu dan Sandara terganggu karena ku, aku sudah banyak merepotkanmu dan Sandara. Aku sering mabuk dan membuatmu repot membawa ku pulang. Aku sudah mencium mu saat aku mabuk juga.
Aku sering mematikan telpon mu tiba-tiba. Aku sering memanggilmu pabo, aku sering membentakmu, tapi aku sangat menikmati masa-masaku bersamamu oppa^^~
Oppa. Aku tidak mau melihatmu sedih, itu menyakitkan untukku. Melihatmu sedih dan menangis membuatku terluka lebih dalam lagi. Aku tau kau pasti sangat membenciku sekarang, ini semua salahku. Kau memang pantas membenci seorang wanita brengsek seperti ku.
Ya, oppa. Sandara sangat berarti bagimu dan oppa sangat berarti bagiku. Oppa tidak mau melihat Dara sedih, begitupun aku tidak mau melihat oppa sedih. Aku senang melihat oppa tersenyum saat bersama Dara.
Oppa, aku akan menghilang dari kehidupanmu. Aku tidak akan melupakan sejarah awal kita bertemu, berkelahi, berteman, jalan-jalan, mabuk, aku menyayangi memori-memori itu^-^

Airmata Jiyong mengalir membasahi kertas surat yang dipegangnya. Dada nya sesak, Jiyong tidak perduli dengan orang-orang disekitarnya lagi, Jiyong menangis terisak-isak. Tangannya yang gemetar membuka halaman surat berikutnya.

Aku akan pergi dari Korea. Aku tidak akan mengganggumu lagi. Tidak akan ada lagi yang memaksamu menjemputnya dirumah. Kau bisa menikmati hari-harimu dengan kekasihmu.
Mungkin saat aku kembali suatu hari nanti aku sudah bisa melihatmu seperti Bom eonni dan Seunghyun oppa. Kau dan Sandara berdiri di altar pernikahan memakai gaun dan jas pernikahan.
Maaf aku sudah memperlakukanmu kasar, aku hanya ingin membuatmu membenciku. Tapi sekarang aku rasa kau sudah sangat membenciku kan ^^ Tapi aku tetap menyukaimu!

Terimakasih buat semua kebaikan oppa….

Adikmu yang bodoh,
Chaerin….

Jiyong dengan wajah yang masih basah karena airmata masuk ke dalam kamar rawat Dara, memakaikan kalung dileher nya dan mencium keningnya.

“Dara, aku harus berbuat apa…”

                                                            ***

“Jiyong!!!!” Suara Dara terdengar nyaring sampai keluar kamar.

“Aku bisa melihat!!” Dara melompat kedalam pelukan Jiyong.

“Aku senang kau bisa melihat lagi.” Jiyong mencium pipi Dara lalu melihat kedalam mata Dara.

Terlihat warna mata Chaerin yang kecokelatan menempel di mata Dara, membuat Jiyong teringat saat Jiyong bertatapan mata dengan Chaerin.

“Tapi, siapa yang mendonorkan kornea nya untukku?”

Jiyong dan dokter yang ada dikamar itu bertatap-tatapan sejenak.

“Korban kecelakaan.” Jawab Jiyong singkat.

“Dara, kau istirahat. Aku mau pulang sebentar.” Dara menganggukan kepalanya lalu memeluk Dara.

Jiyong berlari ke dalam mobilnya mengendarai mobilnya dengan cepat menuju rumah Chaerin, berharap masih bisa bertemu dengan Chaerin.

Sampai di rumah Chaerin, Jiyong melihat Seunghyun dan Bom yang sibuk memasukan koper-koper ke dalam bagasi mobilnya. Juga Minzy yang memapah….. Chaerin, naik ke mobil.

Jiyong buru-buru turun dari mobilnya. Bom, Minzy dan Seunghyun yang melihat Jiyong memutuskan untuk meningglkan Jiyong berdua dengan Chaerin, memberi Jiyong waktu untuk berbicara dengan Chaerin.

“Eon? Oppa? Tongkatku, tolong…” Chaerin meraba-raba berusaha mencari tongkatnya yang jatuh.

Jiyong yang melihat keadaan Chaerin kembali menangis dan mengambil tongkat milik Chaerin. Jiyong menahan suara tangisnya, tidak ingin ketahuan oleh Chaerin.

“Jiyong-ah.” Panggil Chaerin.

“M-Mwo?” Jawab Jiyong terkejut.

“Ah, jadi benar itu kau.” Chaerin tertawa. “Sedang apa disini?” Tanya Chaerin.

“Aku… Melihat keadaanmu.”

“Wae? Aku tidak apa-apa. Aku sehat.” Chaerin tertawa.

Seunghyun, Minzy dan Bom keluar dari rumah dan menghampiri Jiyong.


“Chaerin, sudah jam 11.” Kata Bom lembut.

Seunghyun masuk ke dalam mobil menunggu Bom, Minzy dan Chaerin masuk ke dalam mobil.

“Well, kita harus berpisah. Aku senang bisa mengenalmu.” Chaerin mengulurkan tangannya mengundang Jiyong masuk ke pelukannya.

Jiyong masuk ke dalam pelukan Chaerin dan memeluk Chaerin dengan erat.

“Aku dan Minzy akan tinggal di Perancis. Bom eonnie dan Seunghyun oppa akan menjagamu disini. Jaga dirimu baik-baik oppa.” Chaerin membalas pelukan Jiyong.

“Ne… Kau jaga dirimu baik-baik.” Jiyong memeluk Chaerin lebih lagi seakan-akan tidak rela melepas Chaerin.

“Kau bisa hidup tenang sekarang.” Chaerin tertawa lalu memelapas pelukannya dan masuk ke dalam mobil.

Bom tersenyum dan memberikan sebuah kotak besar kepada Jiyong sebelum masuk ke dalam mobil.

“Ini dari Chaerin.” Bom tersenyum lalu masuk ke dalam mobil.

Mobil Seunghyun  mulai berjalan semakin jauh meninggalkan Jiyong sendiri. Jiyong yang masih terpaku mengantar kepergian Chaerin membuka kotak yang ada ditangannya.

“Apa ini…” Jiyong tertawa kecil melihat isi kotak itu adalah gaun pengantin yang dipakai oleh Bom dan Seunghyun kemarin.

Sebuah memo ditempel diatas gaun itu.

Saat aku kembali, aku mau melihat kau dan Dara memakai gaun ini. Aku harap aku sudah bisa melihat saat itu. Kau pasti menangis kan?! Jangan menangis cengeng!^^
Chaerin.

Jiyong menghapus airmata nya, menghela nafasnya, melihat ke langit dan berusaha tersenyum.

“I cry because of you. You caused these tears, stupid."
"Aku sudah terlalu sering membuatmu menangis. Sekarang biar aku yang menangis menyesali perbuatanku.”







Jiyong pergi meninggalkan rumah Chaerin. Membawa semua kenangan-kenangannya dengan Chaerin, mencoba membuka lembaran yang baru.

THE END  :')
*mianhae kalo ceritanya kurang memuaskan*

2 komentar:

  1. sad and happy ending!~ ;')
    Good job saeng ^^d
    Aku suka cara km nulis.. mmm.. gimana yaa cepet to the point..jelas.. ga ky ak kdg susah to the point.. ak jg belajar dr km nih :D
    deskripsi km gampang diimajinasiin ^^
    Mungkin saran ak perbandingan percakapan sm narasi seenggaknya 5:5 X3
    Pkoknya ak sukaa crtanya..
    entah knp ak kasiannya sm seungri, dara hahaha
    oya.. pnyebab butanya CL kan krn saraf di kepala yg kena say..iya kan? jd agak rancu aja lari ke kornea. kecuali klo kornea'y yg kena.. duuh mianee jiwa medis ak keluar #plak
    heheh maaf ya kalo ad komen yg ga km suka..
    but you're daebak! XD

    BalasHapus
  2. kekekeke~ it's ok eon appreciate it!
    emang sedikit bingung sih pas nulis kornea nya itu tuh -_-
    huahahaha
    thanks a lot eon buat masukannya :'-)
    you're the best!

    BalasHapus