TITLE: KISS THE RAIN [CHAPTER 3]
AUTHOR: Jivon / @Gvonnn
CAST: Find it yourself :)
GENRE: Romance
RATING: G
CHAPTER 3
“Eommaaaa…….” Aku mengintip ke dalam kamar rawat eomma.
“Chaerin-ah, kenapa lama sekali?”
“Mian eomma.. Sudah enakan?”
“Ne..” Eomma menganggukan kepalanya.
“Oppa kau kelihatan lelah, baik-baik saja?” Aku memegang dahi Seunghyun oppa.
“Ne.. Kau sudah bertemu Daesung?”
Aku menganggukan kepalaku, “Masakannya sangat enak. Oh iya, eomma kapan bisa pulang?”
“Hari ini sudah bisa pulang tapi harus melunasi biaya obatnya dulu.”
“Oh, arasso.” Aku tersenyum lalu berjalan ke meja administrasi.
Aku menyebut nama eomma ku, perawat memberi ku formulir obat milik eomma. JEDER! Rasanya aku ingin merobek-robek kertas itu saat aku melihat jumlah uang yang harus aku bayar.
Keringat dingin keluar dari tubuhku, sisa uang yang ada di dompetku benar-benar MINUS untuk membayar biaya itu.
“Pakai ini.” Aku melihat tangan seorang pria memberikan kartu kredit miliknya kepada perawat didepanku.
“Jiyong? Sedang apa kau disini?” Tanyaku heran.
“Sedang apa ya? Tidak tau.”
“Ini. Khamsahamniad, semoga lekas sembuh.” Perawat itu memberi bukti pembayaran dan obat milik eomma kepadaku.
Aku yang masih kebingungan berjalan disamping Jiyong menuju kamar rawat eomma.
“Heiss, kau ingin mengejekku ya?”
“Tidak.”
“Lalu untuk apa kau membayar biaya eomma ku?”
“Hanya ingin membantu.”
“Oh…” Aku memalingkan pandanganku.
“Ini, barang milikmu tertinggal.” Jiyong memberikan sebuah kantong besar kepadaku, aku melihat isi nya ada 2 mantel yang tadi ingin ku beli untuk eomma dan Seunghyun oppa. Aku juga melihat….. Sebuah HP lollipop yang masih baru, lengkap dengan kartu SIM card.
“Apalagi ini? Kau benar-benar ingin mengejekku ya?”
“Tidak.” Lagi-lagi jawabannya keluar dengan sangat singkat.
“Lalu? Ku kembalikan, ini milikmu.”
“Tidak itu milikmu. Aku bilang itu milikmu ya milikmu.”
“Kenapa begitu?” Tanya ku sebal.
“Karena aku mau begitu. Anggap saja sebagai….. Permintaan maafku.”
“O-Oh.. Khamsahamnida, kau sangat baik.”
“Memang aku baik.” Jiyong mengangguk-anggukan kepalanya dengan bangga.
“HEISSS.” Aku tertawa kecil lalu mengambil HP lollipop yang ada di kantong itu. PINK! Warna kesukaan ku, aku mencoba memencet-mencet keypad HP itu, timbul bunyi seperti ‘blupblupblup’ lucu sekali! Aku senyum-senyum sendiri saat memainkan HP itu.
“Kau suka?” Suara Jiyong membuat dunia ku yang sedang asik dengan HP itu pecah.
“S-S-Suka. Khamsahamnida.”
“Disitu sudah ada nomorku.”
“Untuk apa nomormu?”
“Untuk…….. Em…. HEISSS hapus saja kalau tidak suka!” Jiyong merebut HP itu dari tanganku hendak menghapus nomornya.
“E-Eh jangan! Jangan dihapus hihhhh.” Aku merebutnya kembali dari tangan Jiyong, kembali memainkan HP itu.
Aku memencet kamera option, aku mengarah-arahkannya ke arah Jiyong.
“Ya, foto dulu!”
“Tidak mau!” Jiyong menutupi wajahnya.
“Ayolahhhhh.” Bujuk ku.
“Tidak!”
“Yasudah aku yang foto. Huh.” Aku mencibirkan bibirku dan mengambil fotoku sendiri.
“Lihat-lihat! Cantik tidak?” Aku tertawa.
“Tidak.” Jiyong tertawa kecil, berjalan meninggalkanku.
“HEEE tidak tidak terus. Hishhh.” Aku menyusul langkah Jiyong.
***
“Eomma, ayo kita pulang! Semuanya sudah beres!” Aku membantu eomma berjalan.
Jiyong yang ikut masuk ke dalam kamar eomma ku memberi salam, membungkukan badannya kepada eomma dan Seunghyun oppa.
“Jiyong-ah kau pulang saja, aku pulang bersama Seunghyun oppa.”
“O-Oh, ya…”
“Jangan lupa besok datang pagi-pagi ya!” Aku menepuk pundak Jiyong pelan dan pulang bersama eomma dan Seunghyun oppa.
“Eomma kau kedinginan? Pakai ini.” Aku memakaikan mantel yang diberikan Jiyong kepadaku.
“Aigooo, darimana kau dapat mantel mahal ini?”
“Temanku yang tadi, Jiyong memberinya untuk eomma, baik bukan?” Aku tersenyum.
“Kemarin bilangnya sombong….. Gak konsisten….” Seunghyun oppa meledekku.
“Hehhh jangan mengejekku begitu, dia juga berikan satu untukmu.” Aku memberikan mantel yang lainnya kepada oppa.
“Adik ipar ku sangat baik ya?”
“OPPA!”
“Hahahaha bercanda…”
***
22nov. 07.15 AM
Aku menyambut pagi hari dengan riang. Hari pertama aku akan menghabiskan waktu ku dengan eomma, Seunghyun oppa dan teman-teman baru ku di Korea.
Pagi-pagi sekali aku sudah mandi dan membantu Seunghyun oppa dan Daesung menyiapkan meja kursi untuk pelanggan kedai nanti.
“Oppa ada yang bisa kubantu?” Aku menghampiri Seunghyun oppa yang sedang merapikan meja kursi.
“Ini pekerjaan laki-laki, kau bantu Daesung saja didapur.” Seunghyun oppa tersenyum padaku.
Aku masuk ke dapur melihat Daesung yang sedang sibuk dengan sayur-sayuran dan segala macam peralatan di dapur yang kecil dan sederhana itu.
“Daesung, apa ada yang bisa kubantu?”
“Hm… Kau bantu aku potong sayur saja ya? Ini potong ini.” Daesung memberikan sekeranjang tomat merah segar kepadaku.
Aku mengambil pisau yang ada di atas keranjang itu dan mulai memotong sayuran itu dengan rapih.
“This is your new life Chaerin! Fighting!”
Dengan semangat aku terus bekerja didalam dapur itu.
“Chaerin-ah! Teman mu datang!” Seunghyun oppa memanggilku.
Aku yang masih bersemangat lupa meletakkan pisau yang masih ada ditanganku, aku berlari keluar masih dalam keadaan memegang pisau.
“AIGO!” Jiyong terkejut melihatku.
“Wae?” Aku kebingungan.
“K-K-Kau mau membunuhku ya?!”
Aku melihat pisau yang masih ada ditanganku. Tawa ku pecah saat melihat reaksi Jiyong, aku tertawa terbahak-bahak sampai mengeluarkan airmata.
“T-T-Tidak lucu!”
“Aigooo, kau sangat lucu. Mian, mian.. ayo kita mulai!” aku menarik lengan Jiyong ke dapur.
“Kau harus sekali-sekali merasakan jadi orang sederhana, kerja keras, mempertahankan hidup. Jangan hanya bisa berfoya-foya kau tau?” Aku memberikan pisau yang ada ditanganku kepada Jiyong.
“Nih, potong semua ini.”
“M-Mwo?! Aku mana bisa memotong ini?” Jiyong mengambil satu tomat dan mulai memotongnya.
Aku tertawa geli, “Bukan begitu pabo. Lihat!” Aku mengambil pisau lainnya.
“Potong jadi dua bagian dulu.. baru kau potong lagi jadi empat bagian, kalau sudah tinggal kau potong kecil-kecil seperti ini. Mengerti? Coba kau potong itu.”
Jiyong mulai memotong tomat itu dengan wajah bingung nya satu per satu. Tapi lama kelamaan wajahnya mulai menikmati pekerjaan yang kuberikan padanya. Sekeranjang tomat segar pun bisa kuselesaikan dengan cepat bersama Jiyong.
“sekarang kau bantu oppa ku, mengatur meja kursi di luar. Go go go!” aku mendorong Jiyong keluar dari dapur.
Aku meneruskan pekerjaan ku dengan Daesung di dapur. Sampai terdengar…
BRUAKKK!
Aku dan Daesung berlari keluar dapur melihat apa yang terjadi. Jiyong yang terpeleset saat mengangkat meja terjatuh, aku dan Daesung kembali masuk ke dalam dapur dan menertawakannya.
“Ya! Jangan tertawa!” Teriak Jiyong dari luar.
Aku membawakan semangkuk makanan yang sudah jadi untuk Jiyong.
“Ya, kau sudah bekerja keras. Sini makan dulu.”
Jiyong duduk disebelahku, “Makanan apa ini?”
“Kau jangan banyak tanya. Dasar orang kaya, mau nya makanan mewah hishhh…. Hargai sedikit!”
“Heiisssss aku tidak bilang mau makanan mewah kan?” Jiyong mulai menyumpit makanannya sedikit demi sedikit. Lama kelamaan ia mulai memakan makanan itu dengan lahap sampai habis tak tersisa.
“sebenarnya…” “Aku bingung kenapa aku mau menuruti semua perintahmu untuk kesini dan bekerja, padahal aku juga masih ada pekerjaan.”
“Kau ini, anggap saja ini pelajaran hidup dariku.” Aku tertawa.
Saat papan yang bertuliskan ‘open’ diletakkan didepan kedai kami, satu demi satu pelanggan mulai berdatangan dan mulai memesan makanan. Pesanan yang awalnya hanya 1, 2… Lama-lama menumpuk. So busy with my friends!
“Aigo aku tidak tau kalau bekerja di kedai sangat menyenangkan!” Aku berkata kepada Seunghyun oppa, Jiyong dan Daesung sebelum keluar mengantarkan pesanan kepada pelanggan kami.
Melihat Jiyong yang mau membantuku mengantar pesanan kepada para pelanggan, Seunghyun oppa yang sibuk membawa bahan-bahan masakan kesana-kemari, Daesung yang tidak berhenti tersenyum selama masak membuat ku semakin nyaman tinggal di sini.
“Selamat datang si- Seungri?!” Aku terkejut melihat Seungri datang.
“Kenapa terkejut seperti itu? Hahaha.”
“Aku tidak tau kau akan datang hari ini, duduk!” aku membawa Seungri ke tempat duduk kosong.
“Kau mau makan apa?”
“Ah, Daesung sudah tau yang biasa ku pesan kok.”
“Oh, okay. Daesung ada Seungri disini! Buatkan seperti yang biasa ya!” Aku berteriak ke arah dapur lalu mengeluarkan HP ku menerima telpon yang masuk dari toko sayuran yang mengantar pesanan ke kedai ku.
“Waaa kau sudah punya HP baru tapi tidak memberi ku nomornya?”
“Ani aku baru dapat ini kemarin dari Jiyong.”
“Jiyong? Bagaimana ceritanya?” Seungri menatapku heran.
“Ya, begitulah. Dia baik juga ternyata tidak se-jahat yang ku kira.”
“Ini pesanan- HOO.” Jiyong nampak terkejut melihat Seungri duduk di kedai ku.
“Wae hyung? Kau melihatku sudah seperti melihat hantu tau?” Seungri memakan makanannya.
“Memang kau ini hantu cilik bisa muncul dimana saja.” Jiyong mencibir ke arah Seungri.
Lalu lalang pelanggan yang keluar-masuk datang-pergi di kedai ku semakin berkurang. Sampai akhirnya TENG! Tepat jam 6 sore aku menutup kedai ku. Semua pelanggan sudah pulang kecuali Seungri yang masih ngobrol dengan Jiyong. Aku menghampiri mereka membawa minuman dingin untuk mereka.
“Ya, Chaerin-ah. Lain kali aku juga boleh membantumu disini.”
“Ne tapi aku tidak bisa membayar upahmu.” Jawabku meledek.
“Hahaha aku juga tidak minta upah. Ah! Aku sudah harus pulang, berapa nomormu?”
“Haha kau ini masih ingat saja.” Aku memberikan nomorku.
Seungri beranjak pulang setelah aku memberikan nomor ku kepadanya, hanya tinggal aku dan Jiyong, duduk meminum minuman dingin kami melepas lelah.
“Aigooo belum pernah aku merasa se-lelah ini.”
“Bagaimana? Bekerja seperti ini enak juga kan?”
“Apa yang enak? Aku lelah!”
“Hee jangan begitu, tapi… gomawo kau sudah mau datang hari ini. Aku menghargai nya.”
“Ani, gomawo… kau sudah mengajariku untuk bersyukur dan tidak menjadi orang yang sombong.”
Jiyong meneguk minumannya.
“Kau tau, menjadi orang yang kaya dan berkecukupan belum tentu bahagia. Aku belum pernah yang namanya bersenang-senang dengan teman-teman atau semacamnya. Appa ku selalu memaksaku bertekun dalam bisnis untuk melanjutkan bisnis-bisnisnya nanti. Membosankan.”
“Begitukah?” Aku bersender pada dinding disebelahku.
“Hm… Aku pulang dulu, sampai jumpa.” Jiyong berpamitan padaku.
Aku melambai-lambaikan tanganku pada nya saat ia sudah ada didalam mobilnya. BRRR udara semakin dingin mendekati bulan desember, mendekati musim winter. Aku cepat-cepat masuk ke dalam membantu Daesung dan Seunghyun merapikan dapur.
23nov. 09.23
“Sepertinya kaki mu sudah sembuh.” Seunghyun oppa yang sedang bersantai dengan Daesung melihat ku turun dari tangga dengan lincah.
“Yap!” Jawabku singkat.
“Chaerin-ah….” Aku kaget saat melihat eomma turun dari tangga.
“Eomma kenapa turun dari tempat tidur?” Aku memapah eomma ikut duduk di meja yang sama dengan Seunghyun oppa dan Daesung.
“Chaerin-ah, berikan ini untuk teman mu yang kemarin memberikan mantel untuk eomma ya? Eomma khusus merajut ini untuk nya.”
Eomma memberikan sebuah sweater rajutan tangan yang sangat cantik dan tersusun rapi rajutannya. Sangat halus dan hangat kalau dipakai.
“Eomma, kenapa repot-repot begini? Kau kan harus istirahat…..”
“Ah hanya merajut seperti itu eomma masih kuat.”
“Hm hm hm. Yasudah aku kasih ke dia hari ini juga. Aku pergi sebentar ya.” Aku mencium pipi eomma dan pergi ke toko milik Jiyong yang kemarin-kemarin ku datangi.
kwon’s boutique
“Emm…. Mian…. Kwon Jiyong ada?” Aku bertanya pada seorang pegawai disana.
“Jiyong-ssi sedang keluar sebentar. Nona mau tunggu didalam ruangannya?”
“Oh, boleh?”
“Tentu. Silahkan.” Pegawai itu mengantar ku masuk ke dalam ruangan Jiyong.
Aku duduk di kursi kecil didepan meja Jiyong menunggu Jiyong. 10menit…. 15menit…. 25menit….
ARGH! Sudah tidak sabar rasanya aku menunggu! Aku mengambil HP ku menekan nomor Jiyong, tinggal sedetik lagi aku menekan tombol ‘call’ menelpon Jiyong, aku melihat sosok Jiyong yang datang bersama seorang lainnya. Mereka sedang bertengkar.
HIII, spontan aku menjadi gugup dan salah tingkah sendiri. Tidak mungkin sekali aku menampakan diriku di ruangan Jiyong, aku kan tidak diundang. Kenapa aku datang kesini? Aigo.
“YA YA TERSERAH KAU!”
“Aigo mati aku!” Aku berlari dan sembunyi dikolong bawah meja kerja Jiyong. TEPAT sesudah aku bersembunyi, Jiyong dan orang itu masuk ke dalam.
Beruntung kolong meja Jiyong tidak ada lobangnya, aku jadi bisa bersembunyi.
“KAU KEMARIN MENELANTARKAN BISNIS APPA MU INI HANYA UNTUK MEMBANTU TEMAN MU?! KAU HANYA DIPERALAT TAU?!”
“AKU TIDAK MERASA DIPERALAT! AKU MUAK TERUS BERKELAHI DENGAN APPA!”
Betapa terkejutnya aku saat mendengar Jiyong dan…. Appa nya saling membentak. Karena aku kah?
“KALAU BUKAN DIPERALAT APA NAMA NYA? MENGAJAKMU BEKERJA DI KEDAI MURAHAN ITU?! HAH?!”
“APPA AKU SUDAH MUAK DENGAN SEMUA OMONGAN APPA! HARTA HARTA HARTA! AKU JUGA MANUSIA AKU BUTUH KEBAHAGIAAN! AKU TIDAK SAMA SEPERTI APPA YANG DI OTAK NYA HANYA ADA UANG UANG DAN UANG!!!!”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar