6/18/2012

[TRAILER] THE CONTRACT [chapter 1]

Please watch this FF trailer ^^ khamsahamnida~ <3333









YG Special Agent Building

“Yo Agent G!” Taeyang, sahabat Jiyong atau yang biasa dipanggil GD menghampiri Jiyong dengan dua kaleng kopi dingin di tangannya.
“Yo Youngbae!” Jiyong menyambar sekaleng kopi dingin di genggaman tangan Youngbae.

Jiyong dan Youngbae, keduanya bekerja di sebuah badan agen rahasia khusus Korea Selatan sebagai agent yang harus menjalani berbagai macam misi demi negaranya, meskipun nyawa adalah taruhannya.

Keduanya bertemu saat Jiyong harus kehilangan ibu nya, saat itu ia masih berumur 3 tahun. Ia melihat ibunya tewas tertembak  dengan mata kepalanya sendiri. Malang memang, ia juga harus melihat bagaimana ayahnya diseret dan kini hilang entah kemana. 21 tahun sudah berlalu, Jiyong masih belum bisa menemukan ayahnya. Masih hidup atau sudah meninggal, tiada yang tahu.

Tumbuh besar tanpa kedua orang tuanya, Jiyong mulai mengenal dan akrab dengan yang namanya senjata. Ia dibesarkan oleh ayah Youngbae yang juga seorang agent rahasia Korea Selatan. Melihat potensi yang dimiliki kedua anak didiknya, Jiyong dan Youngbae, ia melatih kedua anak itu untuk menjadi penerusnya saat ia harus pergi meninggalkan dunia ini kelak.

“Sudah selesai dengan misimu?” Jiyong menepuk pundak sahabatnya.

“Begitulah.” Youngbae tersenyum menunjukan eye smilenya. “Ngomong-ngomong… Ku dengar ayahku ingin berbicara empat mata dengan dirimu.”

“Ah, nae. Ia memanggilku tadi. Ia bilang ingin memberitahu sesuatu tentang ayahku.”
Taeyang terdiam beberapa detik sebelum menjawab sahabatnya itu. Tepukan halus diberikan Youngbae ke punggung Jiyong.

“Kenapa kau malah kelihatan lesu? Semangat! Bukannya itu bagus? Selama ini kau selalu mencari info tentang ayahmu kan?”

Jiyong mengangguk pelan, “Tapi kalau begini aku belum siap. Ini terlalu mendadak.”

Kantung jas Jiyong bergetar, sebuah panggilan masuk ke handphone khusus yang diberikan badan agent rahasia itu kepada tiap-tiap agent yang ada. Beda dengan handphone biasa, handphone tersebut memiliki fitur tersendiri dan tidak bisa dibuka maupun diakses oleh sembarang orang.

“Jamkkaman.” Jiyong meletakkan kopinya di meja terdekat dan mengangkat telponnya, “Yeoboseyo?”

“Agent G, direktur memintamu untuk datang keruangannya.”

“Ah, nae.. Arraseo…”

Ayah Youngbae kini menjabat sebagai direktur utama badan agent rahasia Korea Selatan tersebut. Jiyong memutus sambungan telponnya dan bertatap mata dengan Youngbae untuk beberapa saat sambil menghela nafas gugup.
Youngbae hanya tersenyum dan mengangguk-anggukan kepalanya sambil menepuk-nepuk pundak sahabatnya itu. Ia bisa tahu bagaimana tegangnya Jiyong.

Perlahan tapi pasti, Jiyong melangkahkan kakinya ke arah pintu masuk ruang direktur utama yang memanggilnya. Tangannya mengetuk pintu kayu itu dengan ragu-ragu.

“Masuk.” Respon ayah Youngbae dari dalam ruangan.

Jiyong menarik nafas dalam-dalam dan membuangnya saat ia masuk ke dalam ruangan itu.

Like father like son, begitulah kata orang. Ayah Youngbae tidak jauh berbeda dengan anaknya, sama-sama murah senyum dan suka membantu. Beliau tersenyum kepada Jiyong dan memintanya untuk duduk.

“Kwon Jiyong…” Ucapnya, membuat Jiyong semakin gugup dan merinding. “Itukah nama lengkapmu?”

“N-Nde Mong Jun-nim..”

Mong Jun berdiri dan membuka brankas besar yang ada di ruangannya. Setelah terbuka, beliau membuka sebuah laci rahasia yang selama ini tidak terdeteksi keberadaannya, ia mengeluarkan sebuah amplop cokelat tebal yang entah berisikan apa. Sudah berdebu, lusuh, dan sedikit robek.

“Ah…” Erangnya pelan begitu kembali duduk di hadapan Jiyong. “Jiyong-ah…” Panggilnya lagi.

“N-Nde…?”

“Kwon Jong-Kim… Apa itu nama ayahmu?”

Jiyong terdiam. Kwon Jong Kim, nama itu terus bergema di kepalanya. Apa benar itu nama ayahnya?

“Molla… Aku tidak ingat…” Jiyong menghela nafasnya.

Mong Jun tersenyum tipis, “Tentu saja.. Saat itu kau masih kecil. Bahkan tinggimu belum mencapai pinggangku.” Ia tertawa kecil, diikuti oleh suara tawa Jiyong.

“Jiyong-ah…”

Suasana di dalam ruangan itu kembali sunyi. Sepi. Tegang.

“Aku sudah tua. Aku tidak bisa melindungi dokumen ini lebih lama lagi. Aku rasa ini sudah saatnya untukmu untuk tahu sebuah rahasia yang selama 21 tahun ini kusimpan sendiri.”

Mata sipit Jiyong terbuka lebar seketika, jantungnya berdebar lebih cepat, nafasnya memburu. Rahasia tentang ayahnya kah?

“Saat ibumu meninggal, dan saat ayahmu dibawa pergi oleh orang yang tidak kau kenal. Aku dan Youngbae kecil berjalan melewati rumahmu. Aku melihat kau sedang menangis di depan pintu rumah dengan darah di pakaianmu..”

Mong Jun menyenderkan punggungnya di tempat duduknya.

“Begitu melihat ibumu tergeletak di lantai, aku langsung memanggil polisi dan ambulance. Aku meminta Youngbae untuk menemanimu yang sedang menangis. Saat kalian sedang diluar rumah, aku menelusuri seisi rumahmu terutama kamar ayah ibumu.. Aku menemukan sebuah brankas rahasia yang ada di bawah tempat tidur orang tuamu..”

Suhu tubuh Jiyong meningkat drastis. Masih mencoba menebak kelanjutan cerita Mong Jun.

“Aku menemukan amplop ini. Ada selembar surat yang berisikan namamu.” Mong Jun membuka amplop itu dengan hati-hati dan menunjukan surat itu kepada Jiyong.
Dengan tangan yang sedikit bergetar Jiyong mengambil surat itu dan mulai membacanya.

18 Agustus 1988
Hari ini anak laki-laki ku lahir. Ia adalah generasi penerus keluargaku. Segala asset yang kumiliki akan kuserahkan padanya.
Aku sedang dalam bahaya, mereka akan membunuhku. Tolong lindungi dokumen ini dan berikan kepada penerusku. Putraku satu-satunya.
Kwon Jiyong.
                                                                                                                        Kwon Jong Kim

Mata Jiyong terbelalak tidak percaya dengan apa yang barusan dibacanya.

“Jiyong-ah.. Kwon Jong Kim bukanlah nama ayahmu. Ia mengganti identitas dirinya demi melindungi dokumen ini.”

“Mwo? Jadi….”

“Kwon Young Sam. Kwon Young Sam adalah ayahmu.”

Surat itu perlahan-lahan terlepas dari genggaman jari Jiyong dan terjatuh ke lantai. Kwon Young Sam, seorang penggerak reformasi antara Korea Selatan dan Korea Utara, sosok yang sangat berpengaruh bagi negara Korea ternyata adalah ayah Jiyong.

“Dokumen ini…” Mong Jun mendorong amplop cokelat itu dengan jarinya. “Ini adalah sebuah kontrak antara Korea utara dan Korea selatan yang sangat penting. Kalau kontrak ini sampai jatuh ke tangan yang salah, maka kiamat akan menghancurkan seluruh Korea.”

Jiyong mengeluarkan sebuah buku tebal dan membuka halaman pertama. Sebuah foto tua terselip di halaman utama buku itu, mungkin foto itu bisa mempermudah Jiyong menemukan ayahnya tapi sayang foto itu sudah mulai pudar.

“The Contract…” Ucap Jiyong membaca judul perjanjian kontrak itu.
Mong Jun berdiri dan menerawang ke luar jendela.

“Jiyong.. Tapi kau harus tahu..”

Jiyong mengalihkan pandangannya kembali kepada Mong Jun.

“Begitu kau membaca dokumen itu, orang yang membunuh ibumu, menculik ayahmu akan kembali kesini. Mengejarmu. Untuk mengambil dokumen itu.”

DOR!

Sebuah peluru meluncur menembus jendela dan menghantam dada Mong Jun. Seketika itu juga Mong Jun jatuh tergeletak di lantai.

“Mong Jun-nim! Mong Jun-nim!!” Jiyong tersungkur di sebelah tubuh Mong Jun sambil menghindari peluru-peluru yang berdatangan dari luar sana.

“Youngbae!! Youngbae!!!!” Jiyong berteriak sekeras mungkin.

Youngbae yang mendengar suara teriakan Jiyong dan suara peluru disertai suara kaca yang pecah buru-buru berlari dengan senjata ditangannya.

 BRAK!

Kedua mata Youngbae terbuka lebar melihat ayahnya terkapar dengan darah didadanya. Sementara Jiyong sedang berusaha meluncurkan tembakan-tembakan ke arah orang yang menembak Mong Jun. Air mata mengalir dari kedua mata Jiyong, tidak mau kehilangan orang yang sudah ia anggap sebagai ayahnya sendiri.

“Abeoji!!!”

To Be Continued........

2 komentar: